Artikel/Kehamilan/Mengenal Pemeriksaan Amniocentesis Saat Hamil

Prosedur Pemeriksaan Amniocentesis Saat Hamil

Siti Nurmayani Putri | Diterbitkan pada 01 Oktober 2025
Ditinjau oleh dr. Venny Beauty
Bagikan
Facebook
Twitter
WA
Amniocentesis adalah tes diagnostik prenatal untuk mendeteksi kelainan genetik atau infeksi pada janin. Cek prosedur amniocentesis, langkah-langkah pelaksanaannya, serta risiko dan manfaatnya.
mengenal-pemeriksaan-amniocentesis-saat-hamil

Setiap ibu hamil tentu ingin memastikan bayinya tumbuh sehat tanpa hambatan. Namun, ada kalanya pemeriksaan rutin menunjukkan tanda yang membuat dokter perlu melakukan pemeriksaan lebih mendalam. Salah satu prosedur yang sering direkomendasikan adalah amniocentesis saat hamil.

Meski terdengar menegangkan karena melibatkan pengambilan cairan ketuban, tes ini punya peran penting dalam mendeteksi kelainan genetik janin sejak dini. Mari ketahui lebih lanjut tentang tes amniosintesis saat hamil di sini.

Apa Itu Amniocentesis dan Untuk Apa Dilakukan?

Amniocentesis adalah prosedur medis yang dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel cairan ketuban menggunakan jarum halus yang dimasukkan melalui perut Mama dengan bantuan USG.

Cairan ketuban ini mengandung sel-sel janin yang bisa dianalisis di laboratorium untuk mengetahui kondisi genetik maupun kesehatan janin. Dengan kata lain, fungsi amniocentesis adalah sebagai tes diagnosis prenatal yang memberikan hasil pasti mengenai ada tidaknya kelainan kromosom, seperti sindrom Down, trisomi 18, trisomi 13, hingga cacat tabung saraf.

Hal ini membedakan amniocentesis dari tes non-invasif prenatal (NIPT), yang sifatnya hanya skrining dan tidak bisa memberi kepastian diagnosis. Selain mendeteksi kelainan genetik janin, tes amniosintesis saat hamil juga dapat dilakukan untuk alasan lain.

Misalnya, memeriksa adanya infeksi pada cairan ketuban, mengetahui tingkat kematangan paru-paru janin bila ada rencana persalinan lebih awal, hingga membantu dokter dalam mengevaluasi kondisi tertentu pada kehamilan dengan komplikasi.

Dengan informasi yang didapat, calon orang tua dan dokter bisa membuat rencana kehamilan dan persalinan yang lebih tepat, baik dari segi medis maupun psikologis. Itulah mengapa amniocentesis dianggap salah satu prosedur penting dalam diagnosis prenatal meskipun tidak diberikan pada semua ibu hamil.

Kapan Amniocentesis Biasanya Direkomendasikan?

Pada dasarnya, tidak semua ibu hamil perlu menjalani amniocentesis. Tes ini umumnya direkomendasikan dalam situasi-situasi tertentu, terutama ketika ada indikasi risiko lebih tinggi akan kelainan genetik atau membutuhkan kepastian diagnosis. Beberapa kondisi itu meliputi:

  • Hasil skrining prenatal (seperti skrining darah kombinasi, USG, atau NIPT) menunjukkan kemungkinan kelainan kromosom tinggi.
  • Usia Mama yang relatif lebih tua (misalnya Mama di atas usia 35 tahun), yang dikenal meningkatkan risiko trisomi.
  • Riwayat keluarga atau pasangan yang membawa mutasi genetik spesifik.
  • Adanya kelainan atau temuan mencurigakan di ultrasonografi. misalnya kelainan struktural janin.
  • Untuk menentukan diagnosis lebih lanjut ketika ada kondisi tertentu, misalnya penyakit genetik yang memerlukan konfirmasi.

Amniocentesis untuk diagnosis genetik sering dilakukan pada trimester kedua, sekitar 15–22 minggu, karena di masa ini jumlah cairan ketuban cukup untuk diambil tanpa mengganggu perkembangan janin. Pada trimester pertama (sebelum 14 minggu), prosedur ini biasanya tidak direkomendasikan karena risiko komplikasi lebih tinggi.

Prosedur Amniocentesis

Menjalani amniocentesis mungkin terdengar menegangkan bagi sebagian ibu hamil, karena prosedur ini melibatkan penggunaan jarum untuk mengambil sampel cairan ketuban.

