Cara Membuat Rencana Persalinan
:strip_icc():format(webp)/hb-article/tDL8fN2UxAqzbjCnenD6R/original/644week-415-cara-membuat-rencana-persalinan.jpg)
Anindita Budhi, S.Psi
Wah, hari perkiraan lahir semakin dekat. Apakah Mama sudah membuat rencana persalinan?
Ya, membuat rencana persalinan akan membantu Mama memutuskan seperti apa proses persalinan yang diinginkan. Papa bisa menyampaikan keinginan Mama kepada bidan atau dokter yang membantu persalinan nanti. Ini juga membuat Mama bisa fokus pada hal terpenting, yaitu melahirkan si Kecil dengan sehat dan selamat.
Apa Itu Rencana Persalinan?
Rencana persalinan adalah semacam outline yang berisi preferensi proses persalinan yang Mama inginkan.
Contoh, siapa saja yang akan mendampingi Mama saat persalinan, apakah butuh obat pengurang rasa nyeri, atau bagaimana suasana tempat melahirkan nantinya. Pendek kata, segala sesuatu yang dapat membuat Mama nyaman ketika melahirkan.
Namun, birth plan ini tetap sebuah rencana. Fleksibilitas penting diterapkan dengan menimbang-nimbang kondisi Mama dan Si Kecil saat detik-detik persalinan tiba. Jadi, ketika sesuatu tidak terduga terjadi, Mama bisa tetap fokus ke upaya persalinan alih-alih memikirkan mengapa semua tidak berjalan sesuai rencana.
Apa Saja Isi Rencana Persalinan?
Beberapa hal yang perlu Mama masukkan dalam rencana persalinan, antara lain:
- Informasi dasar, seperti nama lengkap, nama dokter dan nomor yang bisa dihubungi, tempat persalinan, nama penanggung jawab (suami), pakai asuransi atau tidak, dan siapa pendamping persalinan.
- Suasana persalinan. Jika memungkinkan, Mama bisa menjelaskan ingin suasana seperti apa. Misalnya ingin bersalin di ruangan tersendiri atau terpisah dari pasien lain, ada alunan musik menenangkan, hingga kehadiran orang yang hendak merekam momen istimewa ini.
- Preferensi untuk persalinan, terutama jika hendak melahirkan normal. Apakah Mama ingin berjalan-jalan keliling rumah sakit, butuh alat bantu persalinan, atau ingin mandi air hangat?
- Manajemen rasa sakit juga patut dipertimbangkan. Contoh, Mama mungkin menolak penggunaan epidural, tetapi berubah pikiran saat kontraksi begitu menyiksa. Silakan konsultasi ke dokter terkait intervensi yang perlu dilakukan untuk mengelola rasa nyeri hebat saat kontraksi nantinya.
- Preferensi melahirkan, apakah hendak melahirkan normal, perlu episiotomi atau tidak, keinginan IMD, dst? Begitu juga saat persalinan C-section, apakah boleh didampingi Papa di ruang operasi, kemungkinan IMD, dan sebagainya.
- Perawatan pasca melahirkan. Saat ini opsi rawat gabung alias rooming-in adalah pilihan terbaik. Maka, pastikan Mama dan Papa sudah mengonfirmasi bahwa klinik atau rumah sakit tempat melahirkan mendukung kebijakan rooming-in sekaligus pro ASI.
Nantinya, Mama dan Papa bisa me-review rencana persalinan dan melahirkan ini bersama-sama. Masukkan pertimbangan faktor finansial juga untuk melihat beberapa skenario yang mungkin terjadi.
Contoh, Mama berniat melahirkan normal sehingga bujet yang disiapkan pun sesuai tarif lahiran normal. Namun, ada baiknya siapkan bujet ekstra sekadar berjaga-jaga jika ternyata situasi tidak memungkinkan persalinan normal terjadi. Cek lagi apakah asuransi yang selama ini dipakai bisa menanggung biaya melahirkan tersebut.
Bicarakan juga kepada Dokter, Bidan, atau Doula soal rencana persalinan ini begitu memasuki trimester ketiga. Mereka pasti terbuka pada ruang diskusi mengenai beberapa opsi seputar persalinan dan melahirkan yang sesuai keinginan Mama.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa Dokter maupun Bidan punya kebijakan tersendiri terkait situasi persalinan tertentu. Tidak apa jika semua tidak berjalan sesuai rencana, selama kesehatan dan keselamatan Mama serta Si Kecil tetap jadi prioritas.
besok pagi sudah hpl knpa kontraksinya masih yg palsu ya do tampilkan selengkapnya
Hai Mama, tenggang waktu yang bisa diterima untuk melahirkan normal adalah +14 hari dan maksimal 42 minggu, yang penting untuk merangsang kontraksi bisa dengan senam hamil, jalan kaki santai, gymball, naik turun tangga, hubungan intim sama suami. :) ^sr