Si Kecil Rewel Setelah Minum Susu? Bisa Jadi Alergi, Ma!
:strip_icc():format(webp)/hb-article/0DnAVbINqJ9z84OSMxOYr/original/mqouqyt1oxewey8on6mststiy0b3olby.png)
Alergi susu sapi bisa menjadi tantangan tersendiri bagi banyak orang tua, terutama saat bayi mulai menunjukkan gejala yang tidak biasa setelah mengonsumsi susu atau produk turunannya. Meski terkesan mirip dengan intoleransi laktosa, sebenarnya alergi susu sapi adalah kondisi berbeda yang melibatkan sistem imun. Untuk itu, penting bagi Mama memahami apa itu alergi susu sapi, bagaimana cara mengenalinya, serta langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menanganinya secara aman.
Artikel lainnya: Anak Alergi Bisa Berisiko Badan Pendek dan Stunting?
Apa Itu Alergi Susu Sapi?
Alergi susu sapi adalah kondisi di mana sistem imun bayi bereaksi terhadap salah satu atau kedua protein utama dalam susu sapi, yaitu kasein dan whey. Reaksi ini bisa muncul dalam bentuk gejala ringan seperti ruam kulit, hingga gejala serius seperti muntah hebat atau sesak napas. Gelaja alergi susu sapi sering ditemukan pada bayi dan anak-anak di bawah usia satu tahun, terutama mereka yang diberi susu formula berbasis susu sapi.
Meskipun terdengar mirip, sebenarnya ada perbedaan alergi dan intoleransi susu yang cukup signifikan. Pada alergi, sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein susu. Sementara itu, intoleransi laktosa terjadi karena tubuh tidak cukup memproduksi enzim laktase yang berfungsi mencerna laktosa (gula dalam susu). Gejala intoleransi biasanya hanya berupa gangguan pencernaan seperti kembung, diare, atau kram perut, dan tidak berisiko menyebabkan reaksi yang membahayakan nyawa seperti alergi.
Penyebab Alergi Susu Sapi
Penyebab alergi susu sapi yang utama adalah respons sistem imun yang keliru terhadap protein susu. Tubuh menganggap protein tersebut sebagai ancaman, sehingga memicu reaksi alergi. Selain itu, bayi yang belum memiliki sistem pencernaan dan kekebalan tubuh yang sempurna lebih rentan mengalami alergi ini.
Faktor Risiko Alergi Susu Sapi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi mengalami alergi susu sapi antara lain:
- Adanya riwayat alergi dalam keluarga, seperti asma, eksim, atau alergi makanan lainnya.
- Bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif dan langsung diberikan susu formula berbahan dasar susu sapi.
- Bayi lahir prematur atau memiliki gangguan saluran cerna sejak dini.
Jika ada satu atau lebih faktor risiko ini, kemungkinan bayi mengalami alergi susu sapi akan lebih besar.
Artikel lainnya: Cara Memilih Susu Soya yang Tepat untuk Anak Alergi Susu Sapi
Gejala Alergi Susu Sapi pada Bayi
Gejala alergi susu sapi dapat muncul dalam waktu singkat setelah bayi mengonsumsi produk susu, atau bisa juga muncul beberapa jam bahkan hari kemudian. Beberapa gejala umum meliputi:
- Ruam kemerahan pada kulit atau eksim yang memburuk.
- Muntah atau diare, kadang feses bayi alergi susu sapi disertai dengan darah.
- Perut kembung dan rewel berkepanjangan.
- Sesak napas atau bunyi mengi.
- Berat badan sulit naik atau bahkan turun.
Gejala ini bisa ringan, tapi dalam beberapa kasus bisa berkembang menjadi anafilaksis, yaitu reaksi alergi berat yang membutuhkan penanganan darurat.
Cara Mendiagnosis Alergi Susu Sapi
Untuk memastikan apakah bayi mengalami alergi susu sapi, Mama perlu memahami cara tes alergi susu sapi pada bayi yang biasanya dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa tahapan, seperti:
- Wawancara medis dan observasi gejala: Dokter akan bertanya tentang riwayat makanan, waktu timbulnya gejala, dan kondisi keluarga.
- Tes kulit atau tes darah: Untuk melihat apakah ada respons imun terhadap protein susu.
- Eliminasi makanan: Susu sapi dan produk turunannya dihindari selama 2–4 minggu untuk melihat perubahan gejala.
