Artikel/Pasca Kehamilan/Perubahan Hormon Setelah Melahirkan Waspadai Dampaknya

Perubahan Hormon Setelah Melahirkan, Waspadai Dampaknya

Tim Ahli Hallobumil | Diterbitkan pada 27 Mei 2025
Ditinjau oleh Tim Ahli Hallobumil
Setelah melahirkan, perubahan hormon bisa memicu perubahan emosi, mood swing, hingga baby blues. Ketahui dampaknya agar Mama bisa lebih siap secara fisik dan mental dalam masa nifas.
perubahan-hormon-setelah-melahirkan-waspadai-dampaknya

Tahukah Mama, menjelang persalinan, selama, dan sesudahnya, beberapa hormon di tubuh mengalami perubahan? Ternyata perubahan ini berperan penting bagi tubuh untuk mempersiapkan kelahiran Si Kecil, produksi ASI, pemulihan diri, dan penyesuaian emosional. Yuk, pelajari lebih dalam mengenai perubahan hormon setelah melahirkan!

Jenis Hormon yang Mengalami Perubahan

Ada beberapa hormon yang mengalami perubahan besar pascamelahirkan, di antaranya:

1. Estrogen dan progesteron

Selama masa kehamilan, kadar hormon estrogen mencapai puncaknya, yakni di trimester ketiga. Ini bertujuan untuk memproduksi plasenta dan menjaga kehamilan tetap sehat, Ma.

Namun setelah melahirkan, kadar estrogen akan menurun dengan sangat cepat karena tubuh sudah tidak membutuhkannya dalam jumlah besar. Begitu juga dengan hormon progesteron. Selama kehamilan, tubuh membutuhkan hormon ini untuk mencegah rahim berkontraksi sebelum waktunya. Ketika Si Kecil sudah dilahirkan, kadarnya yang tinggi akan menurun.

2. Prolaktin

Hormon prolaktin memang mulai meningkat selama kehamilan, tapi level tertingginya terjadi selama masa menyusui. Puncaknya, yakni 30 menit-1 jam setelah bayi menyusu pertama kalinya. Adanya prolaktin, memungkinkan Mama memproduksi ASI untuk Si Kecil dan mengurangi kecemasan.

Walaupun prolaktin meningkat selama kehamilan, fungsinya tidak bekerja optimal karena kadar estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Begitu estrogen dan progesteron menurun, berulah fungsi hormon prolaktin jadi lebih optimal.

3. Oksitosin

Perubahan hormon setelah melahirkan juga terjadi pada oksitosin. Hormon ini meningkat pesat menjelang persalinan karena membantu kontraksi dan memperlancar proses kelahiran.

Setelah melahirkan, kadarnya masih tetap tinggi namun dengan fungsi berbeda, yakni mengurangi kecemasan, serta meningkatkan ikatan antara Mama dan Si Kecil. Karena fungsinya ini, hormon oksitosin dikenal sebagai hormon cinta.

4. Kortisol

Selama masa pascapersalinan, kadar kortisol dapat meningkat. Kondisi ini terjadi karena stres fisik serta emosional akibat melahirkan dan merawat Si Kecil yang baru lahir. Meskipun dianggap sebagai “hormon stres”, kortisol berperan vital dalam adaptasi tubuh Mama terhadap kehidupan pascapersalinan.

Dampak Perubahan Hormon terhadap Tubuh dan Emosi

Perubahan hormon setelah melahirkan tentu akan menimbulkan efek, baik fisik maupun emosional. Coba Mama amati apa saja perubahan yang terjadi setelah melahirkan. Ini kemungkinan berkaitan dengan naik turunnya kadar hormon dalam tubuh.

Menurunnya kadar estrogen pada Mama bisa menimbulkan efek berikut:

  • Mood mudah berubah dan jadi lebih sensitif.
  • Hot flashes (rasa panas di wajah).
  • Vagina kering namun akan membaik seiring waktu.

Sementara efek menurunnya hormon progesteron setelah persalinan cenderung menyerang kestabilan emosi Mama.

Mungkin, Mama jadi lebih mudah cemas, suasana hati gampang berubah-ubah, dan merasa depresi. Kondisi ini dikenal juga dengan sebutan baby blues dan umumnya akan membaik dalam dua minggu.

Masalah psikologis pada ibu setelah melahirkan, seperti stres dan tertekan juga berkaitan dengan meningkatnya hormon kortisol. Untungnya, ada banyak cara untuk mengelola stres sehingga kondisinya tidak semakin bertambah parah.

Perubahan hormon tidak hanya berdampak buruk pada kondisi psikologis ibu setelah melahirkan, tapi juga bisa sebaliknya. Meningkatnya hormon prolaktin bisa memberikan perasaan nyaman sehingga bisa mengurangi stres setelah melahirkan. Efeknya positifnya ini sama dengan peningkatan hormon oksitosin.

Hubungan antara Hormon dan Aktivitas Menyusui

Perubahan hormon setelah melahirkan sangat berkaitan erat dengan kelancaran laktasi Mama pada Si Kecil. Selama kehamilan, hormon prolaktin, estrogen, dan progesteron merangsang perkembangan jaringan payudara dan produksi ASI, tepatnya di alveoli (bagian berwarna gelap di sekitar puting susu).

