Awas Infeksi TORCH pada Ibu Hamil, Kenali Gejala dan Pencegahannya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/Bz1fLWn-pHqGn0w8sw1ux/original/0torch-penyebab-keguguran-berulang.jpg)
Kehamilan adalah periode penuh harapan dan antisipasi. Namun, di balik kegembiraan membawa kehidupan baru, ada sejumlah risiko yang perlu diperhatikan oleh Mama agar janin tumbuh sehat dan optimal.
Salah satu risiko yang bisa sangat serius namun sering kurang diperhatikan adalah infeksi TORCH. Infeksi ini bisa tampak sepele karena kadang tidak menimbulkan gejala pada Mama, tetapi dampaknya terhadap janin bisa sangat mengganggu, bahkan permanen.
Oleh karena itu, memahami apa itu infeksi TORCH pada ibu hamil, bagaimana dicegah, serta apa yang harus dilakukan jika terdiagnosis sangat penting agar Mama dan janin aman selama masa kehamilan.
Artikel Lainnya: Pentingnya Vaksin Rubella Sebelum Hamil, Cegah Cacat Lahir
Apa Itu Infeksi TORCH dan Mengapa Berbahaya bagi Ibu Hamil?
Infeksi TORCH adalah sekelompok penyakit yang bisa menular dari Mama ke janin melalui plasenta selama masa kehamilan. Istilah ini merupakan singkatan dari Toxoplasma gondii, Other (sifilis, varicella-zoster, parvovirus B19), Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex Virus.
Walaupun berasal dari penyebab yang berbeda (parasit, bakteri, maupun virus), semuanya berpotensi menimbulkan dampak serius pada janin, mulai dari keguguran, kelainan bawaan, hambatan tumbuh kembang, hingga kematian janin. Berikut masing-masing komponen TORCH dan bahaya TORCH ibu hamil:
T – Toxoplasma Gondii
Toxoplasma gondii adalah parasit yang biasanya menular melalui daging mentah atau setengah matang, sayuran yang tidak dicuci bersih, serta kotoran kucing yang terinfeksi.
Pada ibu hamil, infeksi toksoplasma bisa saja tanpa gejala, namun pengaruh TORCH pada janin dapat menyebabkan hidrosefalus, kalsifikasi intrakranial, kebutaan, atau gangguan saraf permanen. Risiko paling besar terjadi bila infeksi terjadi pada trimester pertama.
O – Other (Sifilis, Varicella-Zoster, Parvovirus B19)
- Sifilis: Infeksi menular seksual ini bisa menyebabkan keguguran, lahir mati, atau bayi lahir dengan sifilis kongenital yang memengaruhi tulang, gigi, dan sistem saraf.
- Varicella-zoster (cacar air): Bila terjadi pada kehamilan awal, dapat memicu sindrom varicella kongenital, menyebabkan kelainan tungkai, gangguan otak, dan cacat mata.
- Parvovirus B19: Virus ini bisa menyebabkan anemiaberatdan hidrops fetalis (penumpukan cairan pada janin), yang berisiko tinggi mengakibatkan kematian janin.
R – Rubella (Campak Jerman)
Rubella adalah penyakit virus yang sangat berbahaya bila menyerang ibu hamil, khususnya pada trimester pertama. Infeksi ini dapat menimbulkan sindrom rubella kongenital, dengan gejala klasik berupa katarak, kelainan jantung bawaan, dan gangguan pendengaran permanen. Selain itu, bayi juga berisiko mengalami keterlambatan perkembangan dan mikrosefali.
C – Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah virus dari keluarga herpesvirus yang sangat umum di masyarakat, sering kali tanpa gejala pada orang sehat. Namun, bila menular ke janin, CMV dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural, keterlambatan perkembangan, mikrosefali, hingga kejang. CMV adalah penyebab infeksi kongenital paling sering dialami.
H – Herpes Simplex Virus (HSV)
Infeksi HSV pada ibu hamil biasanya disebabkan oleh HSV-2 (genital), meski HSV-1 (oral) juga bisa menular. Jika Mama mengalami infeksi primer saat hamil, risikonya lebih tinggi. Penularan ke bayi biasanya terjadi saat proses persalinan melalui jalan lahir. Dampaknya bisa berupa herpes neonatorum, yang menyerang kulit, mata, sistem saraf, hingga berujung fatal bila tidak ditangani.
