Kolik pada Bayi: Penyebab, Tanda, dan Cara Mengatasinya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/IDhaeq9gDbLbDHqH3eJvi/original/jdjf6icl6t1izj0hkluucd08tsk1lryw.png)
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi. Namun, jika tangisan berlangsung lama dan sulit dihentikan, Mama mungkin mendengar istilah kolik. Kondisi ini sering membuat orang tua khawatir, padahal umumnya tidak berbahaya dan dapat diatasi. Yuk, kenali kolik pada bayi lebih jauh agar Mama lebih tenang.
Artikel Lainnya: Bayi Menangis Terus, Terapkan 5 Cara Ini untuk Menenangkannya
Apa Itu Kolik pada Bayi?
Kolik adalah kondisi ketika bayi yang sehat menangis terus-menerus lebih dari 3 jam sehari, setidaknya 3 kali seminggu, selama minimal satu minggu. Tangisan ini biasanya terjadi tanpa alasan jelas, bukan karena lapar, popok basah, atau sakit tertentu. Tanda-tanda kolik pada bayi biasanya muncul sejak bayi berusia 2–3 minggu. Ciri kolik pada bayi 1 bulan umumnya terlihat dari tangisan berkepanjangan dengan pola tertentu.
Puncak kolik sering terjadi pada usia 6–8 minggu, dimana ciri kolik pada bayi 2 bulan terlihat semakin jelas, misalnya bayi menangis lebih keras, sulit ditenangkan, serta sering menarik kaki ke arah perut. Kondisi ini umumnya mulai mereda ketika bayi berusia 3–4 bulan.
Penyebab Kolik pada Bayi
Hingga kini, para ahli belum menemukan penyebab kolik bayi secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang diduga berperan:
- Sistem pencernaan bayi yang belum matang, sehingga rentan kembung dan menumpuk gas.
- Pengaruh makanan penyebab kolik pada bayi karena lambung yang sensitif, baik dari ASI maupun susu formula.
- Ketidakseimbangan bakteri baik di usus bayi.
- Stimulasi berlebih, misalnya terlalu banyak suara atau cahaya.
- Faktor psikologis orang tua seperti stres juga dapat memengaruhi kondisi bayi.
Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko kolik:
- Ibu merokok selama atau setelah kehamilan.
- Riwayat alergi pada keluarga, terutama alergi protein susu sapi.
- Stres atau kecemasan pada orang tua.
- Bayi mengkonsumsi susu formula tertentu.
Gejala Kolik pada Bayi
Umumnya, tangisan kolik berbeda dari tangisan biasa karena lebih lama, lebih keras, dan sering disertai gerakan tertentu. Gejala yang biasanya muncul antara lain:
- Tangisan bernada tinggi, sulit dihentikan, lebih dari 3 jam sehari.
- Pola tangisan sering terjadi pada sore atau malam hari.
- Bayi tampak meringkuk, menarik kaki ke arah perut, mengepal tangan, wajah memerah, dan punggung melengkung.
Jika tangisan disertai demam, muntah hebat, atau darah dalam tinja, segera periksakan ke dokter.
Artikel Lainnya: Atasi Perut Kembung pada Bayi dengan 7 Cara Ini
Diagnosis Kolik pada Bayi
Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi kolik. Dokter biasanya menegakkan diagnosis berdasarkan pola tangisan bayi sesuai kriteria 3–3–3 (3 jam per hari, 3 hari per minggu, selama minimal 1 minggu). Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain seperti alergi, infeksi, atau refluks asam lambung. Pemeriksaan ini bertujuan memastikan tidak ada masalah serius seperti infeksi, alergi, atau gangguan pencernaan pada bayi. Jika semua kondisi organik normal, kolik dapat dipastikan.
Cara Mengatasi Kolik pada Bayi
Menghadapi bayi kolik kembung memang melelahkan, tetapi ada beberapa langkah sederhana yang bisa membantu meredakan tangisannya. Berikut beberapa langkah yang bisa Mama coba:
- Gendong dan goyang bayi dengan lembut atau ajak berjalan-jalan menggunakan stroller.
- Pijat perut dan punggung bayi, atau mandikan dengan air hangat agar lebih rileks.
- Gunakan white noise, seperti suara hujan atau detak jantung, untuk menenangkan bayi.
- Sendawakan bayi setelah menyusu dan pastikan posisinya tegak saat minum.
- Gunakan botol anti-kolik jika bayi minum susu formula untuk mengurangi udara yang masuk.
- Jika Mama menyusui, hindari makanan yang memicu gas seperti kubis, brokoli, dan minuman berkafein.
- Diskusikan dengan dokter jika perlu mengganti susu formula bebas laktosa atau hipoalergenik.
- Probiotik dapat diberikan sesuai anjuran dokter untuk mendukung kesehatan usus bayi.
Artikel Lainnya: Si Kecil Sering Gumoh, Normal atau Tidak ?
Pencegahan Kolik pada Bayi
Meski kolik bayi baru lahir tidak selalu bisa dicegah, ada beberapa langkah yang bisa membantu menurunkan risikonya. Beberapa langkah pencegahan yang bisa Mama lakukan:
- Berikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
- Pastikan posisi menyusui benar dan bayi disendawakan setelah minum.
- Hindari paparan asap rokok.
- Kurangi makanan pemicu alergi pada menu Mama.
Obat Terkait Kolik pada Bayi
Sebagian besar kasus kolik tidak memerlukan obat. Namun, beberapa pilihan yang bisa direkomendasikan dokter antara lain:
- Probiotik untuk membantu keseimbangan bakteri usus.
- Simethicone untuk mengurangi gas, meskipun efektivitasnya bervariasi.
- Susu formula khusus seperti hipoalergenik bila ada indikasi alergi.
Hindari pemberian obat tanpa rekomendasi dokter karena tidak semua aman untuk bayi!
Artikel Lainnya: Si Kecil Terbebas Dari Alergi, Memang Bisa?
Kapan Harus ke Dokter?
Kolik biasanya akan hilang dengan sendirinya. Namun, ada kondisi tertentu yang memerlukan perhatian medis segera, misalnya:
- Bayi demam (≥38°C), muntah terus-menerus, atau ada darah dalam tinja.
- Bayi sulit menyusu, terlihat lemas, atau tanda dehidrasi seperti bibir kering.
- Tangisan tidak berkurang hingga bayi berusia lebih dari 4–5 bulan.
Kolik memang membuat Mama merasa cemas, tetapi kondisi ini biasanya tidak berbahaya dan akan mereda dengan sendirinya. Fokus pada kenyamanan bayi, lakukan langkah penenangan, dan jangan ragu meminta bantuan keluarga agar Mama juga tetap tenang.
Lagi bingung hadapi anak kolik? Tenang, Mama nggak sendiri! Yuk, downloadaplikasi HalloBumil di Google Play dan App Store untuk tips kesehatan anak. Ikuti webinar dan event seputar parenting, gabung komunitas WhatsApp sesuai usia Si Kecil, dan pakai tools praktis seperti kalender masa subur dan kalkulator HPL kalau Mama sedang program hamil. Semua bisa diakses mudah dalam satu aplikasi!