Artikel/Kehamilan/Apakah Usia Calon Ayah Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi?

Apakah Usia Calon Ayah Berpengaruh Terhadap Kesehatan Bayi?

Siti Nurmayani Putri | Diterbitkan pada 14 Oktober 2025
Ditinjau oleh dr. Jessica Florencia
Bagikan
Facebook
Twitter
WhatsApp
copylink
Usia pria juga berpengaruh pada kesuburan dan kesehatan bayi, meskipun seringkali fokus pada usia Mama. Artikel ini membahas usia ayah memengaruhi sperma dan meningkatkan risiko genetik pada anak.
usia-pria-berpengaruh-terhadap-kesehatan-bayi

Selama ini, perhatian soal kehamilan sering kali tertuju pada usia Mama. Padahal, faktor usia ayah juga tak kalah penting dalam menentukan kesehatan dan perkembangan bayi.

Seiring bertambahnya usia, kualitas sperma pria dapat menurun dan risiko genetik tertentu bisa meningkat, sehingga berdampak pada kesehatan anak kelak. Memahami bagaimana usia pria berpengaruh terhadap kesehatan bayi dapat membantu pasangan merencanakan kehamilan dengan lebih bijak.

Memahami Pengaruh Usia Calon Ayah pada Kualitas Sperma

Pada dasarnya, kualitas sperma pria tidak statis sepanjang hidup. Dampak usia ayah pada anak dapat memengaruhi berbagai parameter sperma, seperti jumlah sperma, motilitas (kemampuan bergerak), morfologi (bentuk), dan integritas DNA.

Dalam Jurnal Fertility in the aging male, para peneliti menyimpulkan bahwa semakin tua usia ayah, semakin besar kemungkinan penurunan kualitas sperma serta fungsi testis yang kurang optimal.

Begitu juga dalam penelitian yang dipublikasikan dalam Biomedical Central, yang mengungkapkan bahwa usia ayah yang tinggi dikaitkan dengan volume semen yang lebih rendah, motilitas sperma berkurang, dan lebih banyak fragmen DNA dalam sperma.

Mengingat bahwa sperma membawa separuh bahan genetik ke bayi, maka menjaga kualitasnya sangat penting. Jika sperma mengandung mutasi atau kerusakan DNA, risiko munculnya masalah genetik atau gangguan perkembangan pada anak bisa meningkat.

Risiko Kesehatan Bayi Seiring Bertambahnya Usia Ayah

Seperti yang Mama ketahui, menurunnya kualitas sperma seiringusia Papa bisa berdampak pada risiko kesehatan pada bayi atau anak. Berikut beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi:

1. Risiko autisme

Salah satu isu yang paling banyak dibahas adalah hubungan antara usia ayah dan autisme pada anak. Dalam studi yang dimuat dalam National Institute of Health menemukan fakta bahwa anak dari ayah dengan usia lebih dari 40 tahun sekitar 5,75 kali lebih mungkin mengalami gangguan spektrum autisme dibandingkan ayah di bawah usia 30 (setelah dikontrol faktor lain).

Hal serupa juga dikonfirmasi oleh studi di Swedia yang menyimpulkan bahwa anak dari pria ≥ 50 tahun memiliki kemungkinan 2,2 kali lipat lebih tinggi terkena autisme dibanding anak dari pria ≤ 29 tahun setelah dikontrol faktor usia Mama dan variabel lain. Dengan kata lain, usia ayah dan autisme adalah kombinasi penting yang telah didukung dalam literatur ilmiah.

2. Risiko sindrom down

Meskipun Sindrom Down lebih sering dikaitkan dengan usia Mama, ternyata faktor usia ayah juga memiliki peran penting, meski tidak sebesar pengaruh usia Mama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia ayah, kemungkinan terjadinya kesalahan pembelahan kromosom atau mutasi baru pada sperma ikut meningkat.

Kondisi ini dapat berkontribusi pada munculnya kelainan kromosom, termasuk trisomi 21 yang menyebabkan Sindrom Down. Namun, perlu dipahami bahwa pengaruh usia ayah terhadap risiko ini bersifat tambahan, bukan faktor utama.

Artinya, usia ayah yang lebih tua bisa sedikit meningkatkan peluang kelainan kromosom pada janin, tetapi risiko terbesarnya tetap berasal dari usia Mama. Karena itu, penting bagi pasangan untuk mempertimbangkan kedua faktor usia secara bersamaan saat merencanakan kehamilan.

3. Risiko kelainan bawaan lahir

Selain autisme dan kelainan kromosom, terdapat hubungan antara usia ayah dan gangguan bawaan seperti cacat jantung kongenital, bibir sumbing atau cekung (cleft lip or cleft palate), hidrosefalus, dan sindrom seperti Apert syndrome atau craniosynostosis.

Selain itu, studi Rutgers University menyebutkan bahwa bayi dari ayah berusia lebih dari 45 tahun memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, skor Apgar rendah, cacat bawaan jantung, dan cacat seperti bibir sumbing.

Dengan demikian, ada alasan ilmiah untuk percaya bahwa risiko genetik dari ayah yang menua bukanlah mitos semata, melainkan faktor nyata yang patut diperhatikan dalam perencanaan kehamilan.