Gejala Infeksi TORCH pada Ibu Hamil
Gejala infeksi TORCH saat hamil seringkali tidak muncul secara spesifik, bisa ringan atau bahkan tidak tampak gejala. Beberapa gejala yang mungkin muncul:
- Demam ringan, malaise atau merasa tidak enak badan.
- Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati).
- Nyeri otot, sakit kepala, letih, atau lemah.
- Ruam kulit pada beberapa infeksi virus, misalnya rubella atau VZV.
- Gejala khusus tergantung jenis patogen, misalnya pada Toxoplasma bisa ada nyeri otot, gejala seperti flu, pada HSV bisa ada lepuhan genital, pada CMV jarang gejala pada Mama tetapi kadang nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar, dan kelelahan.
Karena gejalanya non-spesifik atau bahkan hilang, banyak kasus infeksi TORCH ibu hamil diketahui lewat tes laboratorium atau pemantauan janin, bukan hanya dari keluhan Mama. Oleh karenanya, dianjurkan untuk melakukan tes TORCH sebelum hamil.
Artikel Lainnya: Vaksinasi Hepatitis B Sebelum Hamil, Lindungi Mama dan Janin
Dampak Serius Infeksi TORCH pada Janin
Dampak infeksi TORCH pada janin bisa sangat variatif tergantung jenis infeksi, waktu infeksi (trimester), dan keparahan infeksi. Beberapa dampak serius termasuk:
- Keguguran atau kelahiran mati (stillbirth).
- Bayi lahir prematur dan berat lahir rendah.
- Gangguan perkembangan jangka panjang, seperti keterlambatan kognitif, motorik, atau bicara.
- Kelainan organ bawaan seperti kebutaan, gangguan pendengaran, kelainan jantung, kelainan mata seperti katarak, hingga kerusakan saraf pusat.
- Hidrops fetalis atau anemia berat, terutama pada infeksi seperti parvovirus B19.
Semakin awal infeksi terjadi, biasanya risiko kerusakan organ akan lebih besar karena organ-organ utama janin sedang terbentuk.
Cara Penularan Infeksi TORCH yang Perlu Diwaspadai
Infeksi TORCH bisa menular pada siapa pun, mungkin juga termasuk Mama. Berikut jalur penularan yang umum untuk berbagai penyebab TORCH:
- Transplasental (melalui plasenta) ketika Mama memiliki infeksi aktif atau primer selama kehamilan.
- Kontak langsung atau tidak langsung dengan cairan tubuh Mama atau bayi, seperti darah, air liur, urine, lendir, hingga cairan vagina. Contohnya HSV saat persalinan, CMV lewat air liur atau urine anak-anak.
- Makanan atau air yang terkontaminasi (Toxoplasma) atau kontak dengan kotoran kucing.
- Penularan lewat droplet atau udara untuk virus seperti rubella, VZV jika Mama tidak divaksin.
- Selama persalinan bila ada lesi aktif HSV genital.
Artikel Lainnya: Selain Kucing, ini 6 Hewan yang dapat Menyebabkan Toksoplasma
Pentingnya Tes TORCH Sebelum atau Saat Kehamilan
Melakukan tes TORCH sebelum hamil atau selama kehamilan sangat penting untuk mengetahui apakah Mama sudah memiliki kekebalan terhadap infeksi tertentu, misalnya rubella. Jika belum, bisa diberikan vaksinasi sebelum hamil.
Selain itu, tes TORCH yang dilakukan sebelum kehamilan juga dapat membantu deteksi dini infeksi primer, sehingga bisa dilakukan intervensi lebih cepat untuk mengurangi risiko terhadap janin.
Apabila ada hasil positif untuk infeksi yang bisa mengganggu, dokter dapat melakukan USG, pemeriksaan tambahan, atau merujuk ke spesialis maternal-fetal medicine. Selain itu, perencanaan persalinan bisa disesuaikan apabila terdapat risiko HSV aktif atau infeksi lain agar penularan ke bayi bisa diminimalkan.
Tes TORCH biasanya meliputi pemeriksaan darah untuk antibodi IgM dan IgG terhadap berbagai agen (Toxoplasma, Rubella, CMV, HSV, dan “Other”) dan bisa juga ditambah pemeriksaan PCR, USG prenatal, serta amniosentesis bila dicurigai infeksi janin.
Langkah Pencegahan Infeksi TORCH yang Efektif
Beberapa cara dapat dilakukan oleh ibu hamil atau calon ibu untuk mencegah infeksi TORCH. Berikut cara mencegah TORCH:
- Vaksinasi: Pastikan imunisasi rubella sudah lengkap sebelum kehamilan, demikian juga vaksin varicella jika diperlukan.
