Kenali Apa Itu HIV dan AIDS, Gejala, Penyebab dan Pengobatan
:strip_icc():format(webp)/hb-article/mpT9SORXK-e37Lg3d8HgM/original/yvfvo1ma4q4rfwae7ah04h2j0mwy12wj.png)
Meski sudah sering dibahas, namun perbedaan antara HIV dan AIDS masih menjadi pertanyaan besar bagi banyak orang, mungkin juga termasuk Mama.
Sebagian mengira HIV dan AIDS adalah hal yang sama, sementara yang lain belum memahami bagaimana virus HIV bekerja dan berkembang di dalam tubuh.
Padahal, penting untuk memahami apa itu HIV dan AIDS untuk membantu menekan penyebaran penyakit ini. Yuk, pelajari bersama penyebab, gejala, dan pengobatan HIV dan AIDS lewat artikel di bawah ini.
Artikel lainnya: Hal yang Perlu Diketahui Tentang Penyakit Menular Seksual
Apa Itu HIV dan AIDS?
HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, terutama sel pertahanan utama yang disebut sel CD4.
Sel CD4 adalah salah satu jenis sel darah putih yang berperan sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel CD4 rusak, tubuh menjadi lebih lemah dalam melawan infeksi.
Inilah alasan mengapa memahami perbedaan HIV dan AIDS sangat penting, karena banyak yang masih menyamakan keduanya.
Padahal, HIV adalah virusnya, sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kondisi atau tahap paling berat dari infeksi HIV, ketika daya tahan tubuh sudah sangat menurun.
Pada tahap AIDS, tubuh sangat rentan terkena infeksi oportunistik seperti TBC, pneumonia, atau infeksi jamur yang biasanya tidak berbahaya bagi orang dengan sistem imun sehat.
Perbedaan HIV dan AIDS ini penting dipahami agar masyarakat tidak lagi salah menganggap bahwa seseorang dengan HIV pasti langsung jatuh ke kondisi AIDS.
Pasalnya, dengan terapi antiretroviral (ARV) yang tepat, HIV dapat dikendalikan dan tidak selalu berkembang menjadi AIDS. HIV bekerja secara perlahan tetapi pasti.
Cara kerja virus HIV adalah masuk ke tubuh, menyerang sel kekebalan, memperbanyak diri, lalu menurunkan jumlah sel CD4 sedikit demi sedikit. Jika tidak diobati, perjalanan infeksi ini bisa berlangsung bertahun-tahun hingga akhirnya masuk ke tahap AIDS.
Orang yang hidup dengan HIV sering disebut ODHIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Mereka dapat hidup sehat dan produktif bila mendapatkan pengobatan ARV secara teratur.
Berdasarkan data Kemenkes terbaru per tahun 2025, diperkirakan ada sekitar 564.000 orang dengan HIV (ODHIV) di Indonesia. Hingga Maret 2025, sebanyak 356.638 orang dari estimasi tersebut telah teridentifikasi, atau sekitar 63% dari total ODHIV.
Penyebab HIV dan AIDS
Penyebab HIV dan AIDS adalah infeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh, terutama sel CD4, sehingga membuat tubuh makin lemah dalam melawan penyakit.
Virus ini hanya dapat menular melalui pertukaran cairan tubuh tertentu, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Karena itulah HIV tidak menular lewat sentuhan biasa, batuk, berbagi makanan, atau berjabat tangan.
Penyebab utama penularannya meliputi hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik bersama, transfusi darah yang tidak melalui prosedur skrining, serta penularan dari Mama ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Ketika HIV tidak ditangani dengan terapi antiretroviral (ARV), virus akan terus merusak sel CD4 hingga kondisi berkembang menjadi AIDS.
Pemahaman ini penting agar masyarakat lebih mengerti cara kerja virus HIV, apa itu ODHA, serta bagaimana perbedaan HIV dan AIDS terjadi, yaitu dari infeksi virus menuju kondisi imun tubuh yang sangat lemah hingga muncul infeksi oportunistik.
