Infertilitas Pria: Penyebab, Ciri-ciri, dan Solusinya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/KJ8lUm8o-TmCpuZum3lfe/original/7h3pzc4jv6ib5ntly0h05ab60wxq8zd8.png)
Infertilitas pria merupakan salah satu penyebab utama pasangan sulit memperoleh keturunan, dan sayangnya masih banyak yang belum memahami secara mendalam. Bila Papa dan pasangan sudah mencoba secara rutin tanpa alat kontrasepsi selama lebih dari satu tahun tetapi belum juga hamil, bisa jadi infertilitas pria menjadi salah satu faktornya.
Mari ketahui apa itu infertilitas pada pria, penyebab infertilitas pria, ciri-ciri pria tidak subur yang perlu diwaspadai, bagaimana dokter spesialis andrologi melakukan tes kesuburan pria, serta solusi dan cara mengatasi infertilitas pria yang tersedia saat ini lewat artikel berikut.
Artikel Lainnya: Medical Check-up: Manfaat, Jenis, dan Waktu yang Tepat
Apa Itu Infertilitas pada Pria?
Infertilitas pria adalah kondisi di mana seorang pria memiliki kesulitan mendatangkan keturunan karena masalah pada produksi atau kualitas sperma, atau gangguan pada sistem reproduksinya. Menurut Cleveland Clinic, infertilitas pada pria dapat muncul akibat berbagai masalah biologis, hormonal, hingga struktural seperti varikokel atau saluran sperma tersumbat.
Salah satu kondisi serius adalah azoospermia, yaitu ketiadaan sperma dalam air mani yang terjadi pada sekitar 15 % pria infertil. Selain itu, ada gangguan seperti oligoasthenoteratozoospermia (OAT), yaitu kombinasi jumlah sperma rendah, motilitas buruk, dan bentuk sperma abnormal.
Penyebab Umum Infertilitas Pria
Penyebab infertilitas pria sangat beragam dan bisa melibatkan faktor medis, hormonal, lingkungan, maupun gaya hidup. Berikut sederet penyebab umum infertilitas yang perlu diperhatikan:
Faktor Medis
Faktor medis yang bisa menyebabkan infertilitas di antaranya:
1. Varikokel – pembuluh darah yang membesar di skrotum
Varikokel adalah pelebaran pembuluh darah vena di dalam skrotum, mirip seperti varises di kaki. Ini merupakan penyebab paling umum dari infertilitas pria dan terjadi pada sekitar 15% dari seluruh pria dan 40% dari pria yang mengalami masalah kesuburan.
Varikokel bisa mengganggu produksi sperma karena meningkatkan suhu di sekitar testis, yang berdampak negatif pada produksi, kualitas, dan motilitas sperma. Selain itu, varikokel juga bisa menyebabkan kerusakan oksidatif dan menurunkan kadar testosteron secara lokal.
2. Infeksi
Infeksi pada saluran reproduksi bisa merusak kualitas sperma atau menyebabkan penyumbatan pada saluran sperma. Beberapa jenis infeksi yang bisa menyebabkan infertilitas pria antara lain:
- Epididimitis (infeksi saluran sperma)
- Orkitis (radang testis)
- Gonore dan klamidia (penyakit menular seksual)
- Infeksi saluran kemih berulang yang menyebar ke sistem reproduksi
Infeksi bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang menghalangi sperma keluar. Selain itu, infeksi bisa menyebabkan kerusakan permanen pada testis jika tidak diobati.
3. Gangguan hormon
Hormon yang diproduksi oleh otak dan testis memainkan peran penting dalam produksi sperma. Ketidakseimbangan hormon seperti FSH (Follicle Stimulating Hormone), LH (Luteinizing Hormone), dan testosteron dapat mengganggu proses spermatogenesis. Beberapa kondisi yang dapat memicu gangguan hormonal antara lain:
- Hipogonadisme (kadar testosteron rendah)
- Tumor kelenjar pituitari atau hipotalamus
- Sindrom Klinefelter (kelainan genetik dengan kromosom ekstra)
- Penggunaan steroid anabolik
4. Gangguan ejakulasi dan sperma
Gangguan lain yang dapat menjadi penyebab infertilitas pria mencakup:
- Azoospermia: Tidak adanya sperma dalam air mani
- Oligospermia: Jumlah sperma sangat rendah
- Asthenospermia: Sperma tidak bergerak aktif
- Teratospermia: Sperma memiliki bentuk abnormal
Beberapa kondisi, seperti ejakulasi retrograde (sperma masuk ke kandung kemih), juga bisa menyebabkan infertilitas. Kondisi ini bisa disebabkan oleh diabetes, cedera saraf, atau efek samping obat tertentu.
Artikel Lainnya: Estimasi Biaya Tes Kesuburan di Puskesmas & Prosedurnya
Faktor Gaya Hidup
Berikut faktor gaya hidup yang bisa berdampak pada kesuburan Papa:
1. Merokok
Kebiasaan merokok sangat erat kaitannya dengan kerusakan DNA sperma, penurunan konsentrasi sperma, motilitas rendah, dan peningkatan sperma abnormal. Nikotin dan bahan kimia dalam rokok dapat mengganggu hormon serta menurunkan kualitas sperma secara keseluruhan.
2. Obesitas
Obesitas memengaruhi keseimbangan hormon di dalam tubuh. Kelebihan lemak meningkatkan produksi estrogen dan menurunkan testosteron, yang merupakan hormon utama dalam produksi sperma. Selain itu, obesitas juga berhubungan dengan peningkatan suhu testis karena akumulasi lemak di area selangkangan, yang berdampak buruk pada spermatogenesis.
