Si Kecil Terbebas Dari Alergi, Memang Bisa?
:strip_icc():format(webp)/hb-article/4Tco4PL8mB8VO6oSbkeGW/original/wnanw8dyeceb0uyz2ffck0pmfugvrm9w.png)
Alergi pada anak bisa muncul sejak usia sangat dini dan sering kali membuat Mama cemas. Reaksi yang timbul seperti gatal-gatal, ruam, atau sesak napas bisa terjadi tiba-tiba dan tampak menakutkan.
Jangan khawatir, Ma! Artikel ini akan membahas secara lengkap bagaimana mendeteksi alergi pada anak, mengenali jenisnya, serta memberikan tips penanganan dan pencegahan agar tumbuh kembang anak tetap optimal.
Artikel Lainnya: Anak Alergi Bisa Berisiko Badan Pendek dan Stunting?
Deteksi Dini Alergi Si Kecil
Alergi adalah reaksi sistem imun terhadap zat tertentu yang sebenarnya tidak berbahaya, seperti makanan, debu, atau serbuk sari. Saat tubuh Si Kecil menganggap zat ini sebagai ancaman, sistem imun melepaskan antibodi bernama IgE.
Proses ini memicu pelepasan histamin dan zat kimia lain yang menyebabkan gejala seperti ruam, hidung tersumbat, gatal, hingga sesak napas. Pada sebagian anak, reaksi alergi bisa terjadi segera setelah terpapar alergen. Namun, ada juga yang baru menunjukkan gejala setelah beberapa jam atau bahkan hari kemudian.
Ciri-ciri alergi pada bayi dan anak bisa terlihat dari:
- Ruam merah, bentol, atau kulit kering dan gatal, terutama di pipi atau lipatan tubuh.
- Muntah, diare, kolik, atau tinja berlendir setelah menyusu atau makan.
- Hidung tersumbat, bersin, batuk ringan, atau napas berbunyi.
- Kemerahan atau bengkak di sekitar mulut, bibir, atau kelopak mata.
- Bayi lebih rewel, sulit tidur, atau menolak makan.
- Reaksi berat seperti sesak napas atau pembengkakan mendadak (butuh penanganan segera).
Faktor Risiko Alergi pada Anak
Beberapa anak memang memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami alergi. Faktor-faktor risikonya antara lain:
- Riwayat keluarga: Jika Mama atau Ayah punya alergi termasuk asma atau eksim, Si Kecil juga berisiko lebih tinggi.
- Eksim: Anak yang memiliki masalah kulit seperti dermatitis atopik cenderung lebih sensitif terhadap makanan atau alergen lainnya.
- Paparan lingkungan: Polusi, asap rokok, atau kebersihan berlebihan bisa membuat sistem imun anak jadi lebih rentan.
- Pola makan di awal kehidupan: Keterlambatan mengenalkan makanan yang mengandung alergen justru bisa meningkatkan risiko alergi.
Jenis Alergi yang Biasa Terjadi Pada Anak
Berikut macam-macam alergi pada anak yang mungkin sering Mama jumpai:
- Alergi makanan: Alergi terhadap susu sapi, telur, kacang tanah, kedelai, gandum, ikan, dan kerang adalah yang paling umum. Reaksinya bisa ringan hingga berat.
- Dermatitis atopik: Kondisi kulit yang menyebabkan gatal, kering, dan ruam. Eksim sering menjadi tanda awal kecenderungan alergi.
- Urtikaria atau biduran: Ditandai dengan bentol merah dan gatal yang bisa muncul di mana saja pada tubuh.
- Alergi pernapasan: Termasuk hay fever akibat serbuk sari, alergi debu, atau bulu hewan, yang bisa menyebabkan bersin, pilek, dan sesak napas.
- Alergi terhadap serangga: Beberapa anak juga sensitif terhadap gigitan nyamuk atau semut, yang bisa menimbulkan reaksi kulit yang cukup mengganggu.
Artikel Lainnya: Cara Memilih Susu Soya yang Tepat untuk Anak Alergi Susu Sapi
Apakah Alergi pada Anak Bisa Disembuhkan?
Mama mungkin penasaran apakah alergi bisa sembuh? Berapa lama alergi pada anak akan hilang? Apakah alergi pada bayi bisa sembuh sendiri? Jawabannya tergantung pada jenis alergi yang dialami dan kondisi tubuh anak. Sebagian gejala alergi pada bayi dan anak memang bisa hilang seiring pertumbuhan.
Misalnya, alergi susu sapi, telur, atau kedelai biasanya akan mereda saat anak menginjak usia sekolah. Namun, beberapa jenis alergi seperti terhadap kacang tanah, ikan, atau kerang cenderung menetap hingga dewasa.
Jika Si Kecil mengalami alergi susu sapi, salah satu alternatif yang bisa diberikan adalah susu soya. Susu berbahan dasar kedelai ini umumnya lebih mudah diterima tubuh anak yang sensitif terhadap protein susu sapi.
Penting untuk memilih susu soya yang diformulasikan khusus untuk anak dengan alergi, seperti Morinaga Soya. Susu ini mengandung nutrisi lengkap yang mendukung tumbuh kembang optimal Si Kecil.