Namun, dengan panduan USG dan ditangani oleh tenaga medis berpengalaman, prosedur ini relatif aman dan biasanya tidak berlangsung lama. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas bagaimana persiapan, proses pengambilan sampel, hingga perawatan setelah menjalani tes amniosintesis saat hamil.

Persiapan sebelum tes

Sebelum menjalani amniocentesis, ibu hamil biasanya akan mendapatkan penjelasan detail dari dokter mengenai tujuan, manfaat, serta risiko amniocentesis. Konseling ini penting agar keputusan yang diambil benar-benar matang.

Dokter juga akan melakukan USG untuk menentukan posisi janin, plasenta, dan kantong cairan ketuban, sehingga titik pengambilan sampel bisa ditentukan dengan aman. Tidak ada persiapan khusus seperti puasa, tetapi pada beberapa kasus, obat pengencer darah mungkin perlu dihentikan sementara.

Proses pengambilan sampel cairan ketuban

Saat prosedur berlangsung, Mama akan diminta berbaring dengan perut diperiksa menggunakan USG untuk memastikan lokasi janin. Kulit perut kemudian dibersihkan dengan cairan antiseptik, dan jarum tipis dimasukkan melalui dinding perut menuju kantong ketuban.

Cairan ketuban diambil sedikit, biasanya sekitar 15–20 mililiter, dan kemudian dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Proses ini biasanya hanya berlangsung sekitar 15–20 menit. Meski terdengar menegangkan, kebanyakan ibu hamil hanya merasakan sedikit nyeri atau tekanan singkat ketika jarum masuk.

Perawatan setelah prosedur

Setelah amniocentesis selesai, Mama biasanya diminta beristirahat sejenak di ruang tindakan. Dokter bisa menyarankan untuk menghindari aktivitas berat, olahraga, atau mengangkat beban selama 1–2 hari setelah prosedur.

Rasa kram ringan di perut atau sedikit rasa tidak nyaman bisa muncul, tetapi biasanya akan hilang dengan sendirinya. Yang perlu diperhatikan adalah tanda bahaya seperti perdarahan, keluar cairan dari vagina, demam, atau nyeri hebat.

Jika muncul gejala tersebut, sebaiknya segera menghubungi dokter. Hasil analisis cairan ketuban biasanya bisa didapat dalam 1–2 minggu, tergantung jenis pemeriksaan genetik yang dilakukan.

Hitung Hari Perkiraan Lahir

Risiko dan Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Meskipun amniocentesis saat hamil dilakukan dengan panduan USG dan dokter berpengalaman, tetap ada risiko yang perlu dipahami sebelum menjalaninya.

Risiko ini bisa berbeda pada setiap ibu hamil, tergantung usia kehamilan, kondisi janin, hingga riwayat kesehatan Mama. Oleh karena itu, tes amniosintesis saat hamil biasanya hanya dilakukan bila manfaat diagnosis prenatal lebih besar daripada risikonya.

Risiko keguguran

Salah satu risiko yang paling banyak dikhawatirkan adalah keguguran. Menurut Mayo Clinic, risiko keguguran setelah amniocentesis berkisar antara 0,1–0,3% bila dilakukan pada trimester kedua oleh tenaga medis berpengalaman.

Namun, risikonya bisa meningkat jika tes dilakukan terlalu awal (sebelum 14 minggu) atau bila tusukan jarum perlu diulang. Inilah alasan pentingnya memilih waktu yang tepat serta dokter yang ahli dalam prosedur ini.

Infeksi dan cedera janin

Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah infeksi pada rahim (chorioamnionitis), meskipun kasus ini sangat jarang. Infeksi bisa menimbulkan gejala seperti demam, nyeri perut, atau kontraksi yang tidak normal.

Selain itu, ada kemungkinan jarum mengenai tubuh janin atau tali pusat, tetapi risiko cedera serius sangat rendah karena prosedur dilakukan dengan panduan USG. Penggunaan teknik steril dan pengalaman dokter sangat berperan dalam meminimalkan risiko ini.

Kebocoran cairan ketuban

Pada sebagian kecil kasus, amniocentesis bisa menyebabkan kebocoran cairan ketuban melalui vagina. Kondisi ini biasanya terjadi dalam 1–2 hari pertama setelah prosedur.

