Mommyrexia Saat Hamil: Tren yang Membahayakan Ibu & Janin
:strip_icc():format(webp)/hb-article/eJZLbVaV98AVmJ02miLnQ/original/31503a08c4d50-8042-4fbc-ad27-d72d8a8a0618.jpg)
Setiap calon ibu tentu berharap bisa melewati kehamilan dengan sehat. Namun di sisi lain, ada pula yang dihantui rasa takut akan kenaikan berat badan, sehingga rela melakukan berbagai cara agar tubuhnya tetap langsing. Inilah yang disebut mommyrexia saat hamil.
Meski sering dianggap sepele atau sekadar “takut gemuk”, kenyataannya kondisi ini masuk kategori gangguan makan saat hamil dan bisa menimbulkan risiko serius bagi Mama maupun bayinya.
Artikel Lainnya: Penyebab dan Cara Mengatasi Berat Badan Janin Kurang
Apa Itu Mommyrexia Saat Hamil?
Mommyrexia adalah istilah populer, bukan istilah medis resmi, yang merujuk pada keinginan ekstrem seorang ibu hamil agar tidak “terlihat gemuk” atau tidak bertambah banyak berat badan.
Terkadang, kondisi ini disertai dengan perilaku membatasi asupan makanan, menghitung kalori secara berlebihan, atau bahkan praktek seperti muntah-muntah atau konsumsi obat pencahar.
Dalam konteks medis, ini serupa dengan gangguan makan saat hamil atau manifestasi baru kambuhnya anoreksia saat hamil, bulimia kehamilan, atau gangguan makan tidak spesifik lainnya.
Beberapa ibu hamil mungkin menyebut diri mereka “mommyrexic” sebagai bentuk self-labeling karena punya ketakutan besar terhadap kenaikan berat badan. Namun dari sisi kesehatan mental ibu hamil, ini adalah red flag yang tidak boleh diabaikan, karena kehamilan membutuhkan asupan gizi cukup untuk tumbuhnya janin.
Alasan Ibu Hamil Menjadi Mommyrexia
Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa seorang ibu hamil bisa “terjebak” dalam pemikiran mommyrexia atau gangguan makan saat hamil? Ternyata, ada beberapa faktor yang mempengaruhi ibu hamil takut gemuk, seperti:
- Ketakutan terhadap penampilan tubuh: Banyak ibu hamil khawatir perut membuncit, bentuk tubuh berubah drastis, dan “gemuk” yang menjadi stigma. Ketakutan ini bisa memicu obses menghitung kalori atau pembatasan makan.
- Sejarah gangguan makan terdahulu: Apabila sebelum hamil sudah pernah mengalami anoreksia atau bulimia, kehamilan bisa memicu kambuhnya perilaku tersebut. Tak jarang, sebagian besar Mama dengan riwayat gangguan makan melaporkan gejala kambuh selama kehamilan.
- Tekanan sosial & media: Tekanan agar “cepat kembali ke bentuk tubuh semula” setelah melahirkan, citra tubuh ideal Mama yang ditekankan media sosial, atau perbandingan dengan ibu hamil lain bisa memicu rasa cemas.
- Kebutuhan kontrol dalam masa perubahan: Kehamilan membawa perubahan yang besar dan tak selalu bisa dikontrol, seperti hormon, berat badan, dan bentuk tubuh. Bagi sebagian orang, kontrol atas makanan atau berat badan menjadi satu-satunya cara mengembalikan rasa pengendalian.
- Gangguan psikologis dan stres: Kecemasan, depresi, tekanan hidup, mulai dari keuangan, pekerjaan, dan keluarga dapat memperparah kecenderungan gangguan makan atau pikiran negatif terhadap tubuh.
- Kurangnya edukasi atau dukungan prenatal: Bila Mama tidak mendapatkan informasi atau dukungan yang tepat tentang kebutuhan gizi kehamilan, risiko mempertahankan pola makan ekstrem bisa meningkat.
Artikel Lainnya: Panduan Diet untuk Ibu Hamil yang Mengalami Obesitas
Dampak Serius Mommyrexia pada Ibu Hamil & Janin
Perilaku membatasi asupan atau gangguan makan selama kehamilan berisiko terhadap kesehatan Mama maupun janin. Center for Eating Disorders & Severe Malnutrition, mengungkapkan bahwa gangguan makan bisa memengaruhi kehamilan dan pertumbuhan janin. Berikut sejumlah dampak kekurangan asupan nutrisi pada Mama dan janin:
Dampak pada Mama:
Ini dia sejumlah dampak mommyrexia yang bisa dialami oleh Mama:
- Anemia dan defisiensi nutrisi: Kekurangan zat besi, asam folat, vitamin, dan protein sangat mungkin terjadi, memperburuk kondisi anemia pada ibu hamil.
- Gangguan kesehatan fisik: Lemah, pusing, tekanan darah rendah, gangguan elektrolit bila muntah atau penggunaan laxative, gangguan irama jantung.
