7 Penyebab Keguguran, Perawatan & Pencegahannya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/Bz1fLWn-pHqGn0w8sw1ux/original/0torch-penyebab-keguguran-berulang.jpg)
Bagi banyak pasangan, dua garis pada alat tes kehamilan menjadi simbol kebahagiaan baru. Namun, perjalanan kehamilan tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya janin berhenti berkembang sebelum waktunya, dan terjadilah keguguran.
Untuk memahami penyebab keguguran, kita perlu mengenal lebih dalam berbagai faktor risiko keguguran dan penyakit penyebab keguguran yang sering luput dari perhatian.
Artikel Lainnya: Peran Ayah Saat Istri Keguguran: Dukung Istri & Diri Sendiri
Penyebab Keguguran yang Paling Sering Terjadi
Secara medis, sebagian besar kasus keguguran disebabkan oleh faktor biologis yang terjadi pada tahap awal kehamilan. Berikut ini penjelasan mengenai apa penyebab keguguran yang paling umum terjadi:
1. Anomali kromosom (paling sering)
Salah satu penyebab keguguran yang paling sering terjadi, terutama pada keguguran trimester 1 adalah anomali kromosom keguguran pada embrio atau janin.
Sekitar 50 persen atau lebih dari keguguran di trimester pertama disebabkan oleh gangguan kromosom seperti jumlah kromosom yang berlebih (trisomi), kekurangan (monosomi), atau kelainan struktur kromosom.
Kesalahan kromosom ini sering terjadi secara acak, ketika pembelahan sel berlangsung, tidak berarti ada kesalahan besar pada Mama atau Papa, tetapi lebih berkaitan dengan pembelahan sel yang tidak sempurna.
2. Masalah implantasi
Setelah pembuahan, zigot harus melakukan implantasi ke dinding rahim. Bila proses implantasi ini gagal, karena sinergi hormon, vaskularisasi, atau kualitas endometrium yang buruk, maka kehamilan tidak bisa berkembang lebih jauh.
Masalah implantasi ini bisa tidak terlihat dan seringkali tidak terdiagnosis, namun diperkirakan memberi kontribusi terhadap keguguran dini (pregnancy loss) meskipun tidak selalu terlihat pada tes standar.
3. Masalah perkembangan janin dini
Terkadang embrio berhasil menempel, tetapi tidak bisa tumbuh lebih lanjut karena masalah internal, seperti gizi, suplai darah, atau sel abnormal, sehingga terjadi keguguran. Kondisi seperti blighted ovum, kantung kehamilan terbentuk tetapi embrio tidak berkembang juga termasuk di sini.
4. Kondisi rahim (inkompetensi serviks, mioma)
Beberapa kondisi fisik pada rahim dan leher rahim juga bisa menjadi penyebab keguguran:
- Inkompetensi serviks (serviks lemah): Serviks atau mulut rahim terbuka terlalu awal sehingga janin belum siap lahir tapi kehilangan dukungan, terutama pada trimester kedua.
- Mioma (fibroid rahim): Bila mioma terletak di dalam atau mendesak ke rongga rahim, ini dapat mengganggu pertumbuhan janin atau suplai darah plasenta.
Kedua kondisi ini bisa membuat kehamilan terganggu dan akhirnya terjadi keguguran spontan.
5. Infeksi
Infeksi pada rahim, plasenta, atau saluran reproduksi bisa meningkatkan risiko keguguran. Infeksi bakteri, virus, parasit tertentu, seperti listeria, rubella, dan toksoplasma dapat memicu peradangan dan kerusakan jaringan janin atau plasenta, sehingga menyebabkan keguguran.
6. Penyakit kronis (diabetes, tiroid, autoimun)
Mama dengan kondisi medis kronis memiliki risiko lebih tinggi mengalami keguguran. Beberapa contohnya:
- Diabetes tak terkontrol
- Gangguan tiroid (hipertiroid atau hipotiroid)
- Penyakit autoimun, khususnya antiphospholipid syndrome
- Gangguan hormon lain (luteal phase defect)
Sistem imun atau aliran darah Mama yang terganggu bisa mempengaruhi plasenta dan janin, menyebabkan keguguran. Dalam panduan kebidanan, hanya antiphospholipid syndrome yang telah terbukti konsisten berhubungan dengan keguguran dini.
7. Kelainan struktur uterus
Rahim yang memiliki bentuk abnormal bawaan, misalnya septate uterus, uterus bicornis, adhesi rahim, atau bekas luka bisa mempersulit pertumbuhan janin dan suplai darah.
Septate uterus (septum pemisah) diketahui meningkatkan risiko keguguran dan keguguran berulang. Kelainan lain seperti sinter (adhesi) pasca infeksi atau operasi rahim juga dapat menimbulkan hambatan pertumbuhan janin.
Artikel Lainnya: 4 Pemahaman yang Salah Mengenai Keguguran
Faktor Risiko yang Meningkatkan Kemungkinan Keguguran
Selain penyebab langsung tersebut, ada faktor risiko yang membuat seorang wanita lebih rentan mengalami keguguran:
- Usia ibu: Wanita usia ≥ 35 tahun memiliki risiko keguguran lebih tinggi karena kualitas sel telur menurun seiring usia.
- Riwayat keguguran sebelumnya.
- Obesitas atau berat badan terlalu rendah.
- Merokok, konsumsi alkohol, penggunaan narkoba.
- Paparan zat toksik atau radiasi.
- Stres berat berkepanjangan.
- Gangguan hormonal atau medis.
- Infeksi genitourinaria.
- Penggunaan obat tertentu.
