Morning Sickness pada Trimester Kedua, Amankah?
:strip_icc():format(webp)/hb-article/UU792fKNLUGHUNFaeVecl/original/586week-165-morning-sickness-pada-trimester-kedua.jpg)
dr. Junita Tarigan
Seringkah Mama mengalami morning sickness pada awal kehamilan? Morning sickness memang umum dialami oleh wanita yang sedang mengandung. Dua pertiga ibu hamil akan mengalami gejala morning sickness berupa mual, penurunan nafsu makan, muntah, depresi, dan cemas berlebihan.
Umumnya, gejala morning sickness tidak membahayakan kehamilan dan akan hilang dengan spontan setelah minggu ke-12 sampai dengan minggu ke-14 kehamilan.
Hiperemesis Gravidarum, Morning Sickness yang Membahayakan
Morning sickness yang berlangsung setelah minggu ke-14 kehamilan (awal mula trimester ke dua) dan terjadi sepanjang hari sering disebut dengan hiperemesis gravidarum.
Beberapa teori menjelaskan bahwa hiperemesis gravidarum ini disebabkan oleh peningkatan hormon human chorionic gonadotropin (hCG). Ini adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta pada trimester pertama kehamilan, dan kadar hCG yang tetap tinggi pada trimester kedua dapat mengindikasikan adanya gangguan plasenta.
Perlu diketahui juga, gejala mual, muntah, dan penurunan nafsu makan yang tetap berlangsung sampai trimester kedua ini dapat mengakibatkan ibu mengalami dehidrasi, penurunan tekanan darah, sampai penurunan kesadaran yang harus membutuhkan penanganan medis secepatnya,
Selain itu, hiperemesis gravidarum juga bisa berisiko terhadap kehamilan itu sendiri, yakni:
- Meningkatkan risiko mengalami eklamsia (kejang pada kehamilan) dua kali lebih besar.
- Meningkatkan risiko melahirkan buah hati dengan berat badan lahir rendah sebesar 1.4 kali lebih besar.
- Meningkatkan risiko pelepasan plasenta sebelum masa persalinan yang lebih tinggi.
Cara Mengatasi Hiperemesis Gravidarum
Penanganan yang paling penting untuk dilakukan jika Mama mengalami hiperemesis gravidarum adalah menjaga status hidrasi tubuh.
Akibat keluhan mual dan muntah yang berlebihan, asupan cairan dan makanan melalui oral menjadi terbatas. Oleh karena itu, perawatan di rumah sakit dengan pemberian cairan infus dan obat mual dan muntah melalui suntikan dibutuhkan, agar tubuh Mama tidak mengalami dehidrasi.
Selain menjaga status hidrasi tubuh, upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi hiperemesis gravidarum, antara lain:
1. Kenali dan Atasi Pencetus Mual dan Muntah
Keluhan mual dan muntah selama kehamilan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti aroma yang terlalu menyengat, naik mobil dengan jarak jauh, dan lainnya. Jadi, kenali pencetus morning sickness Anda dan coba hindari.
2. Konsultasi dengan Seseorang yang Ahli
Gejala morning sickness yang bertahan sampai trimester kedua adalah suatu hal yang jarang. Karenanya, jika Mama mengalami gejala ini, disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, dokter kandungan, ataupun teman-teman lain yang sebelumnya pernah mengalami hal yang sama.
3. Mencari Bantuan dari Orang Terdekat
Mengandung si buah hati selalu menjadi masa yang indah, namun Mama sering kali harus tetap mengerjakan aktivitas sehari-hari. Keadaan hiperemesis gravidarum akan membuat Mama tidak dapat mengerjakan aktivitas tersebut dan sering kali tanggung jawab untuk mengerjakannya memperberat keluhan.
Cobalah untuk meyampaikan keadaan tersebut ke orang-orang terdekat di sekitar Mama seperti suami, orang tua, atau saudara agar mereka menolong Mama untuk melalui keadaan ini.
Morning sickness adalah perasaan mual, penurunan nafsu makan, muntah, dan gangguan psikologis yang sering terjadi pada trimester pertama. Jika keluhan ini tetap berlangsung pada trimester kedua, maka dapat menimbulkan beberapa risiko pada Mama dan buah hati.
Ada beberapa hal yang dapat Mama lakukan untuk meredakan keluhan ini. Namun, Mama tetap disarankan untuk berkonsultasi ke seorang yang ahli agar bisa segera tertangani dengan baik. Semoga bermanfaat!