Sayangnya, saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan alergi sepenuhnya. Tapi kabar baiknya, ada terapi yang dapat membantu anak membangun toleransi, seperti imunoterapi oral. Terapi ini dilakukan di bawah pengawasan dokter dan bertujuan mengurangi keparahan reaksi alergi saat anak tidak sengaja terpapar alergen.
Cara Mengatasi Alergi Anak Tidak Kambuh Lagi
Berikut ini beberapa cara yang bisa Mama lakukan untuk membantu mengontrol alergi anak:
- Hindari pemicunya: Kenali apa yang memicu alergi Si Kecil dan hindari kontak dengan zat tersebut sebisa mungkin. Misalnya, jika anak alergi debu, pastikan kamar selalu bersih dan bebas karpet tebal.
- Gunakan jurnal alergi: Catat hal-hal seperi lingkungan atau makanan pemicu alergi. Ini membantu Mama dan dokter menentukan langkah terbaik ke depannya.
- Obat sesuai gejala: Antihistamin bisa membantu meredakan gatal atau bersin. Untuk eksim, bisa diberikan salep khusus. Bila anak punya risiko anafilaksis, dokter mungkin menyarankan Mama menyediakan suntikan epinefrin darurat.
- Perawatan kulit: Jika anak memiliki eksim, pastikan kulit tetap lembap dengan pelembap khusus dan hindari sabun yang mengandung bahan keras.
- Konsultasikan terapi imun. Bila alergi cukup berat dan mengganggu, dokter bisa merekomendasikan imunoterapi untuk menurunkan kepekaan tubuh terhadap alergen.
Artikel Lainnya: Manfaat Pemberian Probiotik pada Anak
Langkah Pencegahan Alergi pada Anak
Pencegahan sejak dini sangat penting, terutama jika anak memiliki risiko tinggi alergi. Beberapa cara mencegah alergi pada anak yang bisa Mama lakukan antara lain:
- ASI eksklusif: Memberikan ASI hingga usia 6 bulan bisa membantu membentuk kekebalan tubuh yang lebih kuat.
- Pengenalan makanan sejak usia 4 sampai 6 bulan: Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mengenalkan makanan alergen seperti kacang atau telur lebih awal dalam bentuk yang aman bisa menurunkan risiko alergi.
- Jaga kualitas udara: Hindari paparan asap rokok di rumah, jaga sirkulasi udara, dan bersihkan rumah secara rutin.
- Minimalkan iritan di rumah: Gunakan produk pembersih yang tidak mengandung bahan kimia keras dan hindari pengharum ruangan sintetis.
- Paparan hewan peliharaan sejak dini: Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang tumbuh dengan hewan peliharaan justru memiliki risiko alergi yang lebih rendah.
Pilihan Nutrisi Tepat Bebas Alergi untuk Dukung Tumbuh Kembang Anak
Anak alergi makanan tetap bisa tumbuh sehat dan aktif selama kebutuhan nutrisinya terpenuhi. Berikut beberapa saran yang bisa Mama ikuti:
- ASI atau formula hipoalergenik: Untuk bayi dengan risiko alergi, dokter bisa menyarankan formula susu terhidrolisis yang aman.
- MPASI aman dan bertahap: Perkenalkan satu jenis makanan dalam satu waktu agar Mama mudah mengenali penyebab alergi jika muncul reaksi
- Diet seimbang dan bervariasi: Jangan ragu memberikan berbagai jenis makanan sehat seperti buah, sayur, protein, dan biji-bijian asal sudah dipastikan aman.
- Vitamin D: Pastikan anak cukup terpapar sinar matahari dan mendapat vitamin D dari makanan atau suplemen sesuai anjuran dokter.
Artikel launnya: Suplemen Vitamin dan Mineral untuk Anak, Wajibkah?
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Jangan ragu untuk berkonsultasi jika Mama menemukan hal-hal berikut:
- Anak menunjukkan reaksi serius seperti sesak napas, pembengkakan di wajah atau bibir, atau muntah setelah makan tertentu.
- Eksim yang parah dan tidak kunjung sembuh meski sudah dirawat di rumah.
- Alergi yang membuat anak sulit makan atau beraktivitas normal.
- Mama bingung saat akan mengenalkan makanan baru.
- Ingin mengetahui apakah imunoterapi atau tes alergi diperlukan.
Alergi bukanlah penghalang bagi anak untuk tumbuh sehat dan ceria. Dengan pengelolaan yang tepat, Si Kecil tetap bisa bermain, belajar, dan berkembang seperti anak lainnya.
Untuk membantu Mama mengatur pola makan, mengenali gejala, dan memilih penanganan yang sesuai, yuk, unduh aplikasi Hallobumil dan temukan panduan praktis seputar alergi anak!
Cerita soal alergi Si Kecil atau pengasuhan anak bisa lebih ringan kalau bareng komunitas. Gabung grup WhatsApp HalloBumil sesuai fase usia anak Mama ya. Mau ikut kelas parenting, tumbuh kembang, atau event seru lainnya? Cek jadwal event online & offline di HalloBumil, dan daftarkan dirimu sekarang!
y mima
Hai Mama, terima kasih atas responnya dan jangan lupa untuk share juga informasinya ini ya. Semoga membantu :) ^sm