5 Cara Mencegah Robekan pada Vagina Saat Persalinan
:strip_icc():format(webp)/hb-article/XMevvWWfHEUhM2SkDl9yv/original/754week-31-5-cara-mencegah-robekan-pada-vagina-saat-persalinan.jpg)
dr. Venny Beauty
Saat proses persalinan normal, bayi akan keluar dari rahim Mama dan melewati vagina. Vagina dan perineum akan meregang sehingga mampu menampung kepala bayi.
Setiap perempuan yang akan melahirkan berisiko mengalami robekan pada vagina. Bahkan, pada kenyataannya, hampir 90 persen perempuan mengalami robekan vagina saat melahirkan, tetapi kebanyakan hanya terjadi robekan kecil.
Namun, jika vagina dan perineum belum cukup meregang, maka dorongan kepala bayi bisa membuat robekan vagina dan perineum yang lebih besar.
Tingkatan Robekan Vagina
Robekan pada vagina dan perineum saat melahirkan dibagi menjadi empat tingkat berdasarkan keparahannya, yaitu:
- Robekan derajat satu terjadi di area kulit antara bibir vagina dan rektum, serta sedikit jaringan lemak yang berada persis di bawah kulit perineum.
- Robekan derajat dua terjadi di kulit dan otot area perineum, dan dapat meluas hingga bagian dalam vagina.
- Robekan derajat tiga tidak hanya terjadi pada area perineum, tetapi hingga ke otot yang mengelilingi anus. Robek ini tergolong cukup parah dan perlu dilakukan tindakan untuk memperbaikinya.
- Robekan derajat empat. Robekan ini adalah yang paling parah karena tak hanya melibatkan otot vagina dan anus, tetapi sudah ke bagian yang lebih dalam, yaitu dinding rektum.
Robekan kecil pada vagina dan robekan derajat satu tidak memerlukan penanganan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya.
Namun, jika Mama mengalami robekan di atas derajat dua atau lebih, biasanya perlu dilakukan tindakan penjahitan. Penjahitan pada robekan ini dijalankan setelah Mama disuntik dengan obat bius lokal untuk menghilangkan nyeri pada saat penjahitan.
Faktor Risiko Vagina Robek Saat Persalinan
Robekan vagina terjadi pada hampir setiap persalinan normal walaupun dengan derajat robekan yang berbeda-beda. Namun, Mama bisa saja memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami robekan vagina saat persalinan, seperti:
- Usia Mama lebih dari 35 tahun.
- Persalinan bayi pertama.
- Ukuran bayi yang besar atau pada bayi dengan berat badan di atas 3,5 kilogram.
- Bayi lahir dengan kepala di bawah namun menghadap ke perut ibu.
- Proses persalinan membutuhkan alat bantu seperti vakum atau forceps.
- Persalinan lama atau Mama harus mengejan untuk waktu yang lama.
- Pernah mengalami robekan vagina berat di persalinan sebelumnya.
- Pernah dilakukan episiotomi pada persalinan sebelumnya.
Cara Mencegah Robekan Vagina Saat Melahirkan
Pada saat persalinan, apabila Mama diperkirakan memiliki risiko mengalami robekan vagina yang parah, misalnya berusia lebih dari 35 tahun dengan ukuran bayi yang besar, dokter atau bidan akan menganjurkan untuk dilakukan episiotomi.
Walaupun dilakukan episiotomi, robekan vagina yang berat tetap bisa terjadi. Untuk Mama yang sedang hamil dan mendekati waktu persalinan, beberapa cara ini dapat dicoba untuk meminimalkan risiko terjadinya robekan vagina yang parah:
1. Berolahraga Secara Teratur Selama Hamil
Rutin berolahraga dapat menambah kekuatan panggul. Hal ini dapat membantu tubuh Mama lebih siap dalam menjalani persalinan nantinya.
2. Lakukan Pijatan pada Area Perineum
Pijatlah area perineum selama lima menit setiap harinya, mulai dari beberapa minggu sebelum tanggal prediksi kelahiran. Cara ini berguna untuk membuat jaringan perineum lebih lentur.
3. Kompres Air Hangat
Sebelum persalinan, Mama bisa mengompres area perineum menggunakan kain yang telah dibasahi air hangat. Tindakan ini dapat membantu otot jalan lahir lebih lentur.
4. Perhatikan Cara Mengejan yang Baik
Mengejan dengan baik dan tidak tergesa-gesa saat tahap kedua persalinan dapat mengurangi risiko robekan vagina. Karenanya, Mama sebaiknya mengikuti panduan dari dokter atau bidan selama persalinan.
5. Gunakan Minyak Zaitun
Mengoleskan minyak zaitun ke daerah perineum pada saat persalinan dapat membantu bayi keluar dengan lebih mudah.
Risiko terjadinya robekan vagina saat persalinan memang tidak bisa benar-benar dicegah. Namun, dapat diminimalkan dengan cara-cara di atas. Oleh karena itu, Mama sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter kandungan secara rutin agar kondisi Mama dan si Kecil dapat selalu dimonitor.