Setelah persalinan, jumlah reseptor prolaktin pada sel-sel alveoli dan hormon oksitosin meningkat. Hal ini memungkinkan ASI mengalir keluar dari puting susu Mama. Bila diibaratkan, hormon oksitosin seperti ‘keran’ yang membuka aliran ASI agar bisa diminum oleh Si Kecil.

Pada saat Si Kecil melakukan isapan pertama pada puting Mama, pelepasan prolaktin jadi lebih banyak.a Itu artinya, ASI yang keluar juga lebih banyak dari sebelumnya.

Meski terjadi perubahan hormon setelah melahirkan, aktivitas menyusui secara intens ternyata dapat menjaga keseimbangan pelepasan hormon. Alasannya, karena menyusui bisa membangun ikatan yang kuat antara Mama dengan Si Kecil. Inilah yang membuat suasana hati Mama kembali membaik dan risiko baby blues akan menurun.

Di samping itu, menyusui juga berdampak pada hormon reproduksi. Jadi Ma, produksi ASI yang intensif bisa menekan ovulasi, sehingga haid tertunda sementara. Ini adalah cara alami tubuh untuk memberi waktu pemulihan setelah kehamilan dan persalinan.

Hormon oksitosin yang dikeluarkan saat menyusui juga membantu rahim berkontraksi dan kembali ke ukuran semula lebih cepat, serta mengurangi risiko perdarahan pascamelahirkan.

Kapan Harus Khawatir?

Setelah melahirkan, Mama bisa mengalami hot flashes dan kekeringan pada vagina. Kondisi ini dapat membaik dengan sendirinya, seiring dengan kadar hormon yang kembali stabil. Akan tetapi, bila gejalanya cukup mengganggu Mama, jangan ragu untuk konsultasikan ke dokter. 

Yang perlu menjadi perhatian khusus adalah perubahan emosi yang Mama alami setelah melahirkan. Butuh waktu bagi tubuh menstabilkan hormon dan emosi Mama. Durasi waktunya dapat bervariasi pada setiap ibu, namun rata-rata membaik dalam minggu ke-6.

Bila Mama mengalami stres, depresi, atau emosi negatif lainnya lebih dari 6 minggu, sebaiknya konsultasikan ke dokter, terutama dengan gejala berikut:

  • Kesulitan menjalin ikatan dengan Si Kecil.
  • Menangis berlebihan.
  • Kelelahan yang luar biasa.
  • Merasa putus asa.
  • Kecemasan parah dan serangan panik.
  • Pikiran untuk melukai diri sendiri atau menyakiti Si Kecil.

Stres yang dibiarkan menumpuk pascamelahirkan bisa menimbulkan bahaya pada kesehatan mental serta kualitas hidup Mama dan keluarga.

Cara Membantu Menstabilkan Hormon Secara Alami

Tubuh dapat dengan sendirinya menstabilkan perubahan hormon setelah melahirkan. Akan tetapi, Mama juga perlu mendukung proses ini agar tubuh lebih cepat pulih. Yuk, ikuti tips berikut!

  • Cukup tidur di malam hari: Kekurangan tidur bisa meningkatkan kortisol alias hormon stres. Jadi, cara ampuh untuk menstabilkan hormon ini adalah dengan tidur cukup. Cobalah ikut tidur ketika si Kecil tidur di siang hari. 
  • Jalani diet gizi seimbang: Kadar hormon berpengaruh dengan apa yang Mama konsumsi. Untuk itu, perbanyak konsumsi makanan sehat bergizi, seperti alpukat, sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, telur, dan minyak zaitun. Jangan lupa, konsumsi makanan yang mengandung probiotik agar bakteri baik di usus tetap seimbang.
  • Tetap aktif: Sebisa mungkin Mama tetap aktif bergerak. Tidak harus olahraga berat, Mama cukup berjalan di taman, melakukan gerakan peregangan sederhana, atau yoga di rumah. Aktivitas fisik ini bisa mengurangi kortisol dan hormon lain yang memicu kecemasan.
  • Cukup minum air putih: Tubuh yang terhidrasi dengan baik, membantu hormon kembali stabil dan berfungsi secara optimal.
  • Mengelola stres: Walaupun Mama sibuk mengasuh Si Kecil, sempatkan waktu untuk me time. Mama bisa memilih aktivitas menyenangkan, seperti membaca buku, membuat jurnal, memasak, dan hobi lainnya.

Cara menstabilkan hormon setelah melahirkan di atas tidak hanya Mama lakukan sendiri. Papa maupun anggota keluarga di rumah juga turut membantu dan memberi dukungan.

Yuk Mama, unduh aplikasi Hallobumil untuk sekarang dan gabung dengan komunitasnya Layanan Whatsapp. Mama bisa mendapatkan edukasi seputar merawat bayi dan sharing dengan ribuan Mama lainnya.

Ikuti event Hallobumil, dari kelas persiapan pasca lahiran sampai sesi ngobrol bareng ahli. Mama bisa pilih event online atau datang langsung, seru banget! Yuk, jadikan perjalanan kehamilan lebih tenang dan terarah.

Baca lewat aplikasi lebih mudah loh, Ma
Dari artikel kehamilan hingga parenting, semua ada di aplikasi Hallo Bumil. Yuk, Download Ma
0
0
Bagikan
Facebook
Twitter
WA

Tumbuh Bersama di 1000 Hari Pertama Si Kecil

Komunitas hangat untuk dapatkan tips, cerita inspiratif, dan teman baru pada 1000 hari pertama si kecil bersama Hallobumil
image