Artikel lainnya: Infeksi Kehamilan yang Perlu Mama Waspadai
Gejala HIV dan AIDS
Gejala HIV dan AIDS umumnya bisa berbeda pada setiap orang karena penyakit ini berkembang secara bertahap.
Banyak orang tidak merasakan gejala apa pun selama bertahun-tahun setelah terinfeksi, sehingga mereka tidak sadar bahwa jumlah sel CD4 sedang menurun.
Pada tahap awal, gejala HIV sering menyerupai flu, sementara pada tahap lanjut (AIDS), gejala menjadi lebih berat karena sistem imun sudah sangat lemah. Berikut gejala yang bisa muncul:
Gejala tahap awal (HIV):
- Demam
- Sakit tenggorokan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Sakit kepala atau tubuh pegal
- Ruam kulit
- Kelelahan berlebihan
Gejala HIV yang berkembang menjadi AIDS:
- Penurunan berat badan drastis
- Infeksi berulang (jamur, TBC, pneumonia)
- Diare kronis
- Malam hari sering berkeringat
- Batuk persisten
- Luka atau sariawan berat yang sulit sembuh
Karena gejala bisa samar atau mirip penyakit lain, kadang HIV baru terdeteksi ketika sistem imun sudah lemah atau sudah berkembang ke AIDS.
Kendati demikian, memahami tahap-tahap ini membantu mengenali tahapan HIV dan membedakan antara gejala infeksi awal dan gejala kondisi AIDS.
Bagaimana Proses dari HIV Menjadi AIDS?
Perjalanan HIV menuju AIDS terjadi secara bertahap. Perubahan ini berlangsung perlahan, seiring melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat kerusakan sel CD4 yang berfungsi melawan infeksi.
Semakin lama virus HIV tidak diobati, semakin besar kemungkinan jumlah CD4 turun drastis hingga tubuh kehilangan kemampuan melawan penyakit, yang pada akhirnya berkembang menjadi AIDS.
1. Fase infeksi akut HIV
Pada fase pertama, HIV mulai berkembang biak dengan cepat setelah masuk ke tubuh. Banyak orang mengalami gejala mirip flu seperti demam, nyeri tenggorokan, atau kelelahan, meski sebagian lainnya tidak merasakan gejala apa pun. Pada fase ini, virus sangat mudah menular.
2. Fase laten klinis (fase tenang)
Setelah gejala awal mereda, HIV masuk ke fase laten yang bisa berlangsung bertahun-tahun.
Virus tetap ada dan tetap merusak sel CD4 secara bertahap, namun sering kali tanpa gejala. Ini adalah periode di mana seseorang dapat terlihat sehat, tetapi tetap bisa menularkan HIV.
3. Penurunan drastis CD4 dan munculnya infeksi oportunistik
Ketika jumlah sel CD4 turun semakin rendah, tubuh mulai kesulitan melawan kuman yang sebenarnya ringan. Infeksi oportunistik seperti TB, pneumonia, atau sariawan berat mulai muncul dan menjadi tanda bahwa HIV semakin berkembang.
4. Transisi ke AIDS
Seseorang dikatakan mencapai tahap AIDS ketika jumlah sel CD4 berada di bawah 200 sel/mm³ atau muncul penyakit infeksi oportunistik yang berat. Pada fase ini, kemampuan tubuh melawan penyakit menurun tajam sehingga risiko komplikasi sangat tinggi.
Jenis Pemeriksaan untuk Mendeteksi HIV
Mengetahui status HIV sedini mungkin sangat penting agar penanganan dapat diberikan lebih cepat dan efektif.
Untuk itu, tersedia berbagai jenis pemeriksaan yang dapat mendeteksi keberadaan virus atau antibodi HIV di dalam tubuh. Mengutip dari Johns Hopkins Medicine, tes HIV yang umum dilakukan antara lain:
- Tes antibodi HIV. Mendeteksi antibodi yang diproduksi tubuh sebagai respons terhadap virus. Biasanya antibodi muncul dalam waktu 1–3 bulan setelah infeksi, meskipun bisa sampai 6 bulan.
