Pengertian Pola Asuh Permisif dan Dampak pada Anak
:strip_icc():format(webp)/hb-article/i8til984wpMVByYJw3OwC/original/nyj8480ij00erdaqwas5zdr2dn99nrfj.png)
Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh tantangan sekaligus pembelajaran. Setiap Mama tentu ingin memberikan kasih sayang terbaik untuk anak, namun pendekatan dalam mendidik anak bisa berbeda-beda. Salah satu gaya pengasuhan yang cukup umum adalah pola asuh permisif.
Dalam pola ini, orang tua sangat penuh kasih, tapi cenderung longgar dalam hal aturan dan disiplin. Yuk, kita bahas bersama apa itu pola asuh permisif, dampaknya, dan bagaimana Mama bisa menyeimbangkannya demi tumbuh kembang anak yang sehat secara emosional maupun sosial.
Artikel lainnya: Pola Asuh Demokratis: Ciri, Contoh, dan Manfaat untuk Anak
Apa Itu Pola Asuh Permisif?
Gaya pengasuhan permisif ialah pola asuh di mana orang tua sangat responsif dan hangat terhadap kebutuhan anak, tetapi cenderung tidak menetapkan batasan atau aturan yang jelas. Dalam pola ini, anak diberikan kebebasan yang cukup besar dalam membuat keputusan, bahkan dalam hal-hal yang seharusnya masih menjadi tanggung jawab orang tua.
Mama yang menerapkan pola ini biasanya menghindari hukuman, jarang memberikan konsekuensi tegas, dan lebih fokus pada menjaga hubungan yang harmonis dengan anak. Banyak Mama memilih pola ini karena ingin anak merasa dicintai tanpa tekanan atau merasa terlalu dikekang.
Contoh pola asuh permisif bisa terlihat saat Mama membiarkan anak menonton gadget tanpa batas waktu, tidak menetapkan jam tidur yang konsisten, atau selalu mengabulkan permintaan anak agar tidak terjadi tantrum.
Dalam situasi lain, Mama mungkin jarang memberi konsekuensi saat anak melanggar aturan, misalnya ketika anak menolak belajar atau tidak membereskan mainan, Mama memilih diam atau melakukannya sendiri karena tak ingin membuat anak marah.
Ciri-Ciri Orang Tua Permisif
Beberapa tanda umum dari pola asuh permisif antara lain:
- Mama sangat hangat dan mendukung, namun tidak terlalu menuntut atau menetapkan aturan yang konsisten.
- Anak jarang mendapatkan konsekuensi yang jelas saat melanggar aturan.
- Mama cenderung menghindari konflik, lebih memilih untuk mengalah atau membiarkan anak mendapatkan apa yang diinginkan.
- Keputusan sehari-hari seperti waktu tidur, jenis makanan, dan durasi bermain gadget sering diserahkan sepenuhnya kepada anak.
- Sulit mengatakan “tidak” atau menetapkan batas, karena khawatir menyakiti perasaan anak.
Pola pengasuhan tanpa batas ini seringkali lahir dari niat baik, yaitu agar anak tumbuh bahagia dan merasa bebas mengekspresikan diri. Namun, jika tidak diimbangi dengan batasan yang sehat, bisa menimbulkan dampak jangka panjang.
Artikel lainnya: Pola Asuh Otoriter: Ciri, Dampak, dan Cara Menghadapinya
Kelebihan dan Kekurangan Pola Asuh Permisif
Setiap pola pengasuhan memiliki sisi positif dan tantangan tersendiri. Pola permisif pun demikian. Berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya:
Kelebihan pola asuh permisif:
- Hubungan yang hangat: Anak merasa dicintai, dihargai, dan aman secara emosional karena Mama sangat responsif terhadap kebutuhan mereka.
- Kreativitas berkembang: Anak yang tumbuh dalam suasana bebas cenderung lebih percaya diri mengekspresikan ide dan pendapat.
- Lingkungan minim tekanan: Rumah terasa seperti tempat yang nyaman dan bebas dari stres akibat aturan yang terlalu ketat.
Kekurangan pola asuh permisif:
- Disiplin rendah pada anak: Anak mungkin kesulitan mengikuti aturan di sekolah atau saat berinteraksi dengan orang lain karena tidak terbiasa diberi batasan.
- Pengendalian diri rendah: Tanpa bimbingan dalam mengelola emosi atau perilaku, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang impulsif.
- Kesulitan menerima penolakan: Anak yang terbiasa mendapatkan apa pun yang diinginkan bisa sulit menghadapi kekecewaan atau kegagalan.
- Kurang menghargai otoritas:Anak dengan orang tua permisif bisa merasa semua keputusan ada di tangannya, sehingga sulit bekerja sama dalam lingkungan yang memerlukan struktur dan peraturan.