Faktor-faktor ini bukan penyebab langsung dalam banyak kasus, tetapi meningkatkan peluang agar penyebab keguguran, seperti anomali kromosom atau gangguan implantasi mampu mempengaruhi kehamilan lebih lemah.
Apa yang Harus Dilakukan setelah Keguguran?
Setelah mengalami keguguran, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan seluruh jaringan kehamilan sudah keluar dan tidak ada tanda infeksi. Pemeriksaan seperti USG dan tes darah biasanya dilakukan untuk menilai kondisi rahim dan kadar hormon.
Selama masa pemulihan, hindari penggunaan tampon, hubungan seksual, atau pembersihan vagina agar tidak menimbulkan infeksi baru. Istirahat yang cukup, menjaga kebersihan, dan memenuhi kebutuhan gizi juga membantu mempercepat pemulihan.
Selain fisik, pemulihan emosional penting untuk diperhatikan. Rasa sedih dan kehilangan sangat wajar, sehingga berbagi cerita dengan pasangan, keluarga, atau bergabung dalam komunitas pendukung bisa membantu.
Setelah tubuh pulih dan dokter menyatakan aman, kehamilan umumnya bisa dicoba kembali setelah satu siklus menstruasi normal.
Artikel Lainnya: Tips Mulai Program Hamil Setelah Keguguran, Yuk Bangkit!
Langkah Mencegah Keguguran
Meskipun tidak semua penyebab keguguran bisa dicegah, misalnya anomali kromosom acak, ada langkah-langkah preventif yang dapat meningkatkan peluang kehamilan sehat. Berikut beberapa tips mencegah keguguran:
- Konsultasi pra-kehamilan: Lakukan pemeriksaan kesehatan lengkap sebelum hamil, mulai dari diabetes, tiroid, autoimun, atau hormon sebelum hamil.
- Kontrol penyakit kronis: Bila ada diabetes, hipotiroid dan hipertiroid, lupus, atau gangguan autoimun, kelola dengan baik bersama dokter agar kondisi dalam rentang normal.
- Nutrisi dan gaya hidup sehat: Asupan folat, zat besi, protein, vitamin penting ditunjang pola makan seimbang. Hindari merokok, alkohol, obat terlarang. Jaga berat badan ideal.
- Hindari paparan toksin: Minimalisasi paparan radiasi, bahan kimia berbahaya (pestisida), zat adiktif.
- Manajemen stres: Teknik relaksasi, istirahat cukup, dan dukungan sosial bisa membantu menjaga keseimbangan hormonal dan kesehatan secara keseluruhan.
- Pemantauan kehamilan awal: Dengan kontrol prenatal yang rutin, USG dan skrining genetika bila direkomendasikan (misalnya NIPT, tes kromosom).
- Perawatan rahim bila perlu: Bila ditemukan kelainan rahim, misalnya septum, adhesi, atau mioma, pertimbangkan tindakan korektif (histeroskopi) sebelum hamil ulang.
Langkah-langkah ini tidak menjamin 100 persen mencegah keguguran, tetapi dapat membantu meminimalkan risiko dan memaksimalkan kondisi tubuh untuk mendukung kehamilan yang sehat.
Keguguran mungkin meninggalkan luka, tetapi bukan berarti harapan harus ikut hilang. Setiap Mama memiliki kesempatan untuk kembali berbahagia dengan kehamilan yang sehat dan terjaga.
Untuk menemani perjalanan itu, Mama bisa download aplikasi hallobumil dan dapatkan berbagai panduan praktis seputar perawatan diri, nutrisi, serta tanda-tanda kehamilan sehat.
Mama juga bisa bergabung dengan komunitas hallobumil, agar tidak merasa sendirian dan bisa saling bertukar cerita dengan Mama lainnya.
Jangan lupa untuk ikuti event hallobumil bersama para ahli untuk menambah wawasan dan semangat baru dalam mempersiapkan kehamilan yang lebih kuat dan bahagia.




apakah gpp hamil 4bulan belum merasakan kedutan , tapi perut tampilkan selengkapnya
- 6
Hai Ma, biasanya mama mulai bisa merasakan gerakan janin setelah usia 16-22 minggu, tapi ada juga yang baru ngerasain waktu usia hamil 25 minggu. Hal ini disebabkan oleh ketebalan kulit perut dan sensitivitas mama sendiri. Semangat Mama. :) ^sr
- 1
Hai Ma, biasanya mama mulai bisa merasakan gerakan janin setelah usia 16-22 minggu, tapi ada juga yang baru ngerasain waktu usia hamil 25 minggu. Hal ini disebabkan oleh ketebalan kulit perut dan sensitivitas mama sendiri. Semangat Mama. :) ^sr
- 0
hamil 16 minggu tapi sering sakit punggung dan belum ada ger tampilkan selengkapnya
- 5
usia kehamilan sudah 16 minggu tpi perut belum keliatan itu tampilkan selengkapnya
- 4
Hai Ma, selama darah yang keluar jumlahnya sedikit, tidak berlangsung lama, serta tidak ada gejala lain seperti kram perut. Hal ini dapat disebabkan oleh kelelahan, stres, gangguan hormonal. Jika disertai kram perut segera cek ke dokter ya Mama. :) ^sr
- 1

:strip_icc():format(webp)/hb-article/TmBwmXyvvc5fBmDgsYa09/original/0kram-saat-hamil-ini-solusinya.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/e9NZTASpd1tc42Z4Gx9iu/original/0makanan-pantangan-ibu-hamil.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/43Mtw78Lk1CKWAEEeYQRf/original/0kenaikan-berat-badan-selama-hamil-yang-normal.jpg)