- Kebersihan pribadi dan lingkungan:
- Cuci tangan setelah menyentuh tanah, membersihkan kotoran kucing, atau memasak.
- Masak daging dengan matang, serta cuci sayur dan buah bersih.
- Hindari kontak dengan sumber infeksi:
- Hindari kontak dengan kucing liar dan jangan bersihkan kotak kotoran kucing sendiri.
- Hindari orang yang sedang sakit (batuk atau bersin) terutama dengan penyakit virus seperti rubella atau VZV.
- Pemeriksaan rutin prenatal: Lakukan USG dan tes darah sebagai bagian dari antenatal care. Pemantauan janin jika ada indikasi infeksi.
- Penggunaan antivirus ketika diperlukan: Bila Mama terdiagnosis HSV atau infeksi lain di mana antivirus efektif dan penggunaan sesuai petunjuk medis.
Artikel Lainnya: Manfaat Vaksin Varicella Sebelum Hamil dan Kapan Waktu Tepat
Penanganan Jika Didiagnosis Infeksi TORCH
Jika ibu hamil sudah terdiagnosis memiliki infeksi TORCH, berikut langkah-langkah yang biasanya dilakukan:
- Evaluasi jenis infeksi, termasuk primer atau sekunder maupun reaktivasi. Infeksi primer biasanya lebih berbahaya.
- Pemantauan janin menggunakan USG prenatal untuk melihat apakah ada tanda-tanda abnormalitas (ukuran kecil, abnormal struktur otak, cairan otak, perubahan organ).
- Pengobatan TORCH ibu hamil spesifik jika tersedia dan aman untuk kehamilan, misalnya untuk HSV penggunaan acyclovir atau valacyclovir.
- Untuk infeksi parasit seperti Toxoplasma, ada terapi antiparasit atau antibiotik sesuai keadaan kehamilan.
- Jika infeksi berat yang berdampak signifikan ke janin, konsultasi dengan spesialis maternal-fetal medicine.
- Penanganan setelah lahir jika bayi menunjukkan tanda infeksi, dengan terapi antivirus, supportif, serta perawatan jangka panjang jika ada gangguan penglihatan, pendengaran, dan perkembangan neurologis.
Jangan Ragu Konsultasi dengan Dokter
Setiap Mama yang hamil berhak mendapatkan informasi dan penanganan terbaik. Jika muncul gejala yang mencurigakan atau jika pernah ada riwayat infeksi TORCH, segera konsultasi dengan tenaga medis profesional, baik itu bidan, obgyn, dokter spesialis infeksi atau maternal-fetal.
Diagnosa dan terapi yang tepat sangat menentukan pengaruh TORCH pada janin. Oleh karenanya, jangan biarkan keraguan menyebabkan keterlambatan penanganan. Agar lebih siap menghadapi kehamilan sehat tanpa cemas akan bahaya TORCH ibu hamil, Mama bisa memanfaatkan berbagai fitur bermanfaat di aplikasiHalloBumil.
Salah satunya adalah health toolsuntuk menghitung HPL (Hari Perkiraan Lahir), yang akan membantu Mama memantau perkembangan kehamilan dari minggu ke minggu dengan lebih mudah.
Selain itu, jangan lewatkan kesempatan untuk mengikuti kelas online HalloBumil. Di sana, Mama bisa mendapatkan informasi langsung terkait cara mencegah TORCH, gejala infeksi TORCH saat hamil, serta langkah penanganannya.
Biar makin seru, Mama juga bisa bergabung dengan komunitas HalloBumil di WhatsApp untuk saling berbagi pengalaman, memberi dukungan, sekaligus bertukar tips seputar tes TORCH sebelum hamil maupun pengobatan TORCH ibu hamil.
Hai Mama, hal tersebut tidak dapat Mima pastikan ya, sebaiknya Mama konsultasikan ke dokter agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut :) ^lm
- 0
dulu sempat cek Krn punya riwayat berulang keguguran. Al has tampilkan selengkapnya
- 0
Kalau tidak sengaja menginjak tai kucing tp langsung segera tampilkan selengkapnya
- 0
kak kayak nya mnding konsul di dr aja kalo komen dsini kyk n tampilkan selengkapnya
- 0
Kalau tidak sengaja menginjak tai kucing tp langsung segera tampilkan selengkapnya