Mengenal Kehamilan Ektopik, Hamil di Luar Rahim
:strip_icc():format(webp)/hb-article/Ml_c-9fo9WF_UEDuPpdSB/original/729week-4-mengenal-kehamilan-ektopik-hamil-di-luar-rahim.jpg)
Ditulis oleh: dr. Venny Beauty
Kehamilan merupakan momen yang membahagiakan bagi banyak ibu. Sayangnya, tidak semua kehamilan berkembang dengan normal. Salah satu kondisi yang perlu Mama waspadai adalah kehamilan ektopik.
Kondisi ini cukup serius dan membutuhkan penanganan segera. Dalam artikel ini, Mama akan menemukan informasi lengkap seputar kehamilan ektopik, mulai dari kehamilan ektopik itu apa, penyebabnya, gejalanya, hingga pilihan pengobatannya.
Apa Itu Kehamilan Ektopik?
Kehamilan ektopik adalah kondisi ketika sel telur yang telah dibuahi tidak menempel di dalam rahim, melainkan tumbuh di luar rahim. Sebagian besar kehamilan ektopik terjadi di tuba falopi (saluran telur), namun bisa juga terjadi di ovarium, leher rahim, atau rongga perut.
Sayangnya, janin tidak bisa bertahan hidup di luar rahim, dan jaringan yang tumbuh bisa menyebabkan komplikasi serius bagi Mama, seperti perdarahan internal. Oleh karena itu, penting untuk mengenali kondisi ini sedini mungkin.
Apakah kehamilan ektopik bisa gugur sendiri? Ya, kehamilan ektopik bisa gugur sendiri, terutama jika terdeteksi sangat dini dan tidak menimbulkan gejala berat. Namun, kondisi ini tetap berbahaya dan harus dipantau oleh dokter. Jangan menunda pemeriksaan karena risiko pecahnya tuba falopi bisa membahayakan Mama.
Artikel lainnya: Flek Saat Hamil, Penyebab dan Solusinya
Penyebab Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik umumnya terjadi akibat adanya gangguan atau hambatan yang menghalangi perjalanan sel telur menuju rahim. Gangguan ini bisa disebabkan oleh:
- Jaringan parut akibat infeksi atau operasi sebelumnya.
- Peradangan di tuba falopi.
- Masalah struktural sejak lahir pada saluran reproduksi.
Beberapa kasus kehamilan ektopik tidak memiliki penyebab yang jelas, tetapi ada sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinannya.
- Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
- Riwayat penyakit radang panggul.
- Pernah menjalani operasi pada tuba falopi atau organ reproduksi lainnya.
- Menggunakan metode kontrasepsi dalam rahim (IUD), meskipun risikonya kecil.
- Menjalani program bayi tabung (IVF) atau perawatan kesuburan lainnya.
- Merokok.
- Usia di atas 35 tahun.
Gejala Kehamilan Ektopik
Gejala kehamilan ektopik ini bisa mirip dengan gejala kehamilan normal pada awalnya, seperti haid yang terlambat atau mual. Namun, seiring waktu, ciri ciri kehamilan ektopik yang khas mulai muncul, antara lain:
- Nyeri perut atau panggul, biasanya di satu sisi.
- Perdarahan dari vagina yang berbeda dari haid biasa.
- Nyeri bahu, yang bisa menandakan adanya perdarahan dalam perut.
- Merasa pusing atau ingin pingsan.
Jika Mama merasakan gejala-gejala ini, terutama setelah dinyatakan positif hamil, segera konsultasikan ke dokter, ya.
Diagnosis Kehamilan Ektopik
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan apakah kehamilan berkembang dengan normal atau justru terjadi hamil di luar kandungan. Pemeriksaan ini meliputi:
- Pemeriksaan panggul untuk mengecek adanya nyeri atau benjolan di daerah sekitar rahim dan ovarium.
- USG transvaginal digunakan untuk melihat apakah kantung kehamilan berada di dalam rahim atau tidak.
- Tes darah hCG kadar hormon kehamilan (hCG) yang tidak meningkat secara normal bisa menjadi tanda kehamilan ektopik.
Artikel lainnya: 10 Tanda Bahaya Saat Kehamilan
Pengobatan Kehamilan Ektopik
Penanganan kehamilan ektopik akan disesuaikan dengan kondisi Mama baik dari segi kesehatan secara umum, lokasi kehamilan, serta besar dan perkembangan jaringan kehamilan. Berikut beberapa metode yang bisa digunakan:
1. Perubahan Gaya Hidup
Meskipun perubahan gaya hidup tidak bisa mengobati kehamilan ektopik yang sedang terjadi, ada beberapa kebiasaan sehat yang bisa Mama terapkan untuk mengurangi risiko di masa mendatang:
- Berhenti merokok.
