Pentingnya Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak
:strip_icc():format(webp)/hb-article/Tarvoma2SsSgkA1HHuwsP/original/pyy052ra224pzbf06sg7kk75f31qe4i9.png)
Dalam keseharian, peran Mama dalam merawat dan membesarkan anak memang sangat nyata. Namun, kehadiran Ayah juga memegang peran yang tak kalah penting. Banyak penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan Ayah sejak dini memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan anak, baik secara fisik, emosional, maupun sosial.
Artikel ini akan membahas bagaimana peran ayah dalam pengasuhan anak, dampaknya pada anak, serta tantangan yang mungkin dihadapi dalam prosesnya.
Artikel lainnya: 5 Cara Menyikapi Perbedaan Pola Asuh Mama dan Papa
Mengapa Kehadiran Ayah Penting dalam Pengasuhan?
Ayah bukan hanya pencari nafkah. Kehadiran ayah dalam kehidupan anak membawa warna tersendiri yang tak bisa digantikan. Ayah yang aktif membangun hubungan dengan anak sejak dini menciptakan rasa aman, meningkatkan kepercayaan diri anak, serta memperkaya dinamika keluarga.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan kuat dengan ayah cenderung tumbuh dengan kemampuan sosial yang lebih baik, mampu mengatur emosi, dan lebih siap menghadapi tantangan di sekolah maupun lingkungan.
Ayah juga memberi contoh peran laki-laki yang peduli dan bertanggung jawab, terutama untuk anak laki-laki, namun tidak kalah penting bagi anak perempuan dalam membentuk citra diri mereka. Dalam konteks pola asuh ayah dan ibu, peran keduanya saling melengkapi demi menciptakan lingkungan pengasuhan yang sehat dan seimbang.
Artikel lainnya: Positive Parenting: Pola Asuh Positif untuk Anak yang Bahagia
Perkembangan Anak Dipengaruhi oleh Peran Ayah Sejak Dini
Sejak anak masih dalam kandungan, peran ayah sudah bisa dimulai. Ikut menemani Mama saat pemeriksaan kehamilan, mengajak janin berbicara, atau menyanyikan lagu bisa membangun ikatan emosional yang kuat.
Setelah anak lahir, sentuhan kulit dengan ayah (skin-to-skin contact) dapat membantu menenangkan bayi, menstabilkan suhu tubuh, dan mempererat hubungan emosional.
Pada masa balita, Ayah bisa ikut membacakan buku, bermain, dan membantu membangun rutinitas harian. Keterlibatan ayah dalam tumbuh kembang anak ini bukan hanya membahagiakan anak, tetapi juga mendukung perkembangan bahasa, kognisi, serta kemampuan sosial.
Di usia prasekolah hingga sekolah dasar, anak-anak mulai belajar mengelola emosi dan berinteraksi secara lebih kompleks. Kehadiran Ayah yang suportif dan mampu menjadi panutan membantu anak membentuk identitas diri, memahami batasan, dan belajar menghadapi berbagai situasi sosial.
Artikel lainnya: Pola Asuh Demokratis: Ciri, Contoh, dan Manfaat untuk Anak
Dampak Positif Ayah yang Aktif Terlibat
Manfaat kehadiran ayah dalam parenting tentu sangat banyak, di antaranya:
1. Perkembangan kognitif yang lebih baik
Pengaruh ayah terhadap kecerdasan anak terlihat pada peningkatan kemampuan bahasa, pemecahan masalah, dan prestasi akademik. Mereka lebih siap saat memasuki dunia sekolah dan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
2. Kesehatan mental anak yang lebih stabil
Kehadiran Ayah yang konsisten dan penuh perhatian membantu anak merasa aman dan dicintai. Peran ayah dalam perkembangan emosional anak berpengaruh besar pada pengelolaan emosi, rasa percaya diri, dan kemampuan membangun hubungan sosial yang sehat.
3. Menurunkan risiko masalah perilaku
Anak yang memiliki kedekatan dengan Ayah cenderung lebih mudah mengatur perilaku, menghindari kenakalan remaja, serta terhindar dari penyalahgunaan zat berbahaya di usia muda.
4. Keseimbangan dalam keluarga
Pentingnya figur ayah dalam keluarga tidak hanya berdampak pada anak, tapi juga pada Mama. Mama merasa lebih didukung, tidak kelelahan secara emosional, dan hubungan pasangan pun cenderung lebih harmonis.
