Ciri-ciri Anak Autis Sejak Dini yang Perlu Dikenali
:strip_icc():format(webp)/hb-article/70cqfcBhMxK1Twokar-bx/original/vjg774i5946ed5aqg42wbof5ieiruu71.png)
Setiap anak tumbuh dengan cara yang unik. Namun, ada kalanya perkembangan anak membutuhkan perhatian lebih dari Mama. Salah satu kondisi yang penting dikenali sejak dini adalah autisme. Memahami apa itu autisme, tanda-tandanya, hingga cara memberikan dukungan emosional sebagai orang tua, akan sangat membantu tumbuh kembang si kecil. Artikel ini hadir untuk menemani Mama dalam mengenali ciri-ciri autisme pada anak, serta langkah yang dapat diambil sejak awal.
Artikel Lainnya: Tahapan Tumbuh Kembang Anak Usia 1 hingga 3 Tahun
Apa Itu Autisme?
Autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, bersosialisasi, serta menunjukkan perilaku tertentu.
Istilah "spectrum" menunjukkan bahwa kondisi ini memiliki berbagai tingkat keparahan dan gejala yang berbeda pada setiap anak. Artinya, anak dengan autisme bisa menunjukkan tanda yang ringan hingga lebih kompleks.
Autisme bukanlah sebuah penyakit yang bisa disembuhkan, namun dengan penanganan yang tepat, anak-anak dengan ASD dapat tumbuh dan belajar sesuai potensinya. Yang paling penting, Mama tidak perlu menyalahkan diri sendiri, karena autisme bukan disebabkan oleh kesalahan dalam pola asuh.
Tanda dan Ciri Anak Autis Sejak Dini
Tanda-tanda autisme biasanya mulai terlihat pada usia bayi atau balita. Beberapa anak mungkin sudah menunjukkan gejala sejak usia 6 bulan, sementara yang lain baru terlihat saat usia 2 hingga 3 tahun. Mama perlu mengenali beberapa ciri berikut:
1. Interaksi Sosial
- Tidak merespons saat namanya dipanggil (usia 6–12 bulan)
- Minim atau tidak melakukan kontak mata
- Tidak tertarik berbagi perhatian atau menunjukkan sesuatu
- Tidak menunjukkan minat bermain bersama teman sebaya
2. Komunikasi
- Tidak meniru ekspresi wajah atau gerakan orang lain
- Mengalami keterlambatan bicara
- Mengulang kata atau frasa yang sama (echolalia)
3. Pola Perilaku
- Memiliki rutinitas yang kaku dan sulit menerima perubahan
- Melakukan gerakan berulang (mengepak tangan, menggoyangkan tubuh, memutar benda)
- Tertarik secara berlebihan pada objek tertentu (misalnya menyusun mainan)
4. Respons Sensorik
- Sangat peka terhadap suara, cahaya, atau sentuhan
- Atau sebaliknya, tidak merespons rangsangan sensorik yang umum
Artikel Lainnya: Anak Tunagrahita: Ciri, Penyebab, dan Cara Menanganinya
Kapan Orang Tua Perlu Waspada?
Mama sebaiknya mulai lebih waspada bila anak menunjukkan satu atau beberapa hal berikut:
- Tidak tersenyum atau menanggapi senyuman orang lain pada usia 3 bulan.
- Tidak mengoceh atau mengucapkan kata sederhana seperti “mama” atau “papa” pada usia 12 hingga 16 bulan.
- Tidak merespons saat namanya dipanggil atau tidak memperlihatkan ketertarikan terhadap lingkungan sekitar.
- Tidak menunjuk benda atau menunjukkan gestur seperti melambaikan tangan pada usia 14 bulan.
- Menunjukkan kesulitan dalam berkomunikasi, baik secara verbal maupun nonverbal.
- Cenderung asyik sendiri dan tidak tertarik berinteraksi dengan orang lain.
Langkah Diagnosis dan Penanganan Awal
Semakin dini autisme dikenali, semakin besar peluang anak untuk mendapatkan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya. Berikut langkah-langkah yang umumnya dilakukan:
1. Evaluasi awal dan diagnosis
Langkah pertama adalah melakukan skrining perkembangan oleh dokter anak. Jika ada kecurigaan, dokter akan merujuk Mama ke psikolog anak atau psikiater anak untuk evaluasi lebih lanjut. Tes seperti M-CHAT-R/F (Modified Checklist for Autism in Toddlers) sering digunakan untuk mendeteksi autisme pada usia dini.
2. Terapi dan intervensi
Tidak ada satu metode tunggal yang berlaku untuk semua anak, namun beberapa terapi berikut terbukti efektif:
- Terapi perilaku (Applied behavior analysis/ABA): Terapi ini mengajarkan anak untuk memahami dan mengembangkan perilaku positif serta keterampilan sehari-hari.
- Terapi wicara: Membantu anak yang mengalami kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi.
- Terapi okupasi dan aensorik: Bertujuan untuk melatih kemampuan motorik halus dan menyesuaikan respons sensorik anak.
- Pelatihan keterampilan sosial (Social skills training): Mengajarkan anak untuk membangun hubungan sosial dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
- Terapi bermain (Floor time): Menggunakan aktivitas bermain untuk mendorong interaksi dan ekspresi emosi anak.
Artikel Lainnya: Tahapan Tumbuh Kembang Anak Usia 4 hingga 6 Tahun
Dukungan Emosional untuk Orang Tua
Mengasuh anak dengan autisme bisa menjadi perjalanan yang menantang secara emosional. Mama mungkin merasa cemas, lelah, atau bingung. Namun, Mama tidak sendiri. Banyak orang tua yang juga menjalani pengalaman serupa, dan berbagai bentuk dukungan tersedia untuk membantu.
Hal yang bisa Mama lakukan:
- Carilah informasi dari sumber tepercaya agar Mama bisa memahami kondisi anak secara lebih baik.
- Bergabunglah dengan komunitas atau kelompok dukungan sesama orang tua anak dengan autisme. Di sana, Mama bisa berbagi cerita dan saling menguatkan.
- Libatkan anggota keluarga lain agar Mama tidak merasa harus menghadapi semuanya sendirian.
- Jaga kesehatan mental Mama sendiri, baik dengan berkonsultasi pada profesional maupun meluangkan waktu untuk diri sendiri.
Mendampingi anak dengan autisme bukan hanya soal mencari solusi, tapi juga belajar untuk memahami dan tumbuh bersama. Setiap langkah kecil yang Mama ambil bisa membuka jalan besar bagi perkembangan anak. Yang terpenting, Mama tidak sendiri dalam perjalanan ini.
Mama ingin tahu lebih banyak soal perkembangan anak? Yuk, download aplikasi Hallobumil sekarang juga untuk akses artikel terpercaya dan tools parenting! Jangan lewatkan juga event webinar seputar tumbuh kembang anak di halaman event, serta gabung ke komunitas WhatsApp sesuai tahap kehamilan atau usia anak. Mama juga bisa pakai fitur kalender masa subur dan kalkulator HPL langsung dari aplikasi Hallobumil.