Artikel/Pasca Kehamilan/5 Cara Menghadapi Mom Shaming

5 Cara Menghadapi Mom-Shaming

Tim Ahli Hallobumil | Diterbitkan pada 13 April 2021
Perilaku mengkritik, merendahkan, serta menghakimi cara mengasuh anak dikenal sebagai mom-shaming. Apa yang bisa dilakukan untuk menghadapinya?
5-cara-menghadapi-mom-shaming

Anindita Budhi, S.Psi

“Lahiran normal bikin kita jadi ibu seutuhnya. Kalau bisa sih jangan lahiran caesar ya.”
“Kurus banget sih anaknya, jangan-jangan ASI kamu nggak bagus ya?”
“Hah, sudah 3 tahun masih nyusu? Nggak basi ASI-nya?”
“Gendong tegak begitu bikin kaki bayi ngangkang lho.”

Celotehan di atas baru sebagian dari komentar orang lain terkait pengasuhan yang diterapkan seorang ibu. Sedihnya lagi ungkapan tersebut justru paling sering datang dari sesama ibu. Perilaku mengkritik, merendahkan, serta menghakimi cara mengasuh anak demikian dikenal sebagai mom-shaming.

Bahkan, sebagian besar orang yang melakukan hal tersebut kadang tidak sadar bahwa ucapan atau komentar yang ia sampaikan sesungguhnya menyinggung perasaan.

Mereka merasa wajar-wajar saja berkomentar seperti itu karena ingin berbagi cerita soal pengasuhan, terutama oleh mereka yang lebih berpengalaman menjadi orang tua.

Berbagi pengalaman tentang tips pengasuhan memang jadi kegiatan menyenangkan buat orang tua. Selain bertambah referensi soal parenting, Mama juga bisa mempertimbangkan baik buruk sesuatu hal sebelum diberikan pada anak.

Namun, jika cara menyampaikannya tidak enak hingga menghakimi cara orang lain, pasti terasa tidak nyaman.

Orang Dekat Justru Punya Andil
Tidak ada satu prinsip pengasuhan apa pun yang cocok untuk semua keluarga.

Masing-masing keluarga punya kebiasaan, tradisi, dan nilai yang berbeda, sebagaimana perbedaan individu dalam diri anak. Mama bisa saja punya nilai keluarga tertentu, tetapi dalam mengasuh si kakak dan adik, Mama bisa mengambil pendekatan berbeda.

Sayangnya, perbedaan pengasuhan ini kadang justru mengarah pada perilaku mom-shaming. Sebagian orang lupa memahami faktor perbedaan tersebut sehingga merasa apa yang ia lakukan sudah benar, sudah ada buktinya, dan menganggap orang lain perlu melakukan hal serupa dengannya.

Akan tetapi, lebih ironis lagi saat Mama menyadari bahwa pelaku mom-shaming justru berasal dari orang tua sendiri, pasangan, dan mertua. Ya, orang dekat kadang merasa mudah dan berhak untuk berkomentar tentang pilihan kita. Ketika kritikan itu disampaikan dengan baik tentu tidak masalah. Bagaimana jika terjadi sebaliknya?

Belum lagi kritik serupa kerap terdengar dari teman sebaya, orang asing yang ditemui di tempat umum, sampai siapa pun yang berkomentar di media sosial. Saat terkena mom-shaming, semua terasa serba salah sehingga tak jarang membuat Mama makin merasa bersalah dan tidak yakin atas pilihannya dalam mengasuh anak.

Ujungnya, banyak Mama yang mengalami mom-shaming justru kehilangan rasa percaya diri. Bahkan lebih parah, sampai merasa tidak mampu menjadi ibu yang baik untuk anak sendiri.

Belum lagi perasaan cemas, takut, dan khawatir yang terus menggelayut dalam pikiran. Kalau sudah begini, bukan Mama saja yang jadi korban, tetapi juga anak dan keluarga.

Cara Menghadapi Mom-Shaming
Lalu, apa yang bisa Mama lakukan untuk menghadapi mom-shaming? Yuk, coba tips berikut ini.