- Jika hasil negatif tapi risiko tinggi, bisa dilakukan tes virus langsung (tes RNA HIV) untuk mendeteksi virus itu sendiri.
- Setelah positif, dokter biasanya memeriksa jumlah sel CD4 dan viral load (jumlah virus) untuk mengetahui seberapa parah infeksi dan apakah perlu segera memulai pengobatan.
Artikel lainnya: 10 Tes Kesehatan untuk Mama yang Merencanakan Kehamilan
Bentuk Pengobatan HIV dan AIDS
Pengobatan HIV dan AIDS berfokus pada penggunaan antiretroviral (ARV), yaitu obat yang bekerja menekan jumlah virus di dalam tubuh agar tidak merusak sistem kekebalan lebih jauh.
Meski belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan HIV, terapi ARV terbukti mampu menekan viral load hingga tidak terdeteksi, sehingga tubuh dapat kembali kuat dan risiko penularan menjadi sangat rendah.
Pengobatan ini bekerja dengan menghambat cara kerja virus HIV dalam memperbanyak diri, mempertahankan jumlah sel CD4 agar tidak turun, serta mencegah infeksi oportunistik yang sering muncul pada pasien dengan daya tahan tubuh lemah.
Terapi HIV kini semakin mudah diakses dan harus dilakukan seumur hidup agar virus tetap terkendali. Pada fase AIDS, pengobatan biasanya ditambah dengan terapi infeksi oportunistik seperti antibiotik, antiviral, atau antijamur, sesuai kondisi pasien.
Kepatuhan minum ARV setiap hari sangat penting karena dapat memperlambat progres penyakit, meningkatkan kualitas hidup, dan membuat penderita tetap dapat beraktivitas seperti biasa.
Di Indonesia sendiri, pengobatan ARV disediakan gratis bagi ODHIV oleh pemerintah maupun fasilitas kesehatan.
Tips Pencegahan HIV dan AIDS
Mencegah HIV sama pentingnya dengan memahami penyakitnya. Berikut beberapa cara efektif untuk mencegah HIV dan AIDS:
- Gunakan kondom secara konsisten dan benar saat berhubungan seksual, terutama jika berganti pasangan atau pasangan berstatus HIV tidak diketahui.
- Hindari berbagi jarum suntik atau alat yang berpotensi kontak langsung dengan darah.
- Untuk ibu hamil atau menyusui, jika positif HIV segera konsultasikan ke layanan kesehatan untuk mendapat penanganan dan mencegah penularan ke bayi.
- Jika Mama termasuk kelompok berisiko tinggi, pertimbangkan tes HIV secara berkala. Deteksi dini penting karena orang bisa menularkan meskipun tanpa gejala.
- Edukasi diri dan orang di sekitar tentang HIV dan AIDS untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV.
Karena cara kerja virus HIV adalah menyerang sistem kekebalan secara perlahan, maka pencegahan dan deteksi dini menjadi kunci utama.
Jika Mama ingin semakin memahami kesehatan diri dan keluarga, mulai dari edukasi seputar HIV dan AIDS, perawatan yang tepat, hingga pencegahannya, Mama bisa mendapatkan panduan yang lebih lengkap dan terpercaya langsung dari aplikasiHallobumil.
Melalui aplikasi ini, Mama dapat belajar dari para ahli lewat event Hallobumil, bergabung dengan komunitas Hallobumil di WhatsApp untuk berdiskusi dengan sesama pengguna.
Kamu juga bisa memanfaatkan berbagai health tools, termasuk fitur hitung HPL (Hari Perkiraan Lahir), yang berguna bagi ibu hamil. Unduh aplikasinya sekarang dan jadikan setiap langkah perawatan kesehatan lebih terarah dan penuh dukungan.





:strip_icc():format(webp)/hb-article/OVYh3PefFEByfgDH84qTF/original/15054778135cc016a79ddea5.12930620.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/iuEbjQxWQVKEsf9tbtLw9/original/9610848165cc016b251ebf7.01786996.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/erv22uNO1_cdZzSVwF_L9/original/10658065545cc016c1f2d931.86995857.jpg)