- Menjaga berat badan yang sehat.
- Menjaga kesehatan reproduksi dengan rutin memeriksa diri ke dokter.
- Menghindari infeksi menular seksual dengan melakukan hubungan seksual yang aman.
2. Tindakan
Jika kehamilan ektopik terdeteksi sejak dini dan belum menyebabkan komplikasi, dokter bisa memberikan suntikan obat bernama methotrexate. Obat ini menghentikan pertumbuhan jaringan kehamilan dan memungkinkan tubuh Mama menyerapnya secara alami tanpa perlu operasi.
Setelah pemberian obat, Mama akan diminta menjalani pemantauan kadar hCG selama beberapa minggu untuk memastikan jaringan kehamilan benar-benar hilang.
3. Operasi
Jika kehamilan ektopik sudah menyebabkan komplikasi seperti perdarahan hebat, atau jika ukuran jaringan sudah terlalu besar, maka operasi biasanya menjadi pilihan utama. Operasi laparoskopi adalah tindakan yang umum dilakukan.
Dokter akan membuat sayatan kecil di perut dan menggunakan alat khusus untuk mengangkat jaringan kehamilan. Dalam beberapa kasus, tuba falopi juga harus diangkat jika sudah rusak.
4. Penggunaan Obat
Seperti disebutkan sebelumnya, methotrexate adalah obat utama yang digunakan untuk menangani kehamilan ektopik pada tahap awal. Obat ini diberikan secara suntikan, dan Mama tidak perlu dirawat di rumah sakit jika kondisi stabil. Namun, pemantauan tetap diperlukan untuk memastikan efektivitasnya.
Mama tidak boleh hamil lagi selama beberapa bulan setelah menggunakan methotrexate karena bisa memengaruhi janin yang sedang berkembang.
Pencegahan Kehamilan Ektopik
Meskipun tidak semua kasus kehamilan ektopik bisa dicegah, ada beberapa cara mencegah kehamilan ektopik berulang yang bisa Mama lakukan:
- Segera obati infeksi menular seksual agar tidak menyebar ke saluran reproduksi.
- Hindari kebiasaan merokok.
- Rutin periksa kesehatan reproduksi, terutama jika memiliki riwayat masalah kesuburan.
- Diskusikan dengan dokter sebelum menjalani program kehamilan atau penggunaan alat kontrasepsi tertentu.
Komplikasi Kehamilan Ektopik
Jika tidak ditangani dengan cepat, risiko kehamilan ektopik bisa sangat membahayakan Mama karena menyebabkan komplikasi serius, antara lain:
- Perdarahan internal: Akibat pecahnya tuba falopi.
- Kerusakan organ reproduksi: Tuba falopi bisa rusak permanen.
- Masalah kesuburan: Kemungkinan hamil kembali bisa menurun.
- Kondisi darurat medis: Kehilangan darah dalam jumlah banyak bisa membahayakan nyawa.
Artikel lainnya: Hamil Kosong: Ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Obat untuk Kehamilan Ektopik
Methotrexate merupakan obat yang paling umum digunakan untuk menangani kehamilan ektopik. Obat ini bekerja dengan menghentikan pembelahan sel dan menghancurkan jaringan kehamilan yang berkembang di luar rahim. Selain methotrexate, Mama mungkin akan diberi obat pereda nyeri atau antibiotik jika diperlukan. Semua pengobatan harus diawasi oleh dokter agar aman dan efektif.
Kapan Harus ke Dokter?
Mama sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami:
- Nyeri perut atau panggul yang tajam, terutama di satu sisi.
- Perdarahan dari vagina yang tidak seperti haid biasa.
- Nyeri bahu tanpa sebab yang jelas.
- Pusing atau sensasi ingin pingsan.
Kehamilan ektopik memang bukan kondisi yang umum terjadi, namun sangat penting untuk dikenali sejak dini. Tetaplah peka terhadap sinyal tubuh Mama. Jika merasa ada yang tidak biasa saat hamil, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.
Yuk, Mama temani perjalanan kehamilan dengan bergabung di komunitas Hallobumil. Di sana, Mama bisa berbagi cerita, dapat dukungan, dan akses berbagai informasi penting, termasuk tentang kehamilan ektopik.
Jangan ketinggalan event seru Hallobumil, baik online maupun offline! Ada kelas edukasi, diskusi bareng ahli, hingga sesi seru untuk para Mama. Unduh aplikasinya sekarang, dan rasakan hangatnya berjalan bersama sesama Mama.
saya baru di prediksi hamik ektopik di usia kehamilan 16ming tampilkan selengkapnya
Hai Mama, mengenai hal tersebut tidak dapat Mima pastikan ya. Sebaiknya Mama dapat cek ke dokter Sp.OG ya Ma. :) ^sr