Artikel/Pasca Kehamilan/Pola Asuh Otoriter

Pola Asuh Otoriter: Ciri, Dampak, dan Cara Menghadapinya

Athika Rahma | Diterbitkan pada 20 Juni 2025
Ditinjau oleh Tim Ahli Hallobumil
Pola asuh otoriter ditandai dengan aturan ketat dan minim dialog. Kenali ciri dan dampaknya terhadap anak serta cara tepat menghadapi pola asuh ini agar tumbuh kembang anak tetap optimal.
pola-asuh-otoriter

Setiap orang tua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam hal pola asuh. Namun, tidak semua metode mendidik berdampak positif bagi perkembangan anak, terutama jika pola asuh yang digunakan terlalu kaku dan menuntut. Salah satu gaya pengasuhan yang kerap tanpa disadari diterapkan adalah pola asuh otoriter.

Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang apa itu pola asuh otoriter, ciri-cirinya, dampaknya bagi anak, serta bagaimana Mama bisa mengubahnya menjadi pola asuh yang lebih sehat dan seimbang.

Apa Itu Pola Asuh Otoriter?

Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang menekankan pada kepatuhan tanpa banyak ruang untuk berdiskusi atau bertukar pendapat. Dalam pola ini, orang tua menetapkan aturan yang ketat dan berharap anak mematuhinya tanpa bertanya. Biasanya, pola ini diiringi dengan ekspektasi tinggi dan hukuman jika anak tidak memenuhi standar yang ditentukan.

Karakteristik utama pola asuh otoriter antara lain:

  • Banyak aturan yang bersifat mutlak dan tidak bisa dinegosiasikan.
  • Orang tua lebih sering memberi perintah tanpa penjelasan.
  • Komunikasi bersifat satu arah, lebih sering berupa instruksi.
  • Hukuman digunakan untuk mengontrol perilaku anak.
  • Kehangatan dan dukungan emosional cenderung rendah.

Menurut teori dari Diana Baumrind, ada empat tipe pola asuh, yaitu otoriter, otoritatif, permisif, dan lalai.

  • Pola asuh otoriter menuntut kepatuhan tinggi namun minim kehangatan.
  • Pola asuh otoritatif juga memiliki aturan, namun tetap memperhatikan kebutuhan emosional anak dan terbuka untuk berdiskusi. Ini dianggap sebagai pola yang paling seimbang.
  • Pola asuh permisif cenderung membiarkan anak melakukan apa saja tanpa batasan, walau penuh kehangatan.
  • Pola asuh lalai atau tidak terlibat, di mana orang tua jarang memberikan perhatian maupun aturan yang jelas.

Ciri-Ciri Pola Asuh Otoriter

Mama bisa mengenali apakah gaya pengasuhan yang diterapkan termasuk otoriter dari beberapa ciri berikut:

  • Anak tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.
  • Setiap pelanggaran aturan langsung mendapat hukuman.
  • Mama cenderung tidak memberikan penjelasan di balik aturan yang dibuat.
  • Anak diminta selalu patuh, tanpa mempertanyakan alasannya.
  • Komunikasi lebih bersifat memberi instruksi, bukan dialog.

Pola ini umumnya diterapkan dengan tujuan agar anak disiplin dan berperilaku baik. Namun, tanpa disadari, bisa berdampak negatif bagi perkembangan emosional dan sosial anak.

Contoh Pola Asuh Otoriter dalam Kehidupan Sehari-hari

Contoh pola asuh otoriter cukup mudah ditemukan dalam kehidupan harian. Misalnya:

  • Anak harus bangun pukul 5 pagi setiap hari, tanpa kompromi, walaupun ia kelelahan.
  • Saat anak mendapat nilai kurang memuaskan, langsung dimarahi atau dihukum belajar ekstra tanpa memahami penyebabnya.
  • Anak tidak diizinkan memilih kegiatan ekstrakurikuler yang disukai karena dianggap tidak “berguna”.
  • Semua keputusan keluarga dibuat oleh orang tua tanpa melibatkan anak, bahkan dalam hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri.

Contoh-contoh ini sering terlihat sebagai bentuk kedisiplinan, tetapi jika berlangsung terus-menerus, anak bisa merasa tidak memiliki kontrol atas hidupnya.

Dampak Pola Asuh Otoriter bagi Anak

Menerapakan pola asuh otoriter tentu berdampak cukup besar pada si Kecil, baik dari sisi psikologis maupun dari sisi sosial dan akademik. Berikut penjelasannya:

Dampak Psikologis

Anak yang tumbuh di bawah pola asuh otoriter cenderung mengalami beberapa masalah psikologis, seperti:

  • Rendahnya rasa percaya diri karena jarang diberikan pujian atau kesempatan mengambil keputusan.
  • Kecemasan dan stres akibat tekanan untuk selalu sempurna.
  • Kesulitan mengelola emosi, karena mereka terbiasa ditekan dan tidak bebas mengekspresikan perasaan.
  • Anak bisa menjadi sangat tertutup atau sebaliknya, menunjukkan perilaku agresif sebagai bentuk perlawanan.

