Bolehkah Berhubungan Setelah Melahirkan Sebelum 40 Hari?
:strip_icc():format(webp)/hb-article/zzjKnp14w1nKGn7DULH5I/original/mo8pwvxxc1mrnfyl8mbnad9mefibw5vl.png)
Setelah melewati perjuangan melahirkan, banyak Mama mungkin bertanya-tanya kapan tubuhnya benar-benar siap kembali berhubungan intim.
Di tengah tradisi yang menyebut harus menunggu 40 hari, muncul kebingungan antara anjuran medis dan kepercayaan masyarakat.
Lalu, bolehkah berhubungan setelah melahirkan sebelum 40 hari? Apakah aman bagi kesehatan dan pemulihan luka pasca persalinan? Mari kita bahas penjelasan medisnya agar Mama dan pasangan bisa lebih tenang dalam mengambil keputusan.
Bolehkah Berhubungan Setelah Melahirkan Sebelum 40 hari?
Kebanyakan Mama baru sering penasaran terkait masa nifas berapa hari. Secara harfiah, masa nifas atau periode penyembuhan pasca melahirkan secara tradisional sering disebut sekitar 40 hari. Namun secara medis, tidak ada angka “40 hari pasti” yang berlaku untuk semua Mama.
Menurut Mayo Clinic, tidak ada periode tunggu yang wajib secara universal sebelum melakukan hubungan intim. Namun umumnya disarankan untuk menunggu hingga telah dilakukan pemeriksaan post-partum dan jaringan telah cukup pulih.
Terkadang, dokter menyarankan menunggu sekitar 4 hingga 6 minggu (sekitar 28–42 hari) setelah persalinan vaginal, agar rahim dan vagina memiliki waktu untuk pulih.
Dengan demikian, jika Mama bertanya bolehkah berhubungan setelah melahirkan sebelum 40 hari?, maka jawaban secara teknis mungkin, tetapi tidak direkomendasikan sebagai aturan umum, karena setiap Mama memiliki kondisi pemulihan luka jahitan melahirkan yang berbeda-beda.
Paling penting, konsultasikan dengan dokter kandungan atau bidan dan pastikan kondisi fisik sudah mendukung.
Artikel Lainnya: Mengenal Post Partum Depression
Risiko Berhubungan Intim Terlalu Dini Pasca-Melahirkan
Melakukan hubungan intim sebelum tubuh Mama benar-benar siap dapat membawa sejumlah risiko. Berikut ini beberapa risiko berhubungan intim setelah melahirkan yang perlu diketahui:
1. Infeksi rahim atau luka jahitan
Setelah melahirkan, terutama jika ada jahitan pada perineum (antara vagina dan anus), episiotomi, atau bekas plasenta yang menempel di rahim, area tersebut dalam kondisi penyembuhan dan banyak pembuluh darah kecil yang belum pulih sepenuhnya.
Luka jahitan, baik dari perineum atau akibat robekan vagina, memerlukan waktu agar jaringan bisa kuat dan pulih.
Bila Mama melakukan hubungan intim setelah melahirkan normal namun luka jahitan belum pulih, ini bisa menyebabkan peradangan, nyeri, bahkan pembukaan jahitan.
Artikel Lainnya: Ciri Infeksi Jahitan Pasca Melahirkan Normal, Waspada ya Ma!
2. Pendarahan hebat
Pasca persalinan, tubuh melakukan proses involusi alis pengecilan rahim dan keluarnya darah nifas (lochia). Dokter mungkin menyarankan sex setelah melahirkan yang aman adalah menunggu enam minggu hingga rahim dan serviks pulih.
Jika hubungan intim dilakukan saat rahim atau serviks belum menutup atau masih dalam keadaan terbuka, maka risiko pendarahan atau perdarahan ulang menjadi meningkat.
3. Nyeri dan ketidaknyamanan
Banyak Mama melaporkan bahwa saat mencoba hubungan intim terlalu dini, muncul rasa tidak nyaman, nyeri saat penetrasi, atau bahkan rasa “tertarik” pada jaringan yang belum pulih.
Ketidaknyamanan ini bisa mengganggu keintiman dan hubungan antara pasangan, sehingga bukan hanya fisik yang perlu dipertimbangkan, tapi juga psikologis.
Artikel Lainnya: Perubahan Hormon Setelah Melahirkan, Waspadai Dampaknya
Tanda-Tanda Tubuh Mama Sudah Siap untuk Berhubungan Intim
Setelah mengetahui risiko berhubungan intim terlalu dini setelah melahirkan, kebanyakan Mama mungkin penasaran kapan boleh berhubungan setelah melahirkan?
Pada dasarnya, ini tergantung dengan kondisi tubuh masing-masing wanita. Namun, terdapat beberapa tanda yang bisa dijadikan acuan, seperti:
- Darah nifas (lochia) sudah berhenti atau berubah menjadi sangat ringan, tidak lagi berwarna merah terang dan tidak mengeluarkan gumpalan besar.
