Gangguan Psikologis setelah Melahirkan, Waspadai Tandanya
:strip_icc():format(webp)/hb-article/TlWDtJv3p3TyKqk3clLL1/original/bs60jbm6eta1a4sjtaloyvl2f6hirjke.png)
Setelah melahirkan Si Kecil tersayang, Mama akan mengalami berbagai perubahan. Mulai dari bentuk tubuh, aktivitas dan tanggung jawab, hingga emosional. Perubahan emosional pascamelahirkan memang dapat membaik seiring waktu. Akan tetapi, ada juga yang semakin memburuk sehingga menimbulkan gangguan psikologis setelah melahirkan. Supaya Mama lebih waspada dan mendapatkan perawatan lebih cepat jika mengalaminya, yuk pelajari lebih lanjut!
Apa Itu Gangguan Psikologis Pascamelahirkan?
Gangguan psikologis setelah melahirkan adalah masalah mental yang muncul pada ibu yang baru melahirkan. Kondisi ini terjadi karena banyak faktor, seperti perubahan hormon, peran dan tanggung jawab menjadi orang tua, kelelahan, maupun tekanan emosional lainnya.
Penyakit mental ini sangat umum terjadi. Sayangnya, tidak semua ibu menyadarinya. Kebanyakan terdeteksi ketika kondisinya sudah parah atau menimbulkan gangguan besar pada kehidupan ibu dan keluarga.
Artikel lainnya: Apa Itu Gentle Birth dan Bagaimana Cara Mempersiapkannya?
Jenis-Jenis Gangguan Psikologis setelah Melahirkan
Sebenarnya, ada banyak jenis gangguan mental. Akan tetapi, khusus pada ibu yang baru saja menjalani persalinan, gangguan mental yang rentan terjadi, meliputi:
1. Baby Blues
Istilah baby blues pasti tidak asing ya, Ma? Ternyata istilah ini merujuk pada perubahan mood yang naik turun pada minggu pertama setelah melahirkan.
Kemunculannya paling sering di hari ke-3 atau ke-5 setelah persalinan dan biasanya berkaitan dengan perubahan hormon estrogen dan estrogen yang menurun, serta hormon kortisol yang meningkat. Perubahan emosi setelah melahirkan ini biasanya akan membaik dengan sendirinya dan bantuan dalam waktu 2 minggu.
2. Depresi Postpartum
Depresi pascamelahirkan adalah kondisi lanjutan dari baby blues. Jadi begini Ma, baby blues seharusnya membaik paling lambat 2 minggu setelah melahirkan. Bila kondisi ibu stres setelah melahirkan tidak juga membaik, ini menjadi tanda dari depresi postpartum.
Perbedaan durasi gejala inilah yang membedakan antara baby blues dengan depresi postpartum. Gangguan psikologis setelah melahirkan ini juga bisa disebut sebagai depresi peripartum, jika gejalanya sudah muncul selama kehamilan dan berlanjut hingga melahirkan.
3. Postpartum Anxiety
Perasaan cemas menjelang melahirkan adalah hal yang wajar. Akan tetapi, kecemasan bisa saja tidak terkendali dan terus berlangsung walaupun persalinan berhasil dilakukan. Kecemasan berlebihan inilah yang dikenal sebagai postpartum anxiety. Tidak seperti kekhawatiran biasa, postpartum anxiety dapat muncul sepanjang hari dan merasa gelisah terus-menerus hingga mengganggu aktivitas harian Mama.
4. Psikosis Postpartum
Gangguan psikologis setelah melahirkan ini cukup jarang terjadi dibanding yang lain. Psikosis postpartum ibu yang baru melahirkan mengalami gangguan realitas, yakni tidak bisa membedakan kenyataan dan tidak. Gejalanya bisa muncul tiba-tiba, biasanya dalam 3 hari sampai 2 minggu setelah melahirkan. Kondisi ini butuh penanganan segera karena bisa membahayakan ibu dan bayinya.