Artikel lainnya: Apa Itu Pola Asuh Neglectful dan Dampaknya bagi Anak?
Tantangan yang Dihadapi Ayah dalam Pengasuhan
Meski manfaatnya besar, tidak bisa dimungkiri bahwa Ayah juga menghadapi berbagai tantangan saat ingin lebih terlibat dalam pengasuhan:
1. Budaya dan stereotip gender
Dalam banyak masyarakat, peran pengasuhan masih lebih identik dengan Mama. Hal ini membuat sebagian ayah merasa kurang percaya diri atau tidak yakin bagaimana cara berperan secara tepat dalam merawat anak.
2. Kesibukan dan tuntutan pekerjaan
Waktu sering kali menjadi kendala. Ayah yang bekerja penuh waktu mungkin merasa sulit membagi waktu untuk bermain atau sekadar bercengkerama dengan anak.
3. Minimnya dukungan dan informasi
Sebagian ayah merasa tidak punya cukup referensi atau tempat bertanya seputar parenting. Kegiatan seperti kelas persiapan menjadi orang tua biasanya lebih banyak ditujukan untuk Mama.
4. Kesehatan mental Ayah kurang diperhatikan
Perubahan besar dalam kehidupan setelah menjadi orang tua juga dialami oleh ayah. Namun, gejala stres atau kecemasan pada ayah kerap tidak disadari dan jarang ditangani secara serius.
Artikel lainnya: Pola Asuh Otoriter: Ciri, Dampak, dan Cara Menghadapinya
Cara Ayah Bisa Terlibat Aktif dalam Pengasuhan
Meskipun ada tantangan, ada banyak cara yang bisa dilakukan agar ayah tetap terlibat dalam pengasuhan sehari-hari:
1. Mulai sejak kehamilan
Keterlibatan bisa dimulai sejak janin masih dalam kandungan. Ajak Ayah ikut mempersiapkan perlengkapan bayi, mendengarkan detak jantung janin, atau berbicara dengan bayi setiap malam.
2. Ciptakan rutinitas bersama anak
Ayah bisa memilih satu atau dua kegiatan harian untuk dilakukan secara konsisten bersama anak, seperti memandikan, membacakan cerita sebelum tidur, atau mengantar ke sekolah.
3. Libatkan Ayah dalam aktivitas bermain
Bermain aktif dengan anak, misalnya petak umpet, menggambar bersama, atau permainan imajinatif, dapat memperkuat bonding ayah dan anak sekaligus mendukung perkembangan motorik dan sosial anak.
Artikel lainnya: Yuk, Stimulasi Motorik Halus Si Kecil!
4. Berbagi tugas dengan Mama
Pengasuhan akan terasa lebih ringan jika dilakukan bersama. Diskusikan pembagian tugas rumah tangga dan pengasuhan agar saling mendukung, bukan hanya soal siapa yang bekerja di luar rumah.
5. Luangkan waktu berkualitas, meski singkat
Tidak harus lama, waktu 15–30 menit setiap hari tanpa gangguan gadget bisa sangat berarti. Anak akan merasa dicintai dan dihargai, dan Ayah pun bisa membangun hubungan yang lebih dekat.
6. Jaga kesehatan mental Ayah
Ayah juga berhak merasa lelah. Jika dirasa perlu, jangan ragu untuk mencari bantuan, misalnya melalui komunitas ayah, konseling pasangan, atau sekadar berbagi cerita dengan teman sesama orang tua.
Mama, kehadiran Ayah dalam pengasuhan bukanlah pelengkap, tapi bagian penting dari perjalanan tumbuh kembang anak. Ketika Ayah dan Mama saling mendukung, anak akan tumbuh dalam lingkungan yang hangat, aman, dan penuh kasih.
Jadi, yuk ajak ayah aktif dalam pengasuhan agar anak tumbuh dengan baik! Gabung di Hallobumil dan temukan informasi terpercaya, komunitas yang saling mendukung, hingga tips pengasuhan untuk membantu ibu dan ayah menjalani peran sebagai orang tua secara seimbang.
Jika Mama ingin memantau tumbuh kembang si Kecil lebih praktis, yuk gunakan aplikasi Hallobumil. Selain fitur untuk mencatat milestone dan tumbuh kembang Si Kecil. Jangan lewatkan juga event dan webinar parenting dari para ahli. Semua lengkap dalam satu genggaman.