- Luka jahitan atau robekan (jika ada) telah sembuh tanpa rasa terbakar, nyeri hebat, atau keluarnya cairan abnormal.
- Tidak ada rasa nyeri hebat saat menyentuh perineum atau area vagina, dan Mama merasa nyaman dengan sentuhan lembut di sekitar area intim.
- Kondisi fisik sudah membaik, misalnya rasa lelah ekstrem sudah menurun, dan merasa memiliki cukup energi serta mood yang lebih stabil.
- Dokter atau bidan telah mengecek pada pemeriksaan pasca melahirkan (biasanya sekitar 6 minggu) dan menyatakan bahwa pemulihan berlangsung baik serta tidak ada kontraindikasi untuk berhubungan intim.
- Mama dan pasangan sudah merasa nyaman berbicara tentang seks, kebutuhan, dan batasan baru, sehingga kondisi emosional maupun fisik sudah mendukung keintiman.
Jika telah memenuhi sebagian besar tanda di atas, maka kemungkinan besar tubuh Mama sudah lebih siap untuk kembali ke kegiatan seks dengan kondisi yang lebih aman dan nyaman.
Tips Aman Berhubungan Seksual Setelah Melahirkan
Untuk membantu meminimalisir risiko dan menjadikan pengalaman seks pasca-melahirkan lebih aman serta menyenangkan, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
- Mulailah dengan komunikasi terbuka: Bicarakan dengan pasangan tentang bagaimana Mama merasa, baik secara fisik maupun emosional. Ungkapkan bila masih ragu, nyeri, atau merasa lelah.
- Gunakan pelumas berbasis air: Karena hormon estrogen mungkin menurun, sehingga vagina bisa lebih kering dari sebelumnya. Pelumas akan membantu mengurangi gesekan dan nyeri saat penetrasi.
- Pilih posisi lembut dan nyaman: Gunakan posisi yang memungkinkan Mama mengontrol kedalaman penetrasi atau menghindari tekanan langsung pada area yang terasa nyeri atau sensitif.
- Lakukan pemanasan dan foreplay yang cukup: Memberi waktu tubuh untuk mempersiapkan diri secara fisik dan emosional dapat membantu mengurangi ketegangan otot dan rasa sakit.
- Perhatikan kapan waktu terbaik: Pilih waktu ketika bayi tidur atau ada bantuan pengasuh, sehingga Mama dan pasangan bisa santai, tidak terburu-buru, dan suasana lebih tenang.
- Jika ada jahitan atau robekan, pastikan pengawasan medis: Jika Mama mengalami robekan berat, episiotomi, atau persalinan dengan komplikasi, sebaiknya tunggu hingga mendapat izin dari dokter.
- Ingat bahwa kontrasepsi tetap penting: Meski belum menstruasi kembali, ovulasi bisa terjadi lebih dulu dan Mama bisa hamil kembali. Sebaiknya konsultasikan metode kontrasepsi yang sesuai setelah melahirkan.
- Beri waktu dan bersabar dengan tubuh: Ingatlah bahwa setiap Mama memiliki kondisi yang berbeda. Hubungan intim bukan hanya penetrasi. Keintiman emosional, pelukan, ciuman, dan komunikasi juga bagian penting.
- Jika muncul tanda peringatan, hentikan dan konsultasikan: Apabila muncul perdarahan berat, nyeri hebat, demam atau keluarnya cairan berbau dari vagina, segera hubungi dokter karena bisa indikasi infeksi atau komplikasi.
Kembali berhubungan intim setelah melahirkan bukan hanya tentang kesiapan fisik, tetapi juga tentang kenyamanan dan komunikasi dengan pasangan.
Kalau Mama ingin tahu lebih banyak panduan terpercaya seputar masa nifas, luka jahitan, dan pemulihan pasca-persalinan, yuk gabung ke komunitas hallobumil untuk diskusi hangat bareng para Mama lainnya!
Mama juga bisa ikuti event hallobumil supaya lebih paham cara menjaga kesehatan reproduksi pasca melahirkan. Jangan lupa download aplikasi hallobumil untuk akses artikel dan fitur lengkap.





:strip_icc():format(webp)/hb-article/o7jCGocZocavUFWpZEDx4/original/349apakah-asi-mama-cukup-untuk-si-kecil-by-buritora-shutterstock.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/r4I9cSAfdyIP6TxoGimD3/original/350peran-ayah-saat-ibu-berisitirahat-pasca-melahirkan-by-paulaphoto-shutterstock.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/j90O2i5oTBWo6UpkmCHAh/original/346bagaimana-mengetahui-apakah-bayi-cukup-asi-by-atstock-productions-shutterstock.jpg)
