Penyebab Gerakan Janin Berkurang yang Perlu Diperhatikan
:strip_icc():format(webp)/hb-article/Qv2F70OXRbZw2___-XHTP/original/252gerakan-janin-berkurang.png)
dr. Fiona Amelia
Gerakan janin bukan sekadar gerakan biasa. Keberadaan dan frekuensinya penting untuk dikenali. Ibu hamil yang sudah mengenali pola gerakan janinnya akan waspada ketika gerakan dirasa berkurang.
Umumnya gerakan Si Kecil dirasakan dalam bentuk tendangan, pukulan, getaran, desiran, atau sesuatu yang berguling di dalam perut. Sebagian besar ibu hamil mulai merasakannya pada usia kehamilan 18-20 minggu.
Namun, bila ini merupakan kehamilan yang pertama, gerakan Si Kecil bisa jadi baru dirasakan pada akhir minggu ke-20, atau bahkan baru terasa pada usia kehamilan 22 minggu. Sebaliknya, bila ini kehamilan yang kedua dan seterusnya, gerakan Si Kecil sudah dapat dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu.
Kondisi normal yang membuat gerakan Si Kecil berkurang
Berkurangnya gerakan Si Kecil tidak selalu berarti kondisi Si Kecil tidak sehat. Pada beberapa kondisi berikut, wajar apabila gerakan Si Kecil dirasa berkurang.
- Si Kecil sedang tidur
Janin memiliki waktu tidur selama 20-40 menit, dan tidak lebih dari 90 menit. Pada periode ini, janin tidak akan bergerak. - Mama kurang sensitif terhadap gerakan Si Kecil
Gerakan Si Kecil kurang terasa pada kondisi-kondisi berikut: Mama tergolong obesitas, jumlah air ketuban berkurang atau bertambah, posisi Mama duduk atau berdiri, punggung Si Kecil berada di sisi depan perut, ari-ari berada di sisi depan rahim, dan Mama sedang aktif bergerak atau sibuk. - Gerakan Si Kecil berkurang tetapi hanya sementara
Misalnya saat Si Kecil tidur, Mama mengonsumsi obat antinyeri atau obat tidur, Mama merokok atau mengonsumsi alkohol.
Kondisi serius yang membuat gerakan Si Kecil berkurang
Pada sebagian kasus, gerakan Si Kecil berkurang dikarenakan Si Kecil kurang sehat atau lingkungan dalam rahim yang kurang menunjang. Berikut ini beberapa penyebab yang sering ditemukan:
- Stres dan nutrisi ibu hamil
Hormon yang keluar pada saat stres dapat menyebabkan Si Kecil kurang bergerak. Kondisi dehidrasi dan kurangnya asupan zat gizi juga mengurangi jumlah gerakan janin. - Selaput ketuban pecah sebelum waktu melahirkan
Cairan ketuban menjaga kondisi Si Kecil tetap hangat, aman, dan terlindungi. Bila selaput ketuban bocor atau pecah sebelum waktunya, Si Kecil akan mengalami ‘stres’, gangguan nutrisi, dan rentan infeksi. Semua ini dapat mengurangi bahkan menghentikan gerakan Si Kecil. - Ari-ari terlepas
Ari-ari atau plasenta merupakan organ yang memberi makan Si Kecil. Ari-ari yang normal akan terus menempel pada dinding rahim hingga waktunya melahirkan. Bila kemudian terlepas dari dinding rahim, aliran oksigen dan darah ke Si Kecil akan terganggu serta dapat menimbulkan kematian bila tak segera ditangani. - Si Kecil kekurangan oksigen atau hipoksia
Darah dan oksigen dialirkan ke Si Kecil melalui tali pusat. Bila tali pusat tertekuk atau terpelintir, aliran keduanya akan terhenti. Akibatnya, Si Kecil mengalami kondisi kekurangan oksigen yang disebut dengan hipoksia. Selanjutnya, gerakan Si Kecil akan berkurang atau bahkan terhenti.
Sesuai konsensus, jumlah gerakan Si Kecil dianggap normal apabila terdapat sepuluh gerakan atau lebih dalam waktu dua jam. Dengan catatan, Mama berbaring miring dan fokus dengan gerakan tersebut. Bila gerakan Si Kecil kurang dari jumlah minimum tersebut, segera konsultasikan dengan Dokter.
Meski tak selalu membahayakan, gerakan Si Kecil yang berkurang lebih baik dievaluasi sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.