Pentingnya Vaksinasi Rubella Pada Program Hamil
:strip_icc():format(webp)/hb-article/yUarZuWr4KDqq20NUuddH/original/331pentingnya-vaksinasi-rubella-dalam-program-hamil-by-africa-studio-shutterstock.jpg)
dr. Yudhistira
Tidak adanya terapi spesifik untuk infeksi rubella hanya menyisakan ruang untuk pencegahan. Vaksinasi rubella adalah cara yang aman, efektif, dan efisien untuk mencegah infeksi rubella. Jauh lebih mudah meluangkan waktu untuk melakukan vaksinasi MR (Mumps Rubella) dibandingkan menjalani berbagai terapi akibat gangguan organ pada CRS (Congenital Rubella Syndrome). Jauh lebih murah biaya yang dikeluarkan untuk vaksinasi dibandingkan dengan biaya terapi akibat CRS.
Jika Mama sudah pernah mendapatkan vaksin rubella (biasanya digabungkan dengan vaksin campak atau campak-gondongan) ketika masih anak-anak, maka Mama sudah tidak perlu lagi menerimanya ketika dewasa. Tanyakanlah kepada orang tua Mama apakah sudah pernah mendapatkan vaksin tersebut, atau cek buku riwayat kesehatan Mama saat masih anak-anak.
Bila Mama belum mendapatkannya, segeralah dapatkan vaksinasi tersebut sebelum hamil. Alasannya adalah vaksin tersebut tidak dianjurkan untuk diberikan pada ibu hamil maupun wanita yang sedang menjalani program kehamilan. Menurut Centers for Disease Control dan Prevention, wanita yang menerima vaksin MMR (Mumps Measles Rubella)/MR tidak boleh hamil dulu, minimal selama 28 hari atau empat minggu setelah vaksinasi.
Alasan tidak diperbolehkan hamil terlebih dulu adalah karena vaksin MMR/MR menggunakan virus hidup yang dilemahkan. Pemberikan vaksin dikhawatirkan menyebabkan kelainan pada janin. Bila dalam 28 hari setelah pemberian vaksin terlanjur terjadi kehamilan, maka disarankan mengikuti konseling dari Dokter mengenai apa saja risiko vaksin terhadap janin dan langkah-langkah apa yang dapat dilakukan untuk meminimalkannya.
Kekhawatiran bahwa vaksin MMR dapat menyebabkan risiko autisme pada anak perlu dihilangkan. Penelitian yang melibatkan sekitar 650.000 anak di Denmark selama satu dekade menyimpulkan vaksin tersebut tidak meningkatkan risiko autisme pada anak. Penelitian melibatkan anak yang lahir tahun 1999-2013 dan membandingkan anak yang divaksinasi dan tidak divaksinasi MMR yang didiganosis autisme. Tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok tersebut sehingga disimpulkan vaksin MMR tidak meningkatkan risiko autisme.
Sudahkah Mama mendapatkan vaksin untuk rubella? (Y)