Ide Permainan Sensory untuk Stimulasi Perkembangan Anak
:strip_icc():format(webp)/hb-article/QcF9ruBWzVfZphxW14Z5T/original/kvm5ocsw50m1i67n79e52cnt0ehmowa3.png)
Masa kanak-kanak identik dengan eksplorasi. Dari meraba pasir, mendengarkan suara gemerincing, hingga mencium aroma lemon, setiap sensasi yang dialami dapat membantu otak anak berkembang.
Konsep sensory play atau permainan sensorik hadir sebagai cara terarah untuk memaksimalkan pengalaman tersebut. Mari kenali lebih jauh apa itu permainan sensorik, apa saja manfaatnya, serta ide permainan sensory yang bisa dengan mudah dilakukan di rumah.
Artikel Lainnya: 4 Tips Memilih Mainan Bayi
Apa Itu Permainan Sensory?
Permainan sensory atau permainan sensorik adalah berbagai aktivitas yang secara sadar dirancang untuk merangsang satu atau lebih pancaindra, mulai dari penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan peraba. Selain itu, permainan ini juga merangsang sistem sensorik tubuh seperti keseimbangan (vestibular) dan posisi tubuh (proprioseptif).
Dalam kegiatan semacam ini, anak diberikan pengalaman eksploratif yang memberi umpan balik sensorik, misalnya meraba pasir basah, mencetak adonan liat, mendengarkan suara air mengalir, atau berjalan di atas permukaan berbeda.
Permainan sensorik bukan sekadar “permainan kotor” atau “dilepas bebas” saja, ada unsur sengaja dalam memilih bahan dan cara bermain agar stimulasi sensorik optimal. Melalui permainan ini, anak bereksperimen, mencoba-coba, belajar sebab–akibat, dan memproses sensasi dari lingkungan mereka.
Secara biologis, stimulasi sensorik penting karena otak bayi berkembang sangat pesat dalam di tahun awal kehidupan. Mengutip dari Cleveland Clinic, stimulasi sensorik membantu membentuk dan memperkuat sambungan saraf (sinapsis) yang menjadi dasar keahlian kognitif, motorik, bahasa, dan regulasi emosi.
Manfaat Permainan Sensory bagi Perkembangan Anak
Permainan sensorik dapat memberi banyak manfaat yang saling terkait. Berikut beberapa manfaat sensory play:
- Meningkatkan perkembangan otak dan koneksi saraf: Ketika anak berinteraksi dengan berbagai rangsangan sensorik, mulai dari menyentuh, mencium, dan melihat, otak akan merespons dengan memperkuat jalur saraf yang digunakan. Hal ini membantu pembelajaran lebih kompleks di masa depan.
- Mengasah keterampilan motorik halus dan kasar: Permainan seperti memindahkan butir kecil, mencubit, meremas, menuang, atau merangkak pada permukaan berbeda, dapat merangsang otot-otot kecil (motorik halus) dan otot besar (motorik kasar).
- Mengembangkan bahasa dan kosakata: Saat bermain dengan berbagai tekstur, bau, atau bunyi, anak belajar memberi nama sensasi, mulai dari kasar, licin, atau gemerincing. Anak juga akan membandingkan dan mendeskripsikan, sehingga memperkaya kemampuan bahasa mereka.
- Menumbuhkan keterampilan kognitif dan pemecahan masalah: Anak belajar mencoba-coba, bereksperimen, dan mengeksplorasi secara mandiri, misalnya memindahkan benda dari satu wadah ke wadah lain, atau menebak hasil ketika mencampur bahan yang melatih logika, sebab-akibat, dan kreativitas.
- Efek menenangkan & regulasi emosi: Pengalaman sensorik tertentu, seperti bermain air, memijat lembut, atau menggunakan tekstur lembut, dapat membantu anak menenangkan diri. Ini berguna terutama saat anak mengalami overstimulasi atau kegelisahan.
- Meningkatkan interaksi sosial: Jika dilakukan bersama saudara atau teman, permainan sensorik dapat memicu kolaborasi, pembagian alat, diskusi tentang sensasi yang dialami, dan belajar bergiliran.
- Mendukung integrasi sensorik: Bagi anak yang mengalami tantangan pemrosesan sensorik (sensory processing), permainan sensorik bisa membantu anak menyesuaikan respons terhadap rangsangan, meskipun jika ada gejala ekstrem, sebaiknya konsultasi dengan profesional.
- Mendorong rasa ingin tahu dan eksplorasi aktif. Permainan sensorik memicu anak untuk bertanya “bagaimana jika?”, “apa beda ini dan itu?”, sehingga membangkitkan semangat eksplorasi terhadap dunia di sekitarnya.