1. Jangan hakimi pula pilihan orang lain
Oke, kadang mulut ini gatal untuk berkomentar balik atau menyanggah apa yang disampaikan orang lain. Namun, coba pahami pula konteks komentar yang diucapkan orang tersebut.

Jika orang tua Mama sendiri yang berkata demikian, coba mengerti bahwa itu berdasarkan pengalaman mereka. Ada ilmu pengasuhan atau kesehatan terbaru yang belum mereka tahu. Bisa jadi pula, mereka mengingatkan supaya Mama tidak melakukan kesalahan yang sama dengan mereka dulu.

Dengan begitu, Mama pun tidak terburu-buru untuk menghakimi mereka.

2. Coba merespons secara netral
Mama mengalami sendiri salah satu komentar tidak enak soal pengasuhan anak? Alih-alih membalas dengan ketus yang malah dapat memancing perdebatan tak berujung, cobalah untuk merespons secara netral.

Dengan respons demikian, si empunya komentar akan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pembicaraan.

Contoh, “Oh iya, aku pernah dengar itu, Ma. Nanti coba aku tanyakan ke dokter ya yang baik seperti apa,” atau “Hmmm, oke aku pertimbangkan dulu,” atau “Terima kasih ya sudah perhatian denganku.”

3. Tanggapi dengan humor
Mirip poin nomor dua, boleh lho Mama menanggapi komentar pedas orang lain dengan menambahkan bumbu-bumbu humor.

Misalnya, ada tetangga nyeletuk, “Digendong terus nanti anak jadi bau tangan!” Jawab saja dengan senyum, “Nggak apa-apa bau tangan ibunya, asal bukan bau kaki hehehe.” Ini bisa mencairkan suasana yang tegang juga, bukan?

4. Fokus pada kehidupan keluarga sendiri, bukan kehidupan orang lain
Apalagi jika Mama selalu terpukau dengan kehidupan keluarga teman dekat, selebgram, sampai selebritas.

Ingat bahwa mereka hanya menampilkan hal-hal bagus saja di media sosial dan itu wajar karena Mama pun demikian, kan? Jangan cepat silau dengan apa yang mereka alami, lalu merasa Mama tidak sebanding dengan mereka.

Alih-alih membandingkan kehidupan Mama dan orang lain, lebih baik fokus pada kehidupan Mama sendiri. Fokus pada kebutuhan diri, anak, dan keluarga sehingga energi dan waktu Mama tidak terbuang percuma, tetapi bisa memberdayakan diri demi kesehatan Mama sendiri, anak, pasangan, dan keluarga.

5. Dukung sesama ibu
Menjadi orang tua, baik ayah maupun ibu, sama-sama menantang.

Tidak ada satu pun orang tua yang punya buku manual tentang bagaimana mengasuh anak yang baik, sebagaimana tidak ada satu pun prinsip pengasuhan yang lebih baik daripada yang lain. Ini hanya masalah cocok dan tidak cocok. Tentu saja selera tidak bisa dipaksakan, bukan?

Maka, langkah terbaik yang bisa Mama ambil adalah dengan mendukung sesama ibu. Jangan menjadi pelaku mom-shaming juga hanya karena Mama pernah mengalaminya. Justru jadilah teman yang suportif dan mau mendengarkan. Dengan begitu, Mama bisa membantu “memutus” rantai perilaku mom-shaming.

Percaya bahwa Mama adalah ibu si Kecil, ibu yang paling tahu semua kebutuhan anak. Jika melakukan kesalahan dalam pengasuhan, hal itu wajar dan terima sebagai bagian dari perjalanan Mama menjadi seorang ibu.

Di luar sana banyak ibu yang tengah berjuang membesarkan anak dan merasakan hal serupa. Mengetahui bahwa Mama tidak sendirian, yuk dukung sesama ibu dengan bersikap suportif!

Baca lewat aplikasi lebih mudah loh, Ma
Dari artikel kehamilan hingga parenting, semua ada di aplikasi Hallo Bumil. Yuk, Download Ma
0
0
Bagikan
Facebook
Twitter
WA

Tumbuh Bersama di 1000 Hari Pertama Si Kecil

Komunitas hangat untuk dapatkan tips, cerita inspiratif, dan teman baru pada 1000 hari pertama si kecil bersama Hallobumil
image