Mioma Uteri: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/29GOD3gvr9TPp7C_CYde9/original/5ckpg7xmfj93bo2skauahyjyusa4tlhq.png)
Mioma uteri adalah salah satu kondisi kesehatan reproduksi yang cukup sering ditemui pada wanita usia produktif.
Meski termasuk tumor jinak, kondisi ini tetap perlu Mama pahami karena bisa menimbulkan keluhan yang mengganggu, terutama terkait menstruasi, kesuburan, dan kenyamanan tubuh sehari-hari.
Artikel ini akan membantu Mama memahami apa itu mioma, apa penyebabnya, bagaimana gejalanya, serta kapan perlu memeriksakan diri ke dokter.
Artikel lainnya: Haid Berkepanjangan: Penyebab, Risiko, & Cara Mengatasinya
Apa Itu Mioma Uteri?
Mioma uteri adalah pertumbuhan jaringan berupa tumor jinak yang muncul di otot rahim. Tumor ini terbentuk dari sel otot polos rahim yang tumbuh lebih cepat dibandingkan sel normal.
Mama mungkin penasaran, “apakah mioma uteri berbahaya? Meskipun disebut “tumor”, mioma tidak bersifat kanker. Namun, tetap saja kondisi ini bisa mengganggu kesehatan Mama secara keseluruhan.
Mioma sering kali disamakan dengan kista, padahal mioma vs kista jelas berbeda.
- Mioma berasal dari jaringan otot rahim dan bentuknya padat.
- Kista, sebaliknya, biasanya berupa kantong berisi cairan yang tumbuh di ovarium atau sekitar rahim.
Jenis-Jenis Mioma Uteri
Mioma memiliki beberapa jenis, tergantung di mana posisinya berada pada rahim:
1. Mioma Intramural
Ini jenis mioma yang paling sering ditemukan. Mioma intramural tumbuh di dalam dinding otot rahim. Jika ukurannya kecil, biasanya tidak menimbulkan gangguan.
Namun ketika membesar, Mama dapat merasakan nyeri haid yang lebih kuat, perdarahan yang lebih banyak, atau rasa tertekan di area panggul. Mioma jenis ini juga dapat membuat ukuran rahim tampak membesar seperti sedang hamil muda.
2. Mioma subserosal
Mioma ini tumbuh di bagian luar rahim dan dapat berkembang ke arah rongga perut. Karena posisinya berada di luar rahim, mioma subserosal jarang mengganggu siklus haid.
Namun, jika terus membesar, mioma ini dapat menekan organ di sekitarnya, seperti kandung kemih atau usus. Akibatnya Mama bisa mengalami sering buang air kecil atau rasa tidak nyaman di perut.
3. Mioma submukosal
Mioma submukosal tumbuh ke dalam lapisan rahim (endometrium). Meskipun jenis ini lebih jarang, dampaknya biasanya lebih mengganggu. Mioma submukosal dapat menyebabkan perdarahan menstruasi yang sangat banyak, kram hebat, hingga perdarahan di luar jadwal haid.
Pada beberapa Mama, mioma jenis ini juga dapat memengaruhi proses kehamilan karena letaknya yang langsung bersentuhan dengan lapisan tempat menempelnya janin.
4. Mioma pedunkulata
Mioma pedunkulata dapat tumbuh di dalam maupun di luar rahim, tetapi memiliki “tangkai” yang menghubungkan mioma dengan rahim.
Tangkai ini membuat mioma bergerak lebih bebas, sehingga terkadang menimbulkan rasa nyeri mendadak jika terjadi perputaran (torsi) pada tangkainya. Sensasinya bisa terasa seperti nyeri tajam di bagian bawah perut.
5. Mioma parasitik
Jenis ini jarang terjadi. Mioma parasitik awalnya tumbuh dari rahim, tetapi kemudian menempel pada organ lain di rongga perut dan mengambil suplai darah dari organ tersebut.
