Endometritis: Infeksi Rahim yang Sering Terabaikan tapi Berbahaya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/f-OPZbGwUt85qAhxQmxZo/original/myqeojv5i1zaxeu9b7onsgrpmsmpf1xf.png)
Endometritis sering membuat banyak wanita merasa bingung karena gejalanya mirip dengan infeksi biasa atau masalah haid. Faktanya, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan rahim dan kesuburan.
Jika belakangan ini Mama merasa perut bagian bawah sering nyeri, keputihan berubah, atau muncul demam setelah prosedur di rahim atau melahirkan, ada kemungkinan itu bukan “keluhan ringan” tetapi gejala endometritis. Yuk, pahami apa itu endometritis agar dapat penanganan yang tepat.
Artikel lainnya: Kenali Beragam Penyakit pada Sistem Reproduksi dan Cara Mencegahnya
Apa Itu Endometritis?
Endometritis adalah peradangan pada lapisan dalam rahim (endometrium). Faktor risiko endometritis, atau infeksi rahim, biasanya terkait prosedur medis yang memungkinkan bakteri masuk, seperti persalinan caesar, persalinan lama, keguguran, kuretase, histeroskopi, atau pemasangan IUD.
Saat mengalami endometritis, tubuh biasanya mengirim sinyal lewat gejala seperti nyeri, demam, atau keputihan yang tidak biasa. Bila dibiarkan, peradangan ini dapat memengaruhi kesehatan reproduksi dan bahkan kesuburan Mama.
Penyebab Endometritis
Endometritis terjadi ketika bakteri masuk ke dalam rahim dan memicu infeksi. Beberapa penyebab yang paling umum meliputi:
- Infeksi bakteri, seperti bakteri vagina yang naik ke rahim. Bacteroides, Peptococcus, Streptococcus, Enterococcus, E. coli, Gardnerella vaginalis, hingga Staphylococcus aureus sering disebut sebagai penyebabnya.
- Setelah melahirkan (endometritis postpartum), terutama bila prosesnya lama atau terjadi komplikasi.
- Prosedur medis seperti kuretase, pemasangan IUD, biopsi endometrium, atau operasi caesar.
- Penyakit menular seksual seperti klamidia atau gonore.
- Sisa jaringan pasca-keguguran atau persalinan yang memicu infeksi.
- Riwayat PID (pelvic inflammatory disease).
- Infeksi tuberkulosis yang menyebar ke area reproduksi juga dapat memicu endometritis kronis.
Gejala Endometritis
Gejala endometritis bisa ringan hingga berat. Banyak wanita yang awalnya hanya merasa “ada yang salah” tanpa tahu pasti penyebabnya. Beberapa tanda yang perlu Mama diwaspadai:
- Perut bagian bawah terasa nyeri atau tidak nyaman.
- Perut bengkak.
- Demam atau menggigil.
- Keputihan berbau tidak normal (kadang berwarna kekuningan atau kehijauan).
- Perdarahan di luar jadwal haid.
- Nyeri saat berhubungan.
- Nyeri saat buang air besar dan sembelit.
- Badan terasa lemas atau tidak enak badan.
Jika gejala muncul setelah melahirkan atau setelah prosedur di rahim, kondisi ini harus segera diperiksa.
Komplikasi Endometritis
Bila tidak segera ditangani, endometritis dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:
- Endometritis kronis, yaitu peradangan jangka panjang yang sering muncul tanpa gejala jelas.
- Masalah kesuburan, termasuk gangguan pada proses implantasi embrio.
- Abses panggul, yakni penumpukan nanah di area sekitar rahim akibat infeksi yang tidak terkontrol.
- Penyebaran infeksi ke organ lain, yang pada kasus berat dapat berujung pada sepsis.
- Septikemia, yaitu infeksi darah yang memicu tekanan darah rendah dan dapat mengancam nyawa bila tidak ditangani cepat.
Karena itu, mengenali gejala sejak dini dan mendapatkan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.
Artikel lainnya: Mengenal Penyakit Endometriosis, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Cara Mendiagnosis Endometritis
Untuk memastikan apakah Mama benar mengalami endometritis, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:
- Pemeriksaan panggul, untuk mengecek adanya nyeri, pembengkakan, atau tanda peradangan di area rahim.
- Tes darah, guna melihat peningkatan sel darah putih atau indikator lain yang menandakan infeksi.
- USG, untuk menilai kondisi rahim dan memastikan tidak ada sisa jaringan yang tertinggal setelah persalinan, keguguran, atau prosedur tertentu.
- Biopsi endometrium, terutama jika dicurigai endometritis kronis.
- Tes infeksi menular seksual, bila gejala mengarah pada penyebab seperti klamidia atau gonore.
Diagnosis yang akurat sangat penting agar Mama bisa mendapatkan pengobatan endometritis yang sesuai dan mempercepat pemulihan.
