Begini Perbedaan Baby Blues dan Postpartum Depression
:strip_icc():format(webp)/hb-article/H8YbBBx6u0hWRX_wtb9q-/original/356begini-perbedaan-baby-blues-dan-postpartum-depression-by-kiwis-shutterstock.jpg)
Anindita Budhi T., S.Psi
Perasaan bak roller coaster kerap menghampiri para ibu yang baru saja melahirkan. Peristiwa kelahiran ini jelas membawa perubahan besar dalam hidup Mama. Wajar jika perasaan campur aduk pun muncul: senang, bahagia, tetapi juga moody, lelah, dan kewalahan.
Hal ini ternyata wajar, terlebih kadar hormon pasca melahirkan juga turun drastis. Otomatis mood Mama pun naik turun. Ini masih ditambah dengan masa-masa penyesuaian dengan bayi, mulai dari waktu tidur dan menyusu, serta frekuensi buang air kecil dan buang air besar.
Mama harus menghadapi semua perubahan itu dalam satu waktu yang sama. Maka, kondisi emosional yang naik turun menjadi teman sehari-hari Mama usai melahirkan. Tenang saja, Mama tidak sendirian kok mengalami hal ini.
Menurut National Institute of Mental Health, hampir 80% ibu baru mengalami baby blues. Sementara, postpartum depression atau depresi pascamelahirkan dialami oleh sekitar 15% ibu yang melahirkan. Biasanya, gejala ini dirasakan sekitar satu minggu hingga satu bulan usai melahirkan.
Lalu, apa perbedaan antara baby blues dan postpartum depression? Yuk, simak penjelasan berikut ini.
Tanda Mama Mengalami Baby Blues
Mama harus waspada jika mengalami gejala berikut ini:
- Perubahan mood drastis dan cepat, misalnya Mama merasa bahagia karena kelahiran Si Kecil yang dinanti-nanti. Namun, menit berikutnya pikiran Mama penuh dengan kekhawatiran apakah Mama bisa menjadi ibu yang baik atau tidak.
- Mama merasakan kelelahan luar biasa, sampai rasanya tidak nafsu makan dan muncul perasaan enggan merawat diri sendiri. Kelelahan itu tidak tertahankan, hingga Mama terlihat “berantakan”, baik secara fisik maupun psikologis.
- Mama merasa kewalahan, cemas, dan mudah marah.
Tanda Mama Mengalami Postpartum Depression
Gejala postpartum depression cenderung lebih berat dan terjadi lebih lama daripada baby blues. Beberapa gejala baby blues bisa saja muncul pada gangguan ini, tetapi dengan intensitas lebih tinggi.
- Mama merasa sedih, tidak berguna, dan menyalahkan diri sendiri
- Ada rasa Mama selalu sendirian setiap saat, hingga membuat Mama sering menangis dalam waktu yang sangat lama
- Muncul perasaan Mama tidak mampu melakukan tugas sebagai seorang ibu
- Mama merasa tidak dekat atau terikat dengan Si Kecil
- Muncul keputusasaan yang luar biasa, sehingga Mama tidak bisa makan, tidur, merawat Si Kecil, hingga diri sendiri
- Mama merasa cemas berlebihan dan mengalami serangan panik terus menerus
- Tanpa Mama sadari, muncul pemikiran negatif yang menyeramkan, seperti melukai Si Kecil, sehingga Mama takut jika ditinggalkan berdua saja dengan Si Kecil
Apa yang Bisa Mama Lakukan?
Gejala baby blues yang tidak membaik dan tidak segera diatasi dalam waktu dua minggu bisa saja beralih menjadi postpartum depression. Tentu Mama tidak ingin mengalami hal ini kan? Inilah beberapa hal yang bisa Mama lakukan untuk menangani gejala tersebut.
- Istirahat cukup, bukan hanya untuk memulihkan tubuh Mama, tetapi juga membantu pikiran lebih tenang. Imbangi dengan melakukan hal-hal yang Mama sukai agar pikiran lebih rileks dan santai.
- Jaga asupan makanan dan minuman Mama. Terlepas dari penurunan nafsu makan yang mungkin Mama alami, tetaplah berusaha untuk menyantap makanan sehat dan bergizi. Ini tidak hanya memastikan kecukupan ASI Si Kecil, tetapi juga membantu proses pemulihan fisik Mama usai melahirkan.
- Jangan ragu meminta bantuan orang lain, terutama pada pasangan atau keluarga. Si Kecil yang baru lahir memang jadi “bintang” baru dalam keluarga, tetapi bukan berarti Mama harus mengurusi semua keperluan Si Kecil sendirian dan abai pada kebutuhan diri sendiri. Ingat bahwa tubuh Mama masih dalam proses kembali normal. Minta bantuan Papa untuk menyendawakan Si Kecil usai menyusu, ibu atau tante untuk memandikan Si Kecil atau ganti popok, hingga ART untuk memasak dan bersih-bersih rumah.
- Akui dan terima bahwa Mama mengalami situasi ini. Tidak ada yang salah dengan mengalami baby blues atau postpartum depression. Mama bukan satu-satunya orang yang melalui hal berat ini usai melahirkan. Dengan mengakui dan menerima Mama mengalaminya, akan membuat Mama lebih terbuka pada orang lain. Mama pun lebih siap menerima pertolongan untuk pulih secara fisik dan psikologis.
Itulah perbedaan baby blues dan postpartum depression yang perlu Mama ketahui. Jangan ragu untuk mencari bantuan kepada pasangan, keluarga, teman, hingga tenaga profesional seperti Dokter, Psikiater, atau Psikolog. Semakin cepat Mama menyadari gejalanya, semakin tepat pula penanganannya, sehingga Mama bisa memulihkan diri secara utuh dan kualitas hidup pun membaik. (AB)
Nice info 👌🥰
Hai Mama, terima kasih atas responnya. Jangan lupa share ya, Ma. :) ^sm