Artikel lainnya: Perbandingan Biaya Persalinan Normal vs. Caesar 2025
Tanda-Tanda dan Gejala yang Harus Mama Waspadai
Setiap jenis gangguan psikologis setelah melahirkan bisa menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Selain itu, tiap ibu juga bisa mengeluhkan gejala yang berbeda-beda. Bahkan, mungkin mengalami gejala yang tidak disebutkan di bawah ini. Supaya lebih waspada, simak gejala fisik maupun emosional yang ditimbulkan dari masing-masing jenis gangguan psikologisnya.
Gejala Baby Blues
- Suasana hati mudah berubah.
- Tiba-tiba atau mudah menangis.
- Merasa cemas, stres, dan kewalahan.
- Susah tidur.
- Konsentrasi menurun.
- Nafsu makan berkurang.
Gejala gangguan kesehatan mental ibu yang baru melahirkan ini bisa dimulai pada hari ketiga atau kelima setelah persalinan dan berlangsung hingga 2 minggu.
Gejala Depresi Postpartum
- Suasana hati tertekan.
- Sering menangis tanpa penyebab yang jelas.
- Kesulitan menjalin ikatan dengan bayi.
- Menarik diri dari keluarga dan teman-teman.
- Kehilangan nafsu makan atau makan berlebihan.
- Susah tidur atau kebanyakan tidur.
- Kelelahan yang luar biasa.
- Kurangnya minat pada aktivitas atau hal yang disukai.
- Sering marah.
- Takut dan khawatir tidak menjadi ibu yang baik.
- Merasa putus asa dan tidak berharga.
- Susah fokus dan sulit membuat keputusan.
- Berpikiran untuk melukai diri sendiri maupun bayi.
- Terbesit pikiran untuk bunuh diri.
Lanjutan gejala baby blues yang tidak membaik dalam 2 minggu dan malah bertambah parah.
Artikel lainnya: Perawatan Setelah Melahirkan yang Perlu Diperhatikan
Gejala Postpartum Anxiety
- Susah tidur.
- Detak jantung meningkat atau jantung berdebar-debar.
- Mual atau sakit perut.
- Merasa sesak bernapas.
- Kehilangan selera makan.
- Sulit duduk tenang.
- Otot menegang.
- Selalu terpikirkan hal buruk.
- Terobsesi dengan ketakutan yang tidak rasional .
- Susah fokus atau mudah lupa.
- Gampang tersinggung.
- Menarik diri dari aktivitas, orang, atau tempat tertentu.
- Terlalu berhati-hati terhadap situasi yang tidak berbahaya.
- Memeriksa sesuatu berulang-ulang.
- Bersikap suka mengontrol.
Gejala Psikosis Postpartum
- Merasa bingung dan kehilangan arah.
- Memiliki pikiran obsesif tentang Si Kecil.
- Berhalusinasi dan mengalami delusi.
- Mengalami masalah tidur.
- Kadang sangat aktif tapi mudah kesal.
- Merasa paranoid.
- Berusaha menyakiti diri sendiri atau Si Kecil.
Kondisi ini bisa terjadi bersamaan dengan depresi postpartum. Akan tetapi, tidak semua ibu dengan depresi postpartum akan mengalami gangguan psikologis ini setelah melahirkan.
Artikel lainnya: Apakah Bahaya Jika Ibu Hamil Stres?
Faktor Risiko yang Bisa Memicu Gangguan Psikologis
Ada banyak faktor yang bisa memicu gangguan psikologis setelah melahirkan, di antaranya:
- Memiliki riwayat keluarga dengan masalah serupa.
- Penurunan drastis hormon estrogen, progesteron, dan hormon lain yang diproduksi kelenjar tiroid yang menyebabkan perubahan suasana hati, mudah lelah, dan tertekan.
- Kurang tidur dan kewalahan yang membuat Mama mungkin kesulitan menangani masalah-masalah kecil sekalipun.
- Merasa tertekan dalam melindungi dan merawat bayi baru lahir.
- Mengalami kesulitan dalam menyusui Si Kecil.
Artikel lainnya: Tips Mengendalikan Stres Pada Persiapan Kehamilan
Cara Mengatasi dan Mencegah Gangguan Psikologis Pasca Melahirkan
Tidak hanya fisik, kesehatan mental ibu setelah persalinan penting juga untuk diperhatikan. Pasalnya, stres, kecemasan, depresi pada ibu pascamelahirkan yang dibiarkan bisa menimbulkan bahaya, Ma.