Meski tidak sering muncul, kondisi ini membutuhkan penanganan medis karena berpotensi menimbulkan keluhan nyeri atau gangguan pada organ tempat mioma menempel.
Penyebab Mioma Uteri
Hingga saat ini, penyebab pasti mioma belum diketahui. Namun penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor berperan dalam terbentuknya mioma, antara lain:
- Pengaruh hormon, terutama estrogen dan progesteron, yang memengaruhi pertumbuhan lapisan rahim.
- Faktor genetik, karena mioma cenderung muncul dalam keluarga yang memiliki riwayat kondisi serupa.
- Pertumbuhan jaringan dan faktor biokimia lain, seperti peningkatan matriks ekstraseluler yang membuat jaringan lebih padat dan cepat tumbuh.
Karena penyebabnya kompleks, setiap wanita bisa memiliki kondisi mioma yang berbeda satu sama lain.
Artikel lainnya: Mengenal Penyakit Endometriosis, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Faktor Risiko Mioma Uteri
Beberapa kondisi dapat meningkatkan peluang Mama mengalami mioma, antara lain:
- Usia reproduksi, terutama antara 30–50 tahun.
- Riwayat keluarga yang pernah mengalami mioma.
- Kelebihan berat badan, karena jaringan lemak dapat meningkatkan kadar hormon tertentu.
- Pola makan yang rendah sayur dan buah namun tinggi daging merah.
- Kurang aktivitas fisik.
- Menstruasi pertama yang datang lebih awal.
Faktor risiko tersebut tidak berarti Mama pasti mengalami mioma, tetapi bisa membantu Mama lebih waspada.
Gejala Mioma Uteri yang Perlu Dikenali
Tidak semua wanita yang memiliki mioma merasakan keluhan. Namun jika menimbulkan gejala, beberapa tanda berikut perlu Mama perhatikan:
- Menstruasi yang lebih deras atau berlangsung lebih lama dari biasanya.
- Perdarahan di luar jadwal menstruasi.
- Rasa nyeri saat haid.
- Tekanan atau rasa penuh pada bagian bawah perut atau panggul.
- Sering buang air kecil jika mioma menekan kandung kemih.
- Sulit buang air besar bila mioma menekan usus.
- Nyeri saat berhubungan seksual.
- Perut tampak membesar walaupun tidak sedang hamil.
Diagnosis Mioma Uteri
Untuk memastikan diagnosis mioma, dokter biasanya melakukan beberapa langkah pemeriksaan:
- Pemeriksaan panggul, untuk menilai apakah ukuran atau bentuk rahim berubah.
- Ultrasonografi (USG), yang menjadi pemeriksaan utama untuk melihat lokasi dan ukuran mioma.
- MRI, jika dibutuhkan gambaran yang lebih detail, terutama pada kasus mioma yang banyak atau besar.
- Histeroskopi atau saline infusion sonography, jika dokter perlu melihat kondisi dalam rongga rahim lebih jelas.
Artikel lainnya: Turun Peranakan: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Dampak Mioma Uteri pada Kehamilan
Mioma uteri pada ibu hamil, pada beberapa kondisi, mioma bisa memberikan dampak tertentu, seperti:
- Risiko persalinan dengan operasi caesar lebih tinggi
- Posisi plasenta yang tidak ideal.
- Potensi persalinan prematur.
- Pertumbuhan janin yang kurang optimal.
- Kesulitan untuk hamil, terutama jika mioma berada di dalam rongga rahim.
Walau demikian, setiap kehamilan itu unik. Pengawasan dokter kandungan akan memastikan kondisi Mama tetap terpantau dengan aman.
Cara Mengobati Mioma Uteri
Pilihan pengobatan sangat bergantung pada kondisi Mama. Dokter biasanya mempertimbangkan ukuran mioma, gejala, usia, serta rencana kehamilan. Beberapa pilihan pengobatan mioma uteri antara lain:
1. Pemantauan rutin
Jika mioma kecil dan tidak menimbulkan keluhan, dokter biasanya menyarankan pemantauan melalui USG berkala. Cara ini aman bagi Mama yang belum memerlukan tindakan medis langsung.