Jadi, melalui aktivitas sederhana namun terarah, permainan sensorik untuk anak bisa menjadi hal penting penting dalam tumbuh kembang intelektual, motorik, dan emosional mereka.
Artikel Lainnya: Cara Stimulasi Bayi 3 Bulan agar Cepat Tumbuh Cerdas
Ide Permainan Sensory yang Bisa Dicoba di Rumah
Rumah bisa menjadi tempat terbaik untuk stimulasi sensorik anak. Orang tua bisa menghadirkan berbagai contoh permainan sensory tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Selain memperkuat ikatan dengan anak, aktivitas ini juga menumbuhkan rasa ingin tahu sekaligus mendukung tumbuh kembang mereka secara menyeluruh.
1. Kotak pasir atau kotak berisi butiran (rice bin)
Masukkan beras kering, biji jagung pipil, atau pasta kering ke dalam kotak besar, lalu tambahkan sendok, cangkir kecil, dan mainan mini untuk digali. Manfaat dari permainan edukatif anak adalah menstimulasi peraba, koordinasi tangan-mata, eksperimentasi sebab-akibat (menuang, menggali), hingga pengembangan kosa kata tekstur (kasar, halus).
2. Air + gelas + baskom
Biarkan anak menuang air dari satu wadah ke wadah lain, menaburkan pasta, spons, atau es batu ke dalamnya. Manfaatnya untuk mendukung regulasi motorik halus (menuang), sensitivitas terhadap suhu, pembelajaran volume, dan efek menenangkan karena elemen air.
3. Lumut (slime) atau adonan garam
Anak bisa meremas, mencetak, menarik, dan merobek bahan lunak. Aktivitas ini dapat memperkuat otot tangan, stimulasi taktil intens, dan kreativitas dalam membentuk wujud.
4. Mainan sensorik dengan butiran (sensory bottles)
Botol transparan berisi air, glitter, kaca kecil, manik-manik, atau minyak yang dapat menimbulkan gerakan unik saat digoyangkan. Efek tersebut dapat memberikan rangsangan visual, kesabaran menunggu gerakan, dan diskusi tentang apa yang terlihat.
5. Permainan rasa (taste test sederhana)
Beri potongan kecil buah atau bahan aman (manis, gurih, asam) dan biarkan anak mencium, mengecap, dan memilih favoritnya. Pastikan memilih bahan yang aman dan tidak menimbulkan alergi pada si kecil. Permainan ini dapat mendukung perkembangan indera rasa dan bau, perbendaharaan kata rasa, serta keberanian mencoba hal baru.
6. Permainan bau (smell jars)
Simpan cotton bud atau tissue kecil beraroma, baik itu aroma vanila, kayu manis, atau lemon di dalam toples tertutup. Nantinya, ajak anak menebak aroma yang nantinya bisa mendukung stimulasi penciuman, kemampuan membedakan aroma, dab stimulasi berbicara tentang aroma apa yang dirasakan.
7. Jalur sensorik di lantai
Buat jalur dari karpet berbulu, kain satin, bubble wrap, tikar yoga, atau batu kerikil plastik dan biarkan anak berjalan tanpa alas kaki menyentuh tiap permukaan. Tujuannya untuk meningkatkan stimulasi kaki terhadap berbagai tekstur, kesadaran posisi tubuh, dan keberanian menghadapi sensasi baru.
8. Permainan suara (sound jars atau rattle toys)
Gunakan botol kecil berisi kerikil, kacang, manik-manik, dan biarkan anak menggoyang untuk mendengar suara yang berbeda-beda. Manfaat dari aktivitas ini dapat mendukung pemrosesan auditori, membedakan intensitas suara, dan ketahanan terhadap rangsangan suara.
9. Mainan pencahayaan / bayangan (shadow play)
Gunakan senter dan benda sederhana, baik itu tangan atau boneka. Biarkan anak untuk membuat bayangan di dinding. Permainan ini dapat menstimulasi visual dan konsep cahaya, serta hubungan antara objek fisik dan bayangannya. Tentunya, ini dapat meningkatkan kreativitas si kecil.
10. Permainan gelembung sabun
Tiup gelembung dan izinkan anak untuk mencoba menangkap atau memecahnya. Permainan gelembung sabun bisa mendukung stimulasi visual, latihan koordinasi tangan-mata, dan respons terhadap rangsangan ringan yang bergerak.
Setiap ide ini dapat diadaptasi, misalnya aktivitas sensory play bayi bisa dibuat versi sederhana dengan tekstur lembut atau mainan sensorik ringan. Pastikan selalu di bawah pengawasan, gunakan bahan aman (bebas racun, tidak mudah tertelan), dan batasi jumlah bahan yang bisa membahayakan.