Dampak pada Perkembangan Anak
Pola asuh permisif memiliki pengaruh cukup besar pada perkembangan anak, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Berikut beberapa dampak pola asuh permisif pada si Kecil:
- Kesulitan mengatur diri: Anak mungkin sulit membedakan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan karena tidak terbiasa dengan batasan yang jelas.
- Prestasi akademik bisa menurun: Tanpa dukungan dalam mengelola waktu belajar atau menyelesaikan tugas, anak cenderung kehilangan motivasi akademik.
- Emosi yang mudah meledak: Karena jarang diberikan konsekuensi, anak bisa tumbuh dengan pengendalian emosi yang lemah.
- Kebiasaan yang tidak teratur: Seperti pola tidur yang tidak konsisten, konsumsi makanan sembarangan, atau penggunaan gadget berlebihan.
- Ketergantungan emosional: Anak mungkin terus-menerus mencari validasi dari luar karena tidak terbiasa menghadapi tantangan sendiri.
Namun, bukan berarti semua anak yang diasuh dengan cara permisif akan mengalami kesulitan. Jika disertai komunikasi yang terbuka dan dukungan emosional yang sehat, mereka tetap bisa tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan penuh kasih.
Artikel lainnya: 5 Cara Menyikapi Perbedaan Pola Asuh Mama dan Papa
Cara Menerapkan Pola Asuh yang Seimbang
Pendekatan yang ideal adalah pola asuh yang seimbang, yaitu gaya pengasuhan otoritatif. Dalam pola ini, Mama tetap menunjukkan kasih sayang, tetapi juga menetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas.
Berikut beberapa langkah praktis membentuk karakter anak permisif yang bisa Mama lakukan:
- Tetapkan aturan yang konsisten: Misalnya, jadwal tidur yang tetap, waktu belajar, dan durasi bermain gadget yang jelas.
- Jelaskan alasan di balik aturan: Anak lebih mudah menerima jika Mama menjelaskan mengapa suatu aturan penting bagi mereka.
- Berikan pilihan terbatas: Misalnya, “Kamu mau pakai baju biru atau merah hari ini?” Dengan begitu, anak belajar mengambil keputusan tapi tetap dalam kendali Mama.
- Berikan pujian pada proses: Fokus pada usaha anak, bukan hanya hasil. Ini membantu anak merasa dihargai dan semangat mencoba lagi.
- Bangun rutinitas harian: Anak akan merasa lebih aman dan nyaman jika memiliki rutinitas yang teratur.
- Berlatih konsekuensi alami: Misalnya, jika anak lupa membawa bekal, biarkan ia merasakan konsekuensinya dengan tetap makan di sekolah tanpa bekal. Ini membantu anak belajar tanggung jawab secara alami.
Artikel lainnya: 5 Feeding Rules buat Atasi Susah Makan pada Si Kecil!
Kapan Perlu Mengubah Pola Asuh?
Tidak ada pola asuh yang sempurna. Yang penting adalah kesediaan Mama untuk terus belajar dan menyesuaikan pendekatan sesuai kebutuhan anak. Berikut beberapa tanda yang bisa menjadi sinyal bahwa pola asuh perlu ditinjau ulang:
- Anak mulai menunjukkan kesulitan dalam mengatur emosi, seperti sering tantrum atau mudah marah.
- Anak sulit mengikuti aturan di sekolah atau mengalami penurunan motivasi belajar.
- Kebiasaan sehari-hari seperti tidur dan makan menjadi tidak teratur atau sulit dikendalikan.
- Anak mulai menunjukkan sikap menentang, tidak menghormati Mama, guru, atau orang dewasa lainnya.
Jika Mama melihat beberapa tanda di atas, itu bukan berarti Mama salah. Justru, menyadari dan mau melakukan perubahan adalah bentuk kepedulian dan tanggung jawab sebagai orang tua.
Mengasuh anak memang tidak datang dengan buku panduan yang seragam untuk semua keluarga. Permissive parenting bisa menjadi awal dari hubungan yang hangat dan penuh cinta, namun jika tidak disertai batasan yang sehat, anak bisa kesulitan dalam tumbuh sebagai pribadi yang bertanggung jawab dan mandiri.
Ingin lebih memahami pola asuh yang tepat untuk tumbuh kembang anak? Unduh aplikasi Hallobumil dan ikuti berbagai event mengenai parenting anak di Hallobumil. Bergabunglah dengan komunitas whatapp ibu lainnya untuk mendapatkan edukasi terpercaya, tips pola asuh seimbang, serta dukungan dari sesama orang tua dalam menghadapi tantangan membesarkan anak dengan penuh kasih namun tetap bijak.