Sebagian besar kebocoran berhenti sendiri dan tidak berdampak besar pada janin, tetapi bila berlangsung terus-menerus bisa memicu masalah serius seperti berkurangnya cairan ketuban (oligohidramnion) yang berpengaruh pada perkembangan paru-paru bayi. Oleh karena itu, dokter akan memberikan arahan untuk segera melapor bila ibu hamil mengalami keluarnya cairan setelah tes.

Secara keseluruhan, risiko amniocentesis memang ada, tetapi angka kejadiannya cukup rendah jika prosedur dilakukan sesuai standar. Penting bagi ibu hamil untuk mendiskusikan manfaat dan risikonya dengan dokter agar keputusan yang diambil benar-benar sesuai dengan kondisi kehamilan.

Alternatif Tes Diagnostik Prenatal Lainnya

Tidak semua ibu hamil merasa siap menjalani amniocentesis, apalagi karena prosedur ini termasuk invasif dan memiliki risiko. Kabar baiknya, perkembangan teknologi medis kini menyediakan beberapa pilihan tes lain yang bisa menjadi alternatif sebelum memutuskan untuk melakukan amniocentesis. Berikut alternatifnya:

NIPT (non-invasive prenatal testing)

Bekerja dengan mengambil sampel darah Mama dan menganalisis DNA janin secara bebas yang beredar dalam sirkulasi Mama. Tes ini sangat sensitif dan spesifik untuk mendeteksi trisomi 21, 18, 13, dan beberapa kelainan kromosom lainnya.

Meskipun sifatnya tetap sebagai skrining, namun bila hasil NIPT menunjukkan kemungkinan kelainan, hasil tersebut tetap perlu dikonfirmasi dengan tes amniosintesis saat hamil.

Chorionic villus sampling (cvs)

Metode invasif lain yang dilakukan lebih awal (sekitar 10–13 minggu) dengan mengambil sampel jaringan plasenta. Tetapi prosedur ini tidak bisa mendeteksi kelainan tabung saraf secara langsung, sehingga jika CVS dilakukan, mungkin tetap perlu tes lain seperti amniocentesis di masa berikutnya.

Dengan kata lain, baik CVS maupun NIPT dapat menjadi langkah awal dalam diagnosis prenatal, tetapi hanya amniocentesis yang mampu memberikan gambaran lengkap mengenai kondisi genetik dan kesehatan janin.

Mengetahui informasi seputar amniocentesis saat hamil dapat membantu Mama dan keluarga mengambil keputusan terbaik. Untuk memperluas wawasan, unduh aplikasi HalloBumil di smartphone agar Mama bisa mengakses berbagai artikel kesehatan, tips, dan fitur menarik seputar kehamilan.

Mama juga bisa bergabung di komunitas HalloBumil di WhatsApp, tempat berbagi pengalaman dengan sesama calon orang tua yang mungkin juga sedang mempertimbangkan tes amniosintesis atau alternatif diagnosis prenatal lainnya.

Bila ingin mendapatkan ilmu langsung dari sumber terpercaya, jangan lewatkan kesempatan untuk mengikuti webinar HalloBumil bersama para ahli yang membahas kesehatan Mama dan janin.

Untuk membantu menyambut kelahiran si kecil, manfaatkan fitur health toolsHalloBumiluntuk menghitung HPL (Hari Perkiraan Lahir) secara akurat dan praktis. Dengan langkah ini, perjalanan kehamilan akan terasa lebih terarah, penuh dukungan, dan menenangkan.

Baca lewat aplikasi lebih mudah loh, Ma
Dari artikel kehamilan hingga parenting, semua ada di aplikasi Hallo Bumil. Yuk, Download Ma
91
9
Bagikan
Facebook
Twitter
WA
DR

Zaha

  • 0
Admin MIMA

Hai Mama, ada yang Mima bantu? :) ^sr

  • 0
GN

apakah bisa dilakukan prosedur amniosintesis setelah janin i tampilkan selengkapnya

  • 0
AS

mima mau tanya dong,, aman tidak saat hamil muda tiba² kelur tampilkan selengkapnya

  • 0
M

bilaka

  • 1
Admin MIMA

Hai Mama, apakah ada yang dipat Mima bantu? :) ^lm

  • 1
SA

halo dokter bahaya apa tidak bila setelah hubungan keluar ca tampilkan selengkapnya

  • 2

Nikmati Perjalanan Kehamilan Bersama Bumil Lainnya

Gabung dan temui teman, tips, dan cerita inspiratif di komunitas Hallobumil untuk lewati masa hamil dengan penuh dukungan
image