3. Paparan lingkungan dan bahan kimia
Jika Papa bekerja di lingkungan industri seperti pertanian, pertambangan, atau laboratorium kimia, perlu waspada karena memiliki risiko lebih tinggi terkena paparan:
- Pestisida
- Logam berat (seperti timbal, kadmium)
- Pelarut organik
- Radiasi atau panas berlebih
Paparan ini dapat merusak DNA sperma atau menurunkan produksinya secara drastis.
4. Alkohol dan narkoba
Konsumsi alkohol berlebihan dapat menurunkan produksi testosteron, menyebabkan disfungsi ereksi, dan mengurangi produksi sperma. Begitu juga dengan penggunaan narkoba seperti ganja, kokain, atau steroid anabolik yang bisa menghambat produksi sperma secara signifikan.
Steroid anabolik, khususnya, menyebabkan tubuh berhenti memproduksi testosteron alami, sehingga testis bisa mengecil dan berhenti memproduksi sperma sama sekali.
Artikel Lainnya: 5 Pantangan Calon Ayah Saat Promil yang Wajib Dihindari
Ciri-ciri dan Gejala yang Perlu Diwaspadai
Seringkali infertilitas pria tidak menimbulkan gejala yang mencolok. Namun beberapa ciri-ciri pria tidak subur yang perlu diperhatikan antara lain:
- Kesulitan mendapatkan keturunan setelah setahun melakukan hubungan tanpa alat kontrasepsi. Ini adalah tanda utama infertilitas.
- Gangguan fungsi seksual: sulit ejakulasi, disfungsi ereksi, dan menurunnya gairah seksual.
- Nyeri, bengkak, atau benjolan di area testis (bisa menunjukkan varikokel atau infeksi).
- Tanda hormonal seperti pertumbuhan payudara (ginekomastia), rambut tubuh berkurang, atau kelainan genetik/hormon lainnya.
- Jumlah sperma yang rendah, misalnya kurang dari 15 juta sperma/mL atau total <39 juta/ejakulasi menjadi indikator medis untuk infertilitas.
Bagaimana Dokter Mendiagnosis Infertilitas Pria?
Proses diagnosis sering dilakukan oleh dokter spesialis andrologi, dokter yang ahli menangani sistem reproduksi pria, termasuk infertilitas, varikokel, disfungsi ereksi, dan masalah testis lainnya. Tindakan yang dilakukan meliputi:
- Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Dokter akan menanyakan riwayat seksual, penyakit sebelumnya, operasi testis, paparan lingkungan, kebiasaan hidup, dan memeriksa kondisi testis, skrotum, varikokel, struktur reproduksi.
- Tes kesuburan pria (analisis semen): Minimal dua sampel air mani diambil pada hari berbeda untuk mengevaluasi volume, jumlah sperma, motilitas, bentuk, dan pH.
- Tes darah hormon: Memeriksa testosterone, FSH, LH, serta screening untuk gangguan hormonal lain atau faktor genetik jika perlu.
- Pencitraan: USG skrotum atau doppler untuk mendeteksi varikokel, massa, sumbatan, atau kelainan struktural lainnya.
- Biopsi testis: Bila ditemukan jumlah sperma sangat rendah atau tidak ada (azoospermia), pengambilan jaringan testis dapat membantu menentukan apakah ada sperma secara langsung.
Artikel Lainnya: 5 Pilihan Obat Kesuburan Pria di Apotek, Jangan Asal Beli!
Pilihan Pengobatan dan Solusi yang Tersedia
Pilihan pengobatan sangat bergantung pada penyebab yang ditemukan. Berikut beberapa pilihan umum yang bisa Papa pertimbangkan:
- Perubahan gaya hidup: Berhenti merokok, mengurangi alkohol, mengontrol berat badan, olahraga, dan konsumsi makanan bergizi (misalnya ikan ber-omega‑3, buah, sayur, kacang‑kacangan) terbukti bisa meningkatkan jumlah dan motilitas sperma.
- Operasi: Misalnya operasi varikokel (pengikatan pembuluh darah) untuk memperbaiki suhu dan aliran darah testis atau membetulkan sumbatan (seperti vasoepididymostomy) jika ada hambatan saluran sperma.
- Pengobatan infeksi: Dengan antibiotik untuk infeksi saluran reproduksi, meski tidak selalu mengembalikan kesuburan sepenuhnya jika kerusakan telah terjadi.
- Terapi hormonal dan obat-obatan: Jika ditemukan ketidakseimbangan hormon, terapi seperti FSH/LH, klomifena, atau HCG bisa membantu. Akan tetapi, terapi testosteron exogenous bisa menurunkan produksi sperma sehingga tidak dianjurkan untuk kesuburan.
- Teknologi reproduksi berbantu: Pengambilan sperma langsung (biopsi testis), injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI), atau fertilisasi in vitro (IVF) untuk kasus infertilitas berat atau azoospermia.
- Manajemen faktor emosional dan stres: Stres kronis dapat menurunkan hormon testosteron dan spermatogenesis, jadi relaksasi, konseling atau manajemen stres juga bagian solusi.
Jika Papa atau Mama mencurigai adanya masalah infertilitas pria, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis andrologi untuk mendapatkan tes kesuburan pria yang tepat.
Dengan diagnosis akurat, cara mengatasi infertilitas pria bisa dirancang secara optimal, baik dengan gaya hidup sehat, terapi medis, tindakan bedah hingga bantuan teknologi reproduksi.
Untuk informasi lebih lengkap secara mudah dan terintegrasi, Papa dan Mama bisa bergabung dengan komunitas WhatsApp HalloBumil. Di sana Mama dan Papa bisa diskusi soal kesehatan reproduksi, bertanya langsung dokter atau tenaga medis, serta mendapatkan tips lifestyle untuk mendukung kesuburan pasangan. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk download HalloBumil sekarang