Mengenal Couvade Syndrome, Ketika Suami Ikut “Hamil”
:strip_icc():format(webp)/hb-article/a5o_9TmEUxQ_Mv5nWBehZ/original/562week-173-cauvade-syndrom.jpg)
dr. Junita Tarigan
Papa ikut mengidam saat Mama sedang mengandung si buah hati? Mungkin terdengar seperti sesuatu yang aneh, namun keadaan ini sungguh nyata. Kondisi ini dikenal dengan couvade syndrome atau kehamilan simpatik.
Couvade syndrome sering disebut ngidam pada Papa. Saat mengalaminya, Papa juga bisa merasakan mual, muntah, bahkan ngidam seperti Mama. Lalu, apa sebenarnya penyebab kondisi ini?
Teori Tentang Couvade Syndrome
Ada beberapa teori yang telah disampaikan terkait couvade syndrome ini. Teori pertama menjelaskan bahwa hal ini dapat terjadi pada pria yang memiliki fase Oedipus (anak pria lebih menyenangi mamanya dan menganggap papanya menjadi saingan) pada masa kecilnya, dan belum terselesaikan dengan sempurna.
Seorang pria yang dari alam bawah sadarnya merasakan iri terhadap kemampuan mama dalam hal procreative ability (kemampuan prokreasi), akan mengalami kebangkitan dari konflik yang tidak terselesaikan ini.
Keadaan inilah yang menimbulkan suatu regresi. Akibatnya, pria tersebut berupaya mengalihkan perhatian kepada dirinya sendiri, bukannya kepada pasangan yang sedang mengandung,
Lalu, teori kedua menjelaskan bahwa sindrom ini berhubungan dengan perasaan bersaing seorang calon Papa terhadap Si Kecil yang sedang dikandung oleh pasangannya.
“Bersaing” yang dimaksud di sini adalah dalam hal mendapatkan perhatian dari Mama. Hanya saja, alam bawah sadarnya akan berusaha menunjukkan perasaan ini melalui sikap yang dapat diterima dalam lingkungan sosial, yakni melalui gejala yang dialami oleh pasangannya saat mengandung.
Gejala Couvade Syndrome
Gejala couvade dyndrome pada Papa bukanlah gangguan mental ataupun gangguan fisik medis. Gejala yang dialami menyerupai gejala yang dikeluhkan pasangannya sesuai dengan trimester kehamilan.
Pada trimester pertama, gejala yang timbul dapat berupa morning sickness, nyeri gigi, dan gangguan pola makan. Gejala ini bisa hilang pada trimester kedua dan dapat muncul kembali pada trimester ketiga -- ataupun sesaat setelah Si Kecil lahir.
Sementara itu, gangguan psikologis yang dapat muncul adalah suasana hati yang tidak stabil, sulit konsentrasi, kecemasan, serta pikiran yang mudah terpecah.
Cara Mengatasi Couvade Syndrome
Pada umumnya, gejala couvade syndrome pada Papa akan hilang dengan spontan setelah kelahiran Si Kecil. Walaupun pada beberapa kasus, mungkin masih terjadi setelah kelahiran Si Kecil.
Untuk mengatasi sindrom ini, perlu disesuaikan dengan penyebab dan gejala yang timbul.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, upaya komunikasi secara langsung dapat dilakukan. Misalnya, Mama atau orang terdekat bisa menjelaskan bahwa kehamilan dan kelahiran Si Kecil nantinya adalah suatu anugerah dan akan berjalan dengan baik-baik saja.
Keluhan mual dan perut yang penuh dapat diatasi dengan mengubah pola makan, yakni makan sedikit dengan frekuensi yang sering. Keluhan morning sickness bisa ditangani dengan minum air jahe ataupun air hangat pada pagi hari.
Rajin berolahraga, seperti berjalan pada pagi hari, dapat dilakukan juga untuk mengontrol kenaikan berat badan, kadar gula darah, serta kolesterol yang dapat memperberat gejala couvade syndrome.
Couvade syndrome atau mengidam saat kehamilan dapat terjadi pada seorang Papa saat pasangannya mengandung. Sindrom ini bukanlah gangguan mental ataupun gangguan fisik medis.
Gejala yang timbul pada couvade syndrome sesuai dengan keluhan pada trimester kehamilan pasangannya. Bisa timbul mual, muntah, pusing, ngidam, dan sebagainya. Beberapa upaya seperti komunikasi yang baik, pengaturan pola makan, dan aktivitas fisik dapat dilakukan untuk mengatasi couvade syndrome.
Jadi, Mama bisa meyakinkan Papa agar tidak perlu berkecil hati dan terganggu, ya. Semoga membantu!