Sang ibu bisa merasa makin terpuruk, sulit menjalin ikatan dengan buah hatinya, bahkan berisiko menyakiti diri sendiri atau bayinya. Dampak buruknya juga akan dialami Si Kecil, Ma. Ia bisa mengalami gangguan perkembangan emosional dan sosial akibat kurangnya interaksi positif dengan ibunya. Pada akhirnya, ini mempengaruhi keharmonisan keluarga.
Untuk mencegah gangguan psikologis setelah melahirkan, Mama bisa mengikuti beberapa tips berikut.
- Menerima bantuan dan dukungan emosional dari teman dan sahabat.
- Usahakan untuk tetap menjalankan pola makan sehat dan bergizi.
- Tetap aktif dan jalin hubungan sosial dengan lingkungan sekitar.
- Manfaatkan kesempatan untuk tidur saat bayi ketika ia sudah tenang atau tidur.
- Terapkan teknik manajemen stres, seperti relaksasi napas dan meditasi.
- Berikan waktu istirahat pada diri sendiri dari pekerjaan rumah tangga untuk sementara dan minta bantuan pasangan maupun keluarga.
Bila Mama menunjukkan adanya gejala stres, kecemasan, atau gangguan psikologis lainnya setelah melahirkan, ikuti beberapa cara berikut untuk menghilangkan beban tersebut.
- Terapkan langkah pencegahan stres dan depresi, seperti melakukan terapi relaksasi, meditasi, menjalani diet penuh nutrisi selama menyusui, tidur cukup, dan aktif bergerak.
- Bicarakan masalah Mama dengan psikolog atau psikiater terlebih dahulu. Kemungkinan Mama akan diminta menjalani terapi Melalui terapi untuk mengatasi perasaan, memecahkan masalah, menetapkan tujuan yang realistis, dan menanggapi situasi dengan cara yang positif. Terkadang terapi keluarga atau hubungan juga membantu. Contoh terapi yang direkomendasikan, yakni terapi perilaku kognitif (CBT) dan psikoterapi interpersonal.
- Dokter mungkin merekomendasikan minum obat antidepresan, antikecemasan, atau antipsikotik. Jika Mama menyusui, obat dapat masuk ke dalam ASI. Namun, sebagian besar antidepresan dapat digunakan selama menyusui dengan sedikit risiko efek samping bagi bayi. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat dengan hasil terbaik tetap dengan laktasi atau memberikan nutrisi terbaik untuk Si Kecil sebagai pengganti.
- Jika gangguan psikologis setelah melahirkan cukup parah dan tidak merespons pengobatan sebelumnya, Electroconvulsive Therapy (ECT) mungkin direkomendasikan. ECT adalah prosedur mengalirkan arus listrik kecil ke otak, yang secara sengaja memicu kejang singkat. ECT tampaknya menyebabkan perubahan dalam kimia otak yang dapat mengurangi gejala psikosis dan depresi, terutama jika pengobatan lain tidak berhasil.
Artikel lainnya: Masalah Menyusui yang Sering Dialami dan Cara Mengatasinya
Kapan Mama Harus Mencari Bantuan Medis?
Meskipun perubahan emosional setelah melahirkan umum terjadi, Mama perlu memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala gejala gangguan psikologis berikut:
- Tidak membaik setelah dua minggu.
- Semakin memburuk.
- Membuat Mama sulit merawat bayi
- Kesulitan menyelesaikan aktivitas sehari-hari.
- Terbesit untuk melukai diri atau Si Kecil
Yuk Mama, unduh aplikasi Hallobumil untuk sekarang dan gabung dengan komunitasnya Layanan Whatsapp.Mama bisa mendapatkan edukasi seputar merawat bayi dan sharing dengan ribuan Mama lainnya. Ikuti event Hallobumil, dari kelas persiapan pasca lahiran sampai sesi ngobrol bareng ahli. Mama bisa pilih event online atau datang langsung, seru banget! Yuk, jadikan perjalanan kehamilan lebih tenang dan terarah.