- Tes tantangan oral: Dilakukan secara hati-hati di bawah pengawasan medis untuk memastikan apakah gejala kembali muncul saat protein susu diperkenalkan lagi.
Artikel lainnya: Alergi Makanan pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Penanganan dan Pengobatan Alergi Susu Sapi
Cara mengatasi alergi susu sapi yang paling mudah dilakukan adalah dengan menghindari protein susu sapi secara total. Jika bayi masih menyusu, dokter mungkin menyarankan Mama untuk menghindari semua produk berbahan dasar susu dalam pola makan sehari-hari.
Jika si Kecil mengonsumsi susu formula untuk bayi alergi, ada beberapa pilihan:
- Susu formula hidrolisat ekstensif (eHF): protein susu sudah dipecah menjadi bagian kecil sehingga kecil kemungkinan menimbulkan reaksi alergi.
- Susu formula berbasis asam amino (AAF): digunakan jika bayi tidak cocok dengan eHF atau memiliki alergi berat.
Jika ada risiko alergi parah, dokter mungkin juga akan meresepkan obat darurat seperti epinefrin autoinjector yang harus selalu tersedia.
Cara Mencegah Alergi Susu Sapi
Meskipun tidak selalu bisa dicegah, ada beberapa langkah yang dapat membantu menurunkan risiko:
- Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama adalah salah satu cara terbaik untuk memperkuat sistem imun bayi.
- Jika harus menggunakan susu formula, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter untuk menentukan jenis yang paling aman.
- Hindari memberikan produk susu sapi terlalu dini sebelum usia bayi siap menerima makanan padat.
Pilihan Susu Alternatif untuk Bayi Alergi
Bayi dengan alergi susu sapi tetap memerlukan asupan nutrisi yang cukup. Beberapa pilihan susu alternatif untuk bayi alergi yang bisa digunakan, antara lain:
- eHF: Pilihan pertama untuk alergi ringan hingga sedang.
- AAF: Lebih cocok untuk alergi berat atau reaksi sistemik.
- Susu kedelai: Bisa diberikan setelah usia 6 bulan, namun tetap perlu dikonsultasikan dengan dokter karena beberapa bayi juga sensitif terhadap protein kedelai.
- Susu nabati lainnya seperti oat atau almond, tapi hanya diberikan saat bayi sudah cukup besar dan dengan rekomendasi tenaga medis karena kandungan gizinya berbeda.
Kapan Alergi Susu Sapi Akan Hilang?
Kabar baiknya, sebagian besar bayi dengan alergi susu sapi akan sembuh dengan sendirinya seiring bertambahnya usia. Statistik menunjukkan:
- Sekitar 50% anak sudah bebas alergi pada usia 2–3 tahun.
- Sebagian besar anak pulih pada usia 4–6 tahun.
Proses ini bisa berlangsung lebih cepat jika gejalanya ringan dan penanganannya tepat sejak awal. Namun, tetap penting melakukan pemantauan secara berkala bersama dokter.
Artikel lainnya: Si Kecil Sering Gumoh, Normal atau Tidak ?
Kapan Harus Konsultasi dengan Dokter?
Mama sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter jika:
- Bayi menunjukkan gejala alergi seperti ruam, muntah, diare berdarah, atau sulit bernapas.
- Berat badan tidak naik atau bayi tampak kurang nyaman setelah minum susu.
- Mama ingin mengganti jenis susu formula atau melakukan reintroduksi susu ke dalam pola makan bayi.
Menghadapi alergi susu sapi memang tidak mudah, apalagi jika Mama harus menyesuaikan pola makan sendiri atau memilih susu yang tepat untuk bayi. Tapi, ingatlah bahwa kondisi ini sering kali bersifat sementara, dan banyak anak yang akhirnya bisa mengonsumsi produk susu dengan aman saat mereka tumbuh besar!
Ingin tahu lebih banyak tentang cara menangani alergi susu sapi dan tumbuh kembang si kecil? unduh aplikasi Hallobumil sekarang dan Gabung dengan komunitas tumbuh kembang anak untuk mendapatkan edukasi seputar alergi, tips menyusui, pilihan susu alternatif, serta dukungan dari sesama ibu! Ikuti event edukasi dari HalloBumil, baik online maupun offline. Seru, gratis, dan penuh ilmu parenting! Semua bisa Mama lakukan dalam satu genggaman.