Ketika Mama Merasa Gagal sebagai Orang tua
:strip_icc():format(webp)/hb-article/lDn31An7Iqs8L6KqPOc8q/original/771week-44-day-2-ketika-mama-merasa-gagal-sebagai-orang-tua.jpg)
Anindita Budhi, S.Psi
Menjadi orang tua memang penuh tantangan. Bahkan, peran ini harus Mama jalani tanpa buku panduan apa pun selain mengandalkan insting, pengalaman sesama orang tua, atau banyak membaca buku dan artikel parenting.
Namun, semua itu tidak cukup ketika perasaan gagal melakoni peran sebagai orang tua menyelinap dalam diri. Rasanya semua serba salah. Mama merasa tidak ada harapan, merasa tidak becus mendidik anak, merasa kewalahan merawat anak, dan terus merasa bersalah karena berpikir tidak cukup baik untuk si Kecil.
Lalu, apa yang bisa Mama lakukan saat merasa gagal sebagai orang tua, apalagi jika perasaan itu terus menggelayuti hati dan mengganggu pikiran?
Menerima Diri Bahwa Tidak Ada Orang Tua yang Sempurna
Perasaan gagal dan merasa bersalah karena tidak bisa jadi orang tua yang baik dapat berubah jadi masalah jika Mama terus memikirkannya berlarut-larut. Salah-salah malah perasaan tersebut bertransformasi menjadi perilaku yang tidak sehat, stres, dan depresi.
Jika Mama merasa gagal sebagai orang tua dan perasaan tersebut mulai mengganggu keseharian Mama bersama si Kecil, coba lakukan hal-hal berikut ini:
1. Tolong diri sendiri lebih dulu
Apakah Mama ingat siapa yang harus mengenakan masker oksigen lebih dulu di pesawat? Ya, ketika menjelaskan tata cara keselamatan di pesawat, pramugari selalu menegaskan bahwa penumpang harus mengenakan masker sendiri dulu sebelum menolong orang lain. Sebetulnya, inilah tips parenting sederhana tetapi penuh makna.
Bagaimana Mama bisa membantu orang lain jika tidak bisa bernapas? Sama seperti jadi orang tua, tolong diri sendiri lebih dulu saat Mama mulai merasa kewalahan atas semua urusan pengasuhan ini.
Jadi, beri diri Mama jeda untuk beristirahat sejenak, sesimpel menyeruput kopi hangat, pesan antar makanan minuman favorit, melakukan hobi, atau tidur lelap.
Ingat hal ini, mencintai diri Mama sendiri adalah salah satu cara untuk mencintai anak dan keluarga. Jangan ragu untuk melakukannya sedikit lebih banyak ya, Ma.
2. Berbagi tanggung jawab atau mendelegasikan tugas dengan Papa
Saat Mama butuh me time, minta bantuan Papa untuk bergantian mengasuh si Kecil. Komunikasikan pula kesepakatan terkait pengasuhan anak di rumah. Misalnya, Papa punya waktu kencan sendiri dengan anak-anak sehingga Mama bisa istirahat sejenak.
Boleh juga atur janji dengan kakek nenek atau om tante agar anak bisa bermain dengan mereka. Dengan begitu anak pun mengalami perubahan suasana, bisa lebih mandiri karena tidak selalu bergantung dengan Mama.
Siasati urusan pengasuhan ini sehingga Mama punya waktu untuk recharge energi dan mengisi ulang tangki cinta dalam diri sebelum siap mendampingi anak-anak lagi.
3. Bangun pertemanan yang suportif dengan sahabat
Kelilingi diri Mama dengan lingkar pertemanan yang suportif, hangat, dan mau mendengarkan. Mama pun punya semacam “tempat sampah” untuk mencurahkan isi hati tanpa perlu khawatir dihakimi atau diberi wejangan ini itu.
Bahkan, sah-sah saja jika Mama menghindari orang yang senang menghakimi apa pun yang Mama lakukan sampai menimbulkan perasaan bersalah. Semua demi kesehatan jiwa raga Mama sehingga pastikan Mama curhat ke tempat yang tepat, pada mereka yang mendukung penuh semua keputusan Mama sebagai orang tua.
4. Rumput tetangga tidak selalu lebih hijau
Begitu pula saat bermain media sosial. Jika sebelumnya Mama terlalu terpukau dengan gaya pengasuhan artis, selebgram, atau teman sendiri dan merasa Mama tidak sebaik mereka, camkan bahwa mereka pun hanya menampilkan hal-hal positif di publik.
Mereka pasti punya perjuangan sendiri atau kesulitan yang tidak mereka bagikan di media sosial.
Rumput tetangga tidak selalu lebih hijau, Ma. Maka, cara terbaik adalah coba persepsikan keberhasilan mereka sebagai referensi dalam pengasuhan. Mama boleh mencobanya boleh juga tidak.
Bagaimanapun setiap keluarga punya pandangan, nilai, dan kebiasaan berbeda sehingga tidak ada cara pengasuhan paling baik untuk semua orang.
5. Fokus pada apa yang telah Mama capai, bukan yang belum tercapai
Perasaan gagal kerap menyelinap saat Mama terlalu fokus melihat keberhasilan yang dicapai orang tua lain. Ingat bahwa rumput tetangga tidak selalu lebih hijau, mereka pun punya cerita kesulitan pengasuhan yang mereka simpan sendiri. Daripada fokus pada pencapaian orang lain, fokuslah pada apa yang telah Mama capai.
Coba renungkan setiap hari, misalnya sebelum tidur, keberhasilan apa yang telah Mama lakukan hari itu terkait pengasuhan.
Contoh, hari ini Mama berhasil bersikap ekstra sabar saat anak rewel bukan main karena sakit. Lalu, si Kecil lahap menyantap masakan Mama sampai tambah dua kali atau ia mau tidur siang sendiri tanpa disuruh.
Pencapaian kecil demikian bisa membuktikan bahwa Mama sudah berusaha dan terbukti berhasil menjadi orang tua yang baik.
Faktanya, tidak ada satupun orang tua yang sempurna. Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri, Ma. Sebagaimana Mama menyayangi si Kecil tanpa syarat, ia pun akan berlaku demikian kepada Mama: menyayangi dan menerima diri Mama seutuhnya.