Memahami Braxton Hicks atau Kontraksi Palsu pada Trimester Kedua
:strip_icc():format(webp)/hb-article/zVbLDPr5jF7W2XBG3lr0z/original/703week-224-memahami-braxton-hicks-atau-kontraksi-palsu-pada-trimester-kedua.jpg)
dr. Venny Beauty
Kontraksi rahim umum dialami oleh ibu hamil. Tidak hanya pada saat akan melahirkan, tetapi juga bisa terjadi pada trimester kedua bahkan pada awal kehamilan.
Hal yang membedakan, kontraksi rahim pada saat menjelang persalinan memiliki intensitas yang lebih kuat dan frekuensi yang lebih sering dan lama dibandingkan pada trimester kedua atau pertama. Biasanya, kontraksi rahim ini terasa seperti kram pada perut dan pinggang.
Perubahan pada tubuh akan menyebabkan otot-otot rahim dan pinggul meregang sehingga menyebabkan rasa kram di perut. Mama mungkin khawatir kram perut ini mengindikasikan kondisi berbahaya seperti keguguran. Namun, kram perut saat hamil wajar terjadi.
Apa Itu Kontraksi Braxton Hicks?
Sebenarnya rahim dapat mengalami kontraksi sejak usia kehamilan tujuh minggu. Namun, karena ukuran rahim yang belum terlalu besar, Mama tidak terlalu merasakan kontraksi ini.
Kontraksi baru dapat mulai dirasakan sejak usia kehamilan 16 minggu. Kontraksi inilah yang disebut dengan kontraksi Braxton Hicks atau kontraksi palsu.
Kontraksi Braxton Hicks dapat terjadi pada setiap kehamilan. Biasanya kontraksi ini tidak menimbulkan efek berarti pada Mama.
Selain itu, kontraksi ini umumnya tidak menyebabkan nyeri, tetapi dapat timbul rasa tidak nyaman, ditandai dengan otot-otot rahim yang mengencang seperti sedang mengalami menstruasi.
Cara mengenalinya adalah dengan menempelkan tangan Mama di atas perut dan rasakan otot perut yang berada di atas rahim menegang. Kontraksi palsu biasanya terjadi selama sekitar 30 detik, tidak lebih dari dua kali per jam, dan dapat dialami beberapa kali dalam sehari.
Penyebab Kram Perut Lainnya pada Trimester Kedua
Selain kontraksi Braxton Hicks, kram perut pada kehamilan trimester kedua juga dapat terjadi akibat beberapa hal berikut:
- Perubahan Ukuran Rahim
Seiring bertambahnya usia kehamilan, perkembangan janin akan membuat ukuran rahim semakin membesar. Jaringan ikat atau ligamen yang menghubungkan tulang panggul dan rahim juga akan meregang sehingga rahim terasa kencang.
Selain itu, Mama akan merasakan peningkatan tekanan pada otot, sendi, dan pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan rasa nyeri, terlebih saat sedang batuk atau beraktivitas fisik.
- Gas yang Berlebihan di Dalam Perut
Meningkatnya hormon progesteron menyebabkan otot saluran pencernaan lebih rileks dan lebih lambat mencerna makanan. Saat makanan lebih lama berada di usus besar, maka semakin banyak gas yang diproduksi.
Kadang gas tersebut tak hanya terasa di perut, tetapi juga dapat menjalar di bagian punggung dan dada sehingga terasa seperti kram di dalam perut.
- Setelah Berhubungan Seks
Berhubungan seks dan orgasme dapat menyebabkan kram perut saat hamil, yang kerap diikuti dengan sakit pinggang ringan.
Hal ini terjadi karena vagina dan rahim mengalami sensasi seperti berdenyut saat orgasme dan dapat meninggalkan rasa kram perut setelahnya.
Kram Perut yang Harus Diwaspadai
Walaupun sebagian besar kram perut saat hamil tidak berbahaya, Mama tetap tidak boleh menyepelekannya. Keluhan kram perut sebaiknya diwaspadai apabila disertai dengan gejala berikut:
- Rasa sakit saat buang air kecil
- Kram perut terasa sangat berat dan tidak menghilang
- Keluar cairan, flek, atau darah dari vagina
- Muntah
- Demam
- Menggigil
Jika Mama mengalami kram perut disertai tanda-tanda tersebut, segeralah pergi ke Dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.