Dampak Sosial dan Akademik

Selain psikologis, pola asuh otoriter juga berdampak pada kemampuan sosial dan prestasi anak:

  • Anak bisa mengalami kesulitan bergaul karena tidak terbiasa menyampaikan pendapat atau mengambil inisiatif.
  • Meskipun anak mungkin menunjukkan prestasi akademik yang baik, hal itu sering disertai tekanan dan rasa takut.
  • Dalam jangka panjang, anak bisa menjadi terlalu patuh atau justru memberontak ketika merasa sudah bisa mandiri.
  • Beberapa penelitian juga menemukan kaitan antara pola asuh otoriter dengan peningkatan risiko perilaku menyimpang pada masa remaja.

Namun, dari seluruh dampak negatif di atas, apakah ada dampak positif pola asuh otoriter pada anak? Jawabannya, ya, ada, berupa kedisiplinan dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Namun, pengasuhan orang tua untuk memunculkan sikap ini wajib diterapkan dalam batas wajar. Penting untuk diingat bahwa manfaat ini sering kali hadir bersama risiko, dan risikonya bisa lebih besar daripada manfaatnya.

Idealnya, pola asuh otoriter bisa dimodifikasi ke arah otoritatif, yaitu tetap memberi batasan, namun dengan komunikasi terbuka dan dukungan emosional yang hangat. Ini adalah pendekatan yang lebih seimbang dan cenderung menghasilkan dampak positif jangka panjang bagi anak.

Cara Menghadapi dan Mengubah Pola Asuh Otoriter

Jika Mama menyadari telah menerapkan pola asuh otoriter pada anak, tidak ada kata terlambat untuk berubah. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  1. Mulai dengan meningkatkan komunikasi: Ajak anak berbicara secara terbuka, dengarkan pendapatnya, dan beri ruang untuk diskusi.
  2. Tegaskan aturan, tetapi sertakan penjelasan: Misalnya, jika Mama melarang bermain gadget sebelum belajar, jelaskan alasannya secara masuk akal.
  3. Berikan konsekuensi yang logis, bukan hukuman keras: Anak akan lebih memahami akibat dari perbuatannya jika diberikan tanggung jawab, bukan rasa takut.
  4. Libatkan anak dalam pengambilan keputusan kecil: Hal ini akan membangun rasa percaya diri dan kemandiriannya.
  5. Berlatih bersikap hangat dan responsif: Dukung anak secara emosional, bukan hanya menuntut hasil.

Jika anak sudah terbiasa dengan pola otoriter, ia mungkin butuh waktu untuk beradaptasi. Mama bisa membantu dengan:

  • Menyediakan waktu untuk berbicara dari hati ke hati, tanpa menghakimi.
  • Mengajarkan anak untuk mengungkapkan perasaan secara sehat.
  • Memberi pujian saat anak berhasil mengambil keputusan sendiri.
  • Mendorong anak mencoba hal baru yang sesuai minatnya, agar ia lebih percaya diri.

Artikel lainnya: Tips Mengajarkan Anak Toilet Training yang Efektif

Kapan Harus Berkonsultasi dengan Ahli?

Mama mungkin perlu mempertimbangkan berkonsultasi dengan psikolog anak atau konselor keluarga jika:

  • Anak menunjukkan tanda-tanda stres berat, sering menangis, atau mudah marah.
  • Hubungan dalam keluarga mulai terasa kaku, penuh ketegangan, atau sulit berkomunikasi.
  • Mama merasa kesulitan untuk mengubah pola pengasuhan dan butuh panduan lebih lanjut.

Mengasuh anak memang bukan perkara mudah, dan tidak ada satu pola yang sempurna untuk semua keluarga. Namun, dengan memahami dampak dari pola asuh otoriter, Mama bisa mulai menciptakan hubungan yang lebih sehat dan saling menghargai bersama anak.

Perubahan tidak harus drastis, cukup dimulai dari langkah kecil, mendengarkan lebih banyak, menghukum lebih sedikit, dan memberi ruang anak untuk tumbuh menjadi dirinya sendiri. Mama tidak sendiri dalam perjalanan membesarkan anak. Jika Mama sedang berusaha memahami dan memperbaiki pola asuh di rumah, terutama dari yang otoriter menjadi lebih seimbang, Hallobumil siap mendampingi.

Unduh aplikasi Hallobumil sekarang dan bergabunglah dengan komunitas yang saling mendukung. Temukan tips pengasuhan, edukasi terpercaya, dan ruang aman untuk berbagi pengalaman bersama para ibu lainnya.

Jangan lewatkan berbagai event seru dari Hallobumil, baik online maupun offline! Ikuti webinar kelas parenting, dan bincang santai bareng ahli. Semua lengkap dalam satu genggaman Mama!

Baca lewat aplikasi lebih mudah loh, Ma
Dari artikel kehamilan hingga parenting, semua ada di aplikasi Hallo Bumil. Yuk, Download Ma
0
0
Bagikan
Facebook
Twitter
WA

Tumbuh Bersama di 1000 Hari Pertama Si Kecil

Komunitas hangat untuk dapatkan tips, cerita inspiratif, dan teman baru pada 1000 hari pertama si kecil bersama Hallobumil
image