2. Obat-obatan untuk mengurangi gejala
Obat diberikan untuk meredakan nyeri, mengurangi perdarahan, atau menyeimbangkan hormon. Beberapa obat tertentu juga dapat mengecilkan mioma sementara, tetapi penggunaannya biasanya terbatas karena efek samping.
3. Terapi non-bedah
Metode seperti embolisasi arteri uterina atau focused ultrasound dapat mengecilkan mioma tanpa operasi besar. Prosedur ini membantu mengurangi gejala dan cocok untuk Mama yang ingin pilihan lebih minimal invasif.
4. Miomektomi
Miomektomi adalah operasi mioma uteri tanpa mengangkat rahim. Cocok bagi Mama yang masih ingin hamil. Prosedur dapat dilakukan melalui laparoskopi, histeroskopi, atau operasi terbuka, tergantung kondisi mioma.
5. Histerektomi
Pengangkatan rahim biasanya dipilih jika mioma sangat besar, jumlahnya banyak, atau gejalanya sangat mengganggu. Prosedur ini bersifat permanen, sehingga biasanya direkomendasikan bagi Mama yang tidak merencanakan kehamilan lagi.
6. Dukungan gaya hidup
Menjaga berat badan ideal, makan seimbang, rutin berolahraga, dan mengelola stres dapat membantu meredakan ketidaknyamanan dan mendukung pengobatan medis. Dokter akan membantu menentukan pilihan terbaik sesuai kondisi Mama.
Cara Mencegah Mioma Uteri
Belum ada cara untuk benar-benar mencegah mioma, tetapi beberapa langkah berikut dapat membantu menjaga kesehatan rahim:
- Menjaga berat badan tetap ideal.
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
- Mengurangi konsumsi daging merah dan memperbanyak sayur serta buah.
- Rutin berolahraga.
- Mengelola stres dengan baik.
Kebiasaan sehat ini tidak hanya membantu menurunkan risiko mioma, tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan Mama secara keseluruhan.
Artikel lainnya: Solusio Plasenta: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya
Kapan Harus ke Dokter?
Mama sebaiknya berkonsultasi ke dokter jika mengalami:
- Perdarahan menstruasi yang jauh lebih banyak dari biasanya.
- Siklus haid yang tidak teratur.
- Nyeri panggul yang berlangsung lama.
- Keluhan buang air kecil atau besar.
- Nyeri saat berhubungan seksual.
- Susah hamil atau mengalami keguguran berulang.
- Kehamilan dengan riwayat mioma.
Mioma uteri adalah kondisi yang cukup umum, tetapi setiap wanita dapat mengalaminya dengan cara yang berbeda. Jika Mama merasakan keluhan atau ingin memastikan kondisi rahim tetap sehat, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.
Jangan lupa juga untuk download aplikasi Hallobumil dan gabung komunitas Hallobumil untuk mendapatkan tips menjaga kesehatan Mama baik sebelum dan sesudah kehamilan!
Jangan lupa, ada juga webinar Hallobumil dengan para ahli yang bisa Mama dan Papa ikuti kalau ingin penjelasan lebih mendalam soal kesuburan.
Kalau Mama dan Papa ingin lebih mudah memahami masa subur, waktu ovulasi, dan peluang bertemunya sperma serta sel telur, bisa langsung mengakses health tools Kalkulator Masa Subur. Semua mudah hanya dalam satu genggaman!





:strip_icc():format(webp)/hb-article/OVYh3PefFEByfgDH84qTF/original/15054778135cc016a79ddea5.12930620.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/iuEbjQxWQVKEsf9tbtLw9/original/9610848165cc016b251ebf7.01786996.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/erv22uNO1_cdZzSVwF_L9/original/10658065545cc016c1f2d931.86995857.jpg)
