Artikel/Kehamilan/Mengapa Bentuk Perut Ibu Hamil Berbeda Beda

Mengapa Bentuk Perut Ibu Hamil Berbeda-beda?

Tim Ahli Hallobumil | Diterbitkan pada 15 Maret 2021
Ditinjau oleh Tim Ahli Hallobumil
Bagikan
Facebook
Twitter
WA
Bentuk perut ibu hamil tidak ada yang persis sama. Ini daftar penyebabnya.
mengapa-bentuk-perut-ibu-hamil-berbeda-beda

dr. Fiona Amelia, MPH

Di dunia ini, tidak ada satu pun bentuk perut ibu hamil yang persis sama. Bentuknya ada yang mungil, melancip, tampak di atas persis di bawah payudara atau menggantung di bawah, melebar, atau membentuk huruf “B”. Ukurannya pun bervariasi.

Mengapa bentuk perut ibu hamil ini bisa berbeda-beda meski proses kehamilan yang dilalui tidak jauh berbeda? Ada banyak faktor yang menentukan bentuk perut ibu hamil, di antaranya:

1. Struktur Otot dan Tulang Ibu
Kekuatan otot perut dan elastisitasnya menentukan bentuk perut ibu hamil yang tampak.

Otot yang lebih kencang membuat perut ibu hamil tampak lebih di atas. Sedangkan otot yang kendur membuat rahim terangkat lebih rendah sehingga perut ibu hamil tampak lebih di bawah.

2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya
Bentuk perut seorang ibu tidak akan sama dari satu kehamilan ke kehamilan berikutnya. Studi-studi menunjukkan bahwa pada kehamilan pertama, tonjolan perut pada ibu hamil jauh lebih kecil ketimbang kehamilan kedua dan ketiga. Alasannya berkaitan dengan hormon kehamilan dan otot perut.

Pada kehamilan, hal pertama yang terjadi yakni peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan kembung. Ini membuat lambung membesar sebelum rahim mulai berkembang. Proses ini cenderung terjadi lebih cepat di kehamilan kedua dan seterusnya.

Akibat lain dari rahim yang membesar adalah regangan pada otot perut dan ligamen-ligamen di sekitarnya. Setelah melahirkan, otot dan ligamen akan kembali ke bentuk normal tetapi sudah kendur sehingga lebih elastis pada kehamilan berikutnya.

3. Postur Tubuh Ibu
Ibu hamil dengan postur yang pendek cenderung memiliki bentuk perut yang lebih besar dan lebih membuncit ketimbang ibu hamil dengan postur yang tinggi. Ini berhubungan dengan panjang torso (batang tubuh) seorang ibu.

Bila torso pendek, hanya sedikit ruang bagi rahim untuk berkembang ke atas, yakni di antara panggul dan tulang rusuk. Konsekuensinya, perut akan membuncit ke arah luar. Sebaliknya pada torso yang panjang, rahim cenderung ramping ke atas sehingga tonjolan perut tampak lebih kecil.

Tonjolan perut pada ibu hamil dengan postur yang pendek umumnya tampak lebih awal dan melebar, serta membawa beban di sekitar panggul dan bokong. Sedangkan ibu hamil dengan postur yang tinggi memiliki tonjolan perut yang lebih condong ke depan.

Selain soal tinggi badan, sebagian ibu yang memiliki tubuh ramping dan cenderung kurus tidak mengalami kenaikan berat badan yang besar selama hamil.

Bentuk tubuh yang seperti ini menghasilkan tonjolan perut yang kecil dan biasanya dari belakang tidak tampak seperti ibu hamil. Ibu-ibu yang seperti ini juga tidak mengalami penambahan lemak di anggota tubuh (lengan dan kaki).

4. Kebiasaan Berolahraga pada Ibu
Bentuk perut ibu hamil dapat diprediksi dari kondisi fisik sebelumnya.

Bila kondisi fisik ibu sebelum hamil prima dan otot-otot perutnya kencang, tonjolan perut cenderung lebih tinggi dan lebih dekat ke torso. Sebaliknya, otot yang lebih kendur membuat tonjolan perut lebih rendah dan melebar.

5. Ada Tidaknya Kondisi yang Disebut Diastasis Rekti
Diastasis berarti ‘perpisahan’, sedangkan rekti merujuk kepada otot perut yang disebut rektus abdominis.

Kehamilan memberikan tekanan berlebih pada tubuh ibu sehingga menggeser otot perut dari posisi aslinya. Pada diastasis rekti, otot perut mengalami ‘perpisahan’ dengan bergeser ke samping. Ibaratnya, seperti sedang membuka gorden jendela dengan kedua tangan.

Ketika otot perut bergeser ke samping seperti ini, rahim hanya memiliki pita tipis jaringan ikat di bagian depan untuk menahannya saat ukurannya semakin membesar. Bila ini terjadi, maka bentuk perut ibu hamil akan tampak mengerucut.

Pada kasus yang lebih berat, kondisi ini dapat menyebabkan nyeri punggung, konstipasi, dan sulit menahan buang air kecil. Setelah melahirkan, otot-otot ini biasanya akan kembali normal. Namun, pada sebagian kasus, diperlukan fisioterapi dan pembedahan untuk mengencangkannya kembali.

6. Posisi Janin di Dalam Rahim
Janin bisa tumbuh dengan kepala di atas atau di bawah, miring ke kanan atau ke kiri, tulang belakang menghadap tulang belakang ibu, atau tulang belakang menghadap perut ibu. Bila tulang belakang bayi menghadap keluar atau ke arah perut, ini akan membuat perut ibu hamil semakin menonjol atau berbentuk huruf “D”.

Sebaliknya, bila tulang belakang janin sejajar dengan tulang belakang ibu, tekanan yang mendorong tonjolan perut keluar akan berkurang. Permukaan perut bisa menjadi kurang rata atau membentuk huruf “B”. Bentuk yang seperti ini kerap bersifat sementara dan hilang timbul seiring dengan pergerakan janin di dalam rahim.

7. Posisi Plasenta di Dalam Rahim
Sebagian ibu memiliki tonjolan perut yang persis berada di bawah tulang dada. Ini bisa terjadi bila plasenta menempel di rahim bagian atas, sehingga janin pun bergerak ke atas.

8. Faktor Genetik
Gen tertentu, utamanya dari ayah, juga berperan dalam ukuran dan bentuk perut ibu hamil. Ukuran tubuh ayah kerap berkaitan dengan berat lahir janin dan ini akan memengaruhi bentuk perut ibu hamil.

Pada dasarnya, bentuk perut ibu hamil bisa berubah-ubah seiring bertambahnya usia kehamilan. Tak perlu khawatir bila bentuknya tidak biasa atau sangat berbeda dari ibu hamil lainnya.

Yang paling penting adalah bagaimana janin tumbuh dan berkembang. Selama berat janin terus meningkat sesuai usia kehamilan, bentuk perut apa pun tidaklah menjadi masalah.

Baca lewat aplikasi lebih mudah loh, Ma
Dari artikel kehamilan hingga parenting, semua ada di aplikasi Hallo Bumil. Yuk, Download Ma
0
0
Bagikan
Facebook
Twitter
WA

Nikmati Perjalanan Kehamilan Bersama Bumil Lainnya

Gabung dan temui teman, tips, dan cerita inspiratif di komunitas Hallobumil untuk lewati masa hamil dengan penuh dukungan
image