Cara Mengobati Endometritis
Dalam pengobatan endometritis, dokter akan menentukan terapi berdasarkan tingkat keparahan infeksi, riwayat kesehatan, serta apakah kondisi ini muncul setelah persalinan, keguguran, atau akibat infeksi menular seksual.
1. Antibiotik sebagai terapi utama
Antibiotik adalah pengobatan utama untuk menghilangkan bakteri yang menyebabkan endometritis. Dokter akan memilih jenis atau kombinasi antibiotik berdasarkan penyebab infeksi dan tingkat keparahannya.
2. Penanganan untuk mengurangi nyeri
Obat pereda nyeri diberikan untuk membantu meredakan rasa sakit dan kram yang muncul akibat peradangan pada rahim. Dengan nyeri yang lebih terkendali, pasien dapat beristirahat lebih baik dan pulih lebih cepat.
3. Mengeluarkan sisa jaringan bila diperlukan
Jika ada sisa jaringan di dalam rahim setelah persalinan atau keguguran, dokter akan melakukan tindakan khusus untuk membersihkannya. Proses ini penting agar infeksi tidak berlanjut dan kondisi segera membaik.
4. Rawat inap untuk kasus yang lebih berat
Pada endometritis yang disertai demam tinggi atau tidak membaik dengan pengobatan awal, pasien mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Rawat inap memungkinkan pemberian antibiotik melalui infus dan pemantauan kondisi secara intensif.
5. Pentingnya penanganan dini
Pengobatan endometritis sejak gejala pertama muncul dapat mencegah infeksi berkembang menjadi kronis. Penanganan dini juga membantu mengurangi risiko komplikasi serius seperti infertilitas atau penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.
Pencegahan Endometritis
Mencegah endometritis jauh lebih mudah dibanding mengobatinya. Beberapa langkah berikut dapat menjadi pencegahan, termasuk mengurangi risiko endometritis setelah melahirkan.
- Menjaga kebersihan area genital: Kebersihan yang baik membantu mencegah bakteri berkembang dan masuk ke rahim.
- Melakukan seks yang aman: Menggunakan kondom dan rutin tes PMS dapat menurunkan risiko infeksi yang bisa memicu endometritis.
- Memastikan prosedur medis dilakukan secara steril: Mulai dari pemasangan IUD hingga prosedur kuret, memastikan semuanya dilakukan dengan teknik steril sangat penting untuk mencegah infeksi.
- Mengikuti kontrol pasca-melahirkan: Pemeriksaan setelah persalinan membantu dokter mendeteksi lebih awal jika ada sisa jaringan atau tanda infeksi.
- Mengatasi infeksi vagina atau PMS sedini mungkin: Semakin cepat diobati, semakin kecil peluang infeksi menyebar ke rahim.
Artikel lainnya: Cara Menjaga Kebersihan Vagina
Endometritis dan Kehamilan
Endometritis dan kesuburan sering dikaitkan hingga banyak Mama bertanya-tanya, endometritis bisa hamil atau tidak. Jawabannya: bisa, asalkan infeksi segera diobati.
Namun jika endometritis dibiarkan hingga kronis, kondisi ini bisa memengaruhi kesuburan. Infeksi ini berpotensi mengganggu implantasi embrio, meningkatkan risiko keguguran, dan menurunkan peluang keberhasilan program hamil, termasuk IVF.
Kapan Harus ke Dokter?
Mama sebaiknya segera memeriksakan diri bila mengalami berbagai gejala endometritis, seperti demam setelah melahirkan atau prosedur di rahim, keputihan yang berbau tidak normal, nyeri perut bawah yang semakin intens, hingga perdarahan yang tidak biasa.
Endometritis memang bisa terasa membingungkan karena gejalanya mirip dengan masalah haid atau infeksi ringan. Jika sudah mulai ada sinyal-sinyal yang diberikan tubuh, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar segera mendapat penanganan yang tepat.
Untuk Mama yang ingin lebih banyak informasi dan dukungan seputar kehamilan dan kesehatan reproduksi, gabung dengan komunitas Hallobumil. Di sana Mama bisa berbagi pengalaman dan mendapatkan tips seputar kesehatan Mama.
Kalau Mama ingin lebih mudah memahami masa subur, waktu ovulasi, dan peluang bertemunya sperma serta sel telur, bisa langsung mengakses health tools Kalkulator Masa Subur di Hallobumil.
Jangan lupa juga download aplikasi Hallobumil agar Mama bisa memantau kesehatan kehamilan dan reproduksi dengan lebih mudah setiap hari. Mama juga bisa bertukar cerita, dapat berbagai tips bermanfaat, hingga ikut event Hallobumil yang seru bersama ribuan Mama lainnya!





:strip_icc():format(webp)/hb-article/OVYh3PefFEByfgDH84qTF/original/15054778135cc016a79ddea5.12930620.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/iuEbjQxWQVKEsf9tbtLw9/original/9610848165cc016b251ebf7.01786996.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/erv22uNO1_cdZzSVwF_L9/original/10658065545cc016c1f2d931.86995857.jpg)