- Komplikasi kehamilan: Wanita dengan gangguan makan, baik aktif maupun masa lalu, memiliki risiko lebih tinggi terhadap perdarahan antepartum, anemia, serta hyperemesis gravidarum.
- Kelahiran prematur & komplikasi persalinan: Diet yang sangat terbatas atau malnutrisi dapat memicu kontraksi prematur atau induksi persalinan lebih cepat.
- Kesehatan mental memburuk: Kecemasan, depresi saat hamil, stres, atau kambuhnya obsesi terhadap tubuh dapat memperparah kondisi psikologis ibu hamil.
Artikel Lainnya: Berat Badan Kurang Saat Hamil Sebabkan Anemia, Mitos atau Fakta?
Dampak pada janin atau bayi:
Tak hanya memengaruhi kesehatan Mama, ternyata kondisi mommyrexia juga bisa berdampak pada janin dalam kandungan. Dampak mommyrexia pada janin di antaranya:
- Pertumbuhan janin terhambat (IUGR, small for gestational age atau SGA): Studi menunjukkan bahwa gangguan makan aktif terkait dengan pertumbuhan janin terbatas.
- Berat lahir rendah dan prematur: Bayi lahir lebih awal atau lebih ringan dari yang diharapkan.
- Risiko microcephaly atau ukuran kepala kecil: Koordinasi asal nutrisi yang kurang optimal dapat memengaruhi pertumbuhan neuro dan otak.
- Kemungkinan cacat bawaan: Defisiensi nutrisi seperti folat, vitamin, protein bisa berkaitan risiko bayi cacat bawaan, meskipun berkaitan langsung dengan mommyrexia masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
- Dampak jangka panjang metabolik atau epigenetik: Malnutrisi janin dapat memicu perubahan “metabolic imprinting” yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit metabolik di masa depan.
Berat Badan Ideal untuk Ibu Hamil
Terlepas dari mommyrexia, sebenarnya, berapa kenaikan berat badan ideal bagi ibu hamil? Mayo Clinic menguraikan, ada tiga kategori kenaikan berat badan yang direkomendasikan saat seorang wanita hamil:
- Berat badan rendah, disarankan naik 14-20 kg
- Berat badan normal, sebaiknya naik 12-17 kg
- Berat badan berlebih, kenaikan 7-12 kg relatif aman
- Obesitas, maka kenaikan berat hanya boleh 6-10 kg saja
Ini pun masih disesuaikan dengan kondisi dan isu kesehatan yang menyertai ibu hamil. Setelah itu barulah mempertimbangkan soal pengaturan diet atau pola makan, serta alternatif kegiatan olahraga yang sesuai.
Bagaimana Menyikapinya?
Menghadapi mommyrexia saat hamil bukanlah hal yang mudah, apalagi jika rasa takut gemuk sudah begitu kuat hingga memengaruhi pola makan dan kesehatan mental Mama. Namun, kabar baiknya adalah kondisi ini bisa ditangani dengan pendekatan yang tepat. Berikut tipsnya:
- Ajak berdialog secara empatik: Jika Mama (atau seseorang yang dikenal) merasa cemas tentang berat badan saat hamil, ajaklah untuk membuka komunikasi, tanpa menghakimi. Dengarkan perasaan, kekhawatiran, dan pengalaman mereka.
- Libatkan tenaga kesehatan profesional: Konsultasi dengan dokter kandungan, ahli gizi, psikolog, atau psikiater diperlukan karena masalah ini melibatkan aspek psikologis dan medis. Penanganan dini akan membantu meminimalkan risiko buruk.
- Terapi psikologis atau konseling: Terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi makan sehat (nourishment-based therapy), dan dukungan psikososial dapat membantu mengikis pikiran negatif dan pola makan ekstrem.
- Pemantauan nutrisi terstruktur: Ahli gizi kehamilan bisa merancang pola makan yang cukup kalori dan nutrisi, namun disajikan dengan cara yang “ramah” agar tidak memicu kecemasan (misalnya porsi kecil namun sering atau makanan favorit sehat).
- Pantau kesehatan secara berkala: Pemeriksaan pertumbuhan janin, berat badan Mama, status laboratorium (anemia, elektrolit) perlu dilakukan rutin sebagai bentuk validasi bahwa kehamilan masih dalam jalur aman.
- Kelompok dukungan atau peer support: Bergabung dalam komunitas ibu hamil atau kelompok pendukung gangguan makan dapat memberi pengalaman & dorongan positif bahwa Mama tidak sendiri.
- Fokus pada fungsi tubuh, bukan tampilan: Ubah mindset dari “bertambah berat = jelek” menjadi “bertambah berat = nutrisi untuk bayi dan tubuh sehat”. Latih afirmasi positif, mindfulness, dan self-compassion.
Semua langkah ini harus disesuaikan kondisi Mama secara individual dan selalu berada di bawah pantauan tim medis.