Artikel Lainnya: Yuk Stimulasi Si Kecil dengan Bermain (Baby Play 12 bulan)
Kapan Anak Bisa Mulai Bermain Sensory?
Banyak orang tua bertanya-tanya, sebenarnya kapan waktu yang tepat untuk memperkenalkan permainan sensorik untuk anak? Jawabannya, sejak bayi pun sudah bisa dikenalkan dengan stimulasi sederhana asalkan disesuaikan dengan usianya.
Usia yang tepat dan tanda kesiapan anak
Prinsip dasarnya, anak bisa mulai bermain sensorik sejak bayi, bahkan sejak usia sangat dini, selama aktivitasnya sesuai kapasitas mereka.
Mama bisa melihat dari kesiapan anak yang biasanya ditandai dengan:
- Anak menunjukkan rasa penasaran terhadap benda di sekitarnya, meraih, menyentuh, atau memutar-mutar.
- Anak mulai merespons tekstur, suara, atau cahaya baru.
- Anak cukup stabil ketika disangga atau diletakkan (untuk bayi).
- Anak menunjukkan minat mengamati, meraba, atau menjangkau benda.
- Anak tidak mengalami reaksi sensorik ekstrem seperti menangis terus-menerus terhadap rangsangan baru (meskipun adaptasi bertahap diperlukan).
Jika anak menunjukkan kelebihan sensitivitas, misalnya sangat rewel terhadap tekstur pakaian, atau suara bising, sebaiknya mulai dengan variasi ringan dan perlahan-lahan, atau meminta penilaian profesional. Beberapa anak dengan tantangan pemrosesan sensorik membutuhkan dukungan khusus.
Rekomendasi aktivitas berdasarkan usia
Setiap tahap usia anak membutuhkan pendekatan permainan sensorik yang berbeda. Untuk bayi baru lahir hingga 3 bulan, stimulasi bisa dimulai dari hal sederhana seperti pelukan kulit ke kulit, sentuhan lembut, atau memperlihatkan mainan dengan kontras warna hitam-putih.
Memasuki usia 4 hingga 6 bulan, bayi dapat dikenalkan dengan tekstur lembut seperti kain berbulu atau mainan empuk, serta permainan air ringan di bawah pengawasan orang tua. Saat berusia 6 hingga 12 bulan, contoh permainan sensory yang bisa dicoba adalah kotak tekstur berisi beras, permainan air dengan wadah kecil, atau botol sensorik berwarna.
Kemudian, di rentang usia 1 hingga 2 tahun, anak mulai aktif bergerak sehingga jalur sensorik sederhana, slime aman atau permainan rasa bisa menjadi pilihan. Di usia 2 hingga 3 tahun, anak sudah mampu mengeksplorasi aktivitas sensorik yang lebih kompleks, seperti mencampur bahan, mendengarkan variasi suara dari botol berisi benda berbeda, atau membuat jalur sensorik lebih menantang.
Sementara itu, untuk anak di atas 3 tahun, permainan sensorik bisa dikembangkan menjadi lebih kreatif, misalnya eksperimen campuran tepung dan air, permainan bayangan dengan senter, atau permainan aroma dari bahan dapur.
Dengan menyesuaikan aktivitas berdasarkan usia, orang tua dapat memaksimalkan manfaat sensory play sekaligus menjaga keamanan si kecil selama bereksplorasi. Ingin lebih banyak panduan tepat dan praktis untuk mendukung tumbuh kembang si kecil lewat kesehatan & stimulasi?
Yuk, download aplikasi HalloBumil untuk akses konten seputar kehamilan, parenting, dan perkembangan anak lebih mudah. Bergabung juga dengan komunitas HalloBumil di WhatsApp agar tetap update, berbagi pengalaman, dan dapat dukungan. Jangan lewatkan juga webinar HalloBumil bersama para ahli yang sering diadakan. Yuk, cek eventnya sekarang!






:strip_icc():format(webp)/hb-article/o7jCGocZocavUFWpZEDx4/original/349apakah-asi-mama-cukup-untuk-si-kecil-by-buritora-shutterstock.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/r4I9cSAfdyIP6TxoGimD3/original/350peran-ayah-saat-ibu-berisitirahat-pasca-melahirkan-by-paulaphoto-shutterstock.jpg)
:strip_icc():format(webp)/hb-article/j90O2i5oTBWo6UpkmCHAh/original/346bagaimana-mengetahui-apakah-bayi-cukup-asi-by-atstock-productions-shutterstock.jpg)
