Mengenal Alergi Makanan pada Si Kecil
:strip_icc():format(webp)/hb-article/6OicGuRUEUHonplQ4ZU87/original/43866.jpg)
dr. Indria Sari
Akhir-akhir ini Mama mungkin semakin sering mendengar kejadian alergi makanan yang terjadi pada anak-anak di sekitar Mama baik dari keluarga, teman, maupun kolega. Memang menurut laporan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) di Amerika, terjadi peningkatan angka kejadian alergi makanan sejak tahun 1997-2011 sebesar 50%. Meskipun belum dapat ditemukan data pastinya di negara kita, hal yang sama mungkin terjadi juga di Indonesia.
Alergi makanan adalah suatu kondisi di mana tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein tertentu di dalam makanan yang sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh. AAP (American Academy of Pediatrics) mengelompokkan gejala alergi ini menjadi gejala kulit (bentol, merah dan gatal, bengkak), gejala pernapasan (bersin, asma, tenggorok terasa ketat), gejala saluran cerna (mual, muntah, diare), dan gejala sirkulasi/peredaran darah (pucat, pusing, pingsan). Apabila Si Kecil mengalami satu atau beberapa gejala ini setelah makan makanan tertentu, ada kemungkinan Si Kecil mengalami alergi makanan. Jika gejala alergi terjadi pada lebih dari satu kelompok gejala (misalnya, timbul gejala kulit dan gejala pernapasan pada saat yang sama), hal ini termasuk alergi berat yang dapat menjadi kegawatdaruratan. Pada kasus alergi berat, Mama harus segera datang ke UGD agar Si Kecil dapat ditangani segera.
Meski demikian, ada juga penyakit lain yang memiliki gejala seperti alergi makanan seperti keracunan makanan (mual, muntah), efek samping obat (kafein pada permen atau soda dapat menyebabkan gelisah), iritasi kulit (karena asam pada jus jeruk), dan diare (karena mengonsumsi terlalu banyak gula seperti jus buah). Dalam hal ini Mama harus jeli memperhatikan asupan Si Kecil agar tidak salah mengartikan gejalanya.
Makanan apa saja yang dapat menimbulkan alergi? Pada dasarnya semua makanan dapat menyebabkan alergi. Namun, yang tersering adalah susu sapi, telur, kacang (termasuk walnut, pistachio, pecan, mete), kedelai, gandum, dan makanan laut (tuna, salmon, udang, lobster, cod). Selain itu beberapa jenis makanan lain seperti daging, buah dan sayur, serta biji-bijian (misalnya wijen) juga dilaporkan dapat menyebabkan alergi. Makanan yang sering menyebabkan alergi berat adalah kacang dan makanan laut.
Apakah alergi makanan dapat sembuh? Dikatakan bahwa 80-90 persen alergi telur, susu, gandum, dan kedelai akan menghilang dengan sendirinya pada saat Si Kecil berusia 5 tahun. Namun ada juga alergi yang bertahan hingga usia dewasa seperti alergi kacang dan makanan laut.
Apabila Si Kecil mengalami alergi makanan, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menghindari pencetus alergi sebisa mungkin. Mama bisa berkonsultasi dengan Dokter agar penyebab alerginya dapat diidentifikasi dengan lebih tepat dan mendiskusikan pilihan bahan makanan pengganti sehingga kebutuhan nutrisi Si Kecil tetap dapat terpenuhi. (IS)