Artikel Lainnya: Apakah Perkembangan Berat Badan Janin dalam Kandungan Mama Normal?
Tips Menjaga Kenaikan Berat Badan saat Hamil
Agar Mama tetap sehat dan janin tumbuh optimal, berikut tips praktis yang bisa dilakukan untuk menjaga kenaikan berat badan:
- Pilih makanan padat nutrisi: Fokus pada protein (ikan, ayam, kacang), biji-bijian, sayur dan buah, serta lemak sehat (alpukat, kacang, minyak zaitun). Hindari makanan “kosong kalori”.
- Makan dalam porsi kecil & sering: Bila satu kali makan besar terasa berat secara psikologis, makan 5–6 kali porsi kecil lebih mudah dikelola.
- Gunakan metode “piring seimbang”:Dalam satu piring, buatkan ¼ protein, ¼ karbo kompleks, ½ sayur & buah, supaya visualnya tetap menarik dan tidak terkesan “berlebihan”.
- Hindari diet ekstrem atau pantangan tanpa alasan medis: Kecuali jika diresepkan dokter, misalnya kontrol gula darah, jangan membatasi jenis makanan tanpa pengawasan.
- Aktivitas fisik ringan hingga sedang: Seperti jalan kaki, yoga hamil, senam kehamilan, bila dokter mengizinkan ini dapat membantu menjaga metabolisme dan kesehatan mental.
- Minum cukup air dan tidur cukup: Dehidrasi atau kurang tidur pada ibu hamil bisa memicu stres dan keinginan makan impulsif.
- Catat pola makan dan emosi (food journal + mood tracker): Dengan mencatat apa yang dikonsumsi dan bagaimana perasaan, akan membantu menyadari pola negatif.
- Cari dukungan sosial: Mintalah teman, pasangan, atau komunitas mendampingi dan memotivasi Mama secara positif.
- Pantau kenaikan berat badan ideal: Konsultasikan dengan dokter seberapa kenaikan yang ideal untuk Mama. Ingat, ini akan berbeda pada setiap individu, tergantung berat awal, tinggi badan, kondisi kesehatan.
Dengan tips ini, Mama diharapkan bisa menjaga kenaikan berat badan dalam batas aman tanpa berada dalam tekanan psikologis. Ingat, menjaga kesehatan selama kehamilan tidak hanya soal fisik, tapi juga mental.
Jika Mama merasa cemas berlebihan soal kenaikan berat badan atau takut gemuk, jangan ragu untuk mencari dukungan. Mama bisa bergabung ke komunitas HalloBumil di WhatsApp agar punya teman berbagi pengalaman dan mendapat dorongan positif.
Selain itu, manfaatkan juga health tools untuk menghitung HPL di aplikasi HalloBumil supaya lebih mudah memantau perkembangan kehamilan dan lebih siap untuk menyambut kelahiran si kecil.
Jangan lewatkan kesempatan untuk mengikuti webinar HalloBumil bersama para ahli, seputar kesehatan ibu hamil. Jangan lupa untuk download aplikasi HalloBumil agar semua fitur ini bisa langsung Mama akses dari genggaman.




Saya Ibu Obesitas BB saya saat tau hamil 91 kg dan Dokter sa tampilkan selengkapnya
- 9
Hai Mama, mengenai hal tersebut perlu dikonsultasikan dengan dokter secara rutin ya Ma, agar Mama bisa mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisi kehamilan Mama. :) ^sr
- 2
Saya berusia 23thn Saat positif di kehamilan anak pertama BB tampilkan selengkapnya
- 8
Hai Mama, terima kasih ya atas sharing nya. Semoga Mama dan janin tetap sehat ya Ma. Semangat Mama. :) ^sr
- 1
Dear @Kasmawaty awal2 saya mmg sangat trauma dan saya memutu tampilkan selengkapnya
- 6
Hai Mama, terima kasih ya atas sharing nya. Semoga Mama dan janin tetap sehat ya Ma. Semangat Mama. :) ^sr
- 0
dok saya baru mengetahui hamil anak kedua BB 80kg untuk naik tampilkan selengkapnya
- 3
Hai Mama, kenaikan BB saat hamil umumnya trimester 1 sekitar 0,5–2 kg, trimester 2 dan 3 sekitar 0,4–0,5 kg per minggu. Total kenaikan tergantung BB sebelum hamil ya Ma.😊 ^lm
- 0
mima saaya umur 37 tahun...bb 57 tb 148 hamil 4 week naik br tampilkan selengkapnya
- 2

:strip_icc():format(webp)/hb-article/TmBwmXyvvc5fBmDgsYa09/original/0kram-saat-hamil-ini-solusinya.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/e9NZTASpd1tc42Z4Gx9iu/original/0makanan-pantangan-ibu-hamil.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/43Mtw78Lk1CKWAEEeYQRf/original/0kenaikan-berat-badan-selama-hamil-yang-normal.jpg)