Pentingnya Gaya Hidup Sehat untuk Calon Ayah Berusia Lanjut

Walaupun usia tidak bisa diputar kembali, banyak hal yang bisa dilakukan oleh calon ayah untuk meminimalkan dampak negatif dari bertambahnya usia. Gaya hidup sehat menjadi kunci untuk mempertahankan kesuburan pria tua.

1. Pola makan bergizi

Pola makan yang kaya antioksidan (vitamin C, E, selenium, zinc), asam lemak omega-3, serta asupan folat dan vitamin B kompleks dapat membantu melindungi sperma dari stres oksidatif dan memperbaiki integritas DNA.

Suplemen juga kadang direkomendasikan, namun harus di bawah pengawasan profesional kesehatan reproduksi. Diet seimbang dengan mengonsumsi sayuran, buah, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, protein rendah lemak dapat mendukung kondisi metabolik yang baik dan mengurangi radikal bebas yang merusak sperma.

2. Olahraga teratur

Aktivitas fisik, misalnya olahraga kardio ringan, dan angkat beban ringan bisa membantu menjaga sirkulasi darah, metabolisme, hormon testosteron, dan mengurangi stres oksidatif.

Olahraga juga membantu mengendalikan berat badan dan risiko penyakit seperti obesitas dan diabetes, yang jika dibiarkan dapat memperburuk kualitas sperma. Namun, perlu diingat bahwa olahraga terlalu intens atau penggunaan steroid anabolik bisa berdampak negatif pada spermatogenesis

3. Hindari rokok dan alkohol

Merokok menyebabkan stres oksidatif, menurunkan motilitas sperma, dan meningkatkan fragmentasi DNA sperma. Begitu pula konsumsi alkohol berlebihan bisa merusak hormon reproduksi dan kualitas sperma.

Membatasi atau meninggalkan kebiasaan merokok dan alkohol akan berdampak positif pada kualitas sperma dan menurunkan potensi risiko genetik yang diturunkan ke bayi. Selain itu, hindari paparan zat toksik seperti pestisida, logam berat, radiasi berlebihan, dan suhu tinggi, misalnya penggunaan sauna terlalu sering atau laptop di pangkuan yang panas karena dapat merusak sperma.

Kapan Pria Harus Konsultasi Kesuburan?

Tidak hanya wanita yang perlu memeriksa kesuburan saat merencanakan kehamilan. Pria pun memiliki faktor risiko tersendiri, terutama bila usianya sudah tidak muda lagi. Mengetahui kapan pria harus konsultasi kesuburan menjadi langkah penting untuk mendeteksi masalah reproduksi sejak dini, sehingga peluang memiliki keturunan yang sehat dapat meningkat.

Konsultasi ini biasanya dilakukan ke dokter spesialis andrologi, urologi infertilitas, atau klinik fertilitas. Berikut beberapa tanda ketika pria harus mempertimbangkan konsultasi kesuburan:

  • Sudah berusaha memiliki anak selama 12 bulan secara aktif (hubungan rutin tanpa kontrasepsi) tanpa keberhasilan.
  • Partner wanita memiliki faktor risiko, misalnya usia Mama di atas usia 35 tahun atau mengalami gangguan ovulasi sehingga kombinasi risiko bertambah.
  • Riwayat keluarga ada kelainan genetik bawaan atau anak sebelumnya mengalami kelainan genetik.
  • Riwayat kesehatan pribadi, seperti infeksi testis, varikokel, cedera panggul/testis, faktor gaya hidup berat (merokok berat, paparan toksin), atau penggunaan obat-obatan yang dapat memengaruhi sperma.
  • Sebelum usia lanjut, misalnya usia di atas 40 atau 45, apabila perencanaan kehamilan tertunda, pria mungkin memilih evaluasi sperma (analisis semen, tes DNA sperma) sedini mungkin.

Usia pria memang berpengaruh terhadap kesehatan bayi melalui mekanisme penurunan kualitas sperma seiring usia dan potensi peningkatan mutasi genetik. Namun, bukan berarti pria lanjut usia tidak bisa memiliki anak sehat.

Jika Papa atau Mama mulai merencanakan kehamilan dengan usia yang relatif lanjut, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter agar bisa mendapatkan evaluasi dan strategi terbaik. Ingin lebih siap dalam merencanakan kehamilan yang sehat? Ikuti webinar HalloBumil bersama para ahli untuk memperluas wawasan seputar kesehatan reproduksi pria dan wanita.

Setelah itu, jangan ragu untuk bergabung dengan komunitas HalloBumil di WhatsApp, tempat berbagi pengalaman dengan calon orang tua lainnya. Unduh juga aplikasi HalloBumil untuk memantau perkembangan program hamil secara praktis, dan manfaatkan berbagai health tools seperti Hitung Masa Subur yang bisa membantu perencanaan kehamilan Mama.

Jadilah orang tua super! Panduan 1000 Hari Pertama Kehidupan si kecil ada di sini. GRATIS.
image
image
image
image
12
1
Bagikan
Facebook
Twitter
WA
IL

berapa batas usia papa dan mamanya?

  • 0
Admin MIMA

Hai Ma, untuk wanita usia ideal antara 25-30 tahun dan untuk pria sebelum usia 35 tahun ya Ma. :) ^sr

  • 1

Nikmati Perjalanan Kehamilan Bersama Bumil Lainnya

Gabung dan temui teman, tips, dan cerita inspiratif di komunitas Hallobumil untuk lewati masa hamil dengan penuh dukungan
image