Menyikapi Perilaku Batita yang Unik

Paskalia M Lumban Batu, S.Psi., M.Psi., Psikolog Anak

Setiap anak lahir dengan keunikan temperamen yang dibawa sejak lahir, ada anak yang tergolong easy child yaitu anak yang mudah beradaptasi, memiliki fungsi biologis yang teratur, mudah ditenangkan, serta menampilkan mood yang positif. Sebaliknya Chess dan Thomas juga memaparkan bahwa sekitar 15% anak lahir dengan temperamen yang sulit (difficult child), yaitu anak yang memiliki mood negatif, menarik diri, ritmik/ fungsi biologis tidak teratur, sulit beradaptasi, dan menampilkan intensitas reaksi yang tinggi. Pada umumnya, dalam menghadapi difficult child orang tua menjadi frustrasi dan akhirnya mengembangkaan pola asuh yang negatif pula seperti membentak, memaksa anak, dan memberikan hukuman fisik. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang meningkatkan potensi difficult child mengembangkan masalah perilaku, kepribadian, dan emosional kelak.

Pada usia toddler, secara umum anak mengalami perubahan, bahkan pada bayi yang sebelumnya mudah ditenangkan dan diarahkan pun menjadi lebih “memberontak”, mudah frustrasi, dan menampilkan perilaku temper tantrum. Terlebih lagi pada anak yang memiliki temperamen yang sulit, orang tua perlu menyiapkan diri secara fisik dan mental agar dapat mendampingi Si Kecil menumbuhkan kemampuan mengelolah emosi dan kontrol diri yang merupakan tugas perkembangan anak usia ini.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa interaksi positif dengan orang tua dan pola asuh yang memahami perasaan anak merupakan cara yang paling efektif dalam mendampingi tumbuh kembang Si Kecil, bahkan pada anak yang lahir dengan temperamen yang sulit sekalipun. Berikut tips bagi orang tua dengan anak bertemperamen sulit dalam menumbuhkan kontrol diri dan emosi :

1. Mengenal, memahami, dan menerima temperamen Si Kecil sebagai keunikan bukan kekurangan. Orang tua dapat mengenali temperamen Si Kecil dengan mengamati 9 aspek temperamen anak, sehingga dapat menyesuaikan gaya pengasuhan.  

2. Orang tua perlu selalu mengingat bahwa pada usia ini, Si Kecil sedang “belajar” (belum menguasai) kontrol diri dan emosi, sehingga orang tua dapat lebih tenang mendampingi Si Kecil melalui badai emosinya sebagai proses belajar. 

3. Gunakan media membaca buku untuk mengajarkan mengenai emosi. Contohnya menekankan perasaan yang dirasakan figur dalam cerita, serta dapat menekankan solusi memecahkan masalah yang ada dalam cerita. 

4. Pada saat Si Kecil marah, sedih, takut, ataupun perasaan lain, orang tua dapat membantunya mengenali emosi yang dirasakan dan memberikan pilihan-pilihan untuk mengatasinya. Contoh “Adek marah sekali ya karena mama bilang waktu nonton sudah selesai, apa adek mau mama peluk, mau pukul bantal, atau kita bisa menggambar adek lagi marah?”. 

5. Menyediakan media dan lingkungan yang aman, serta kesempatan explorasi sesuai kebutuhan Si Kecil. Jangan terlalu banyak melarang kecuali hal yang berbahaya, melainkan berikan pilihan yang aman bagi mereka. 

6. Pada anak yang menarik diri, orang tua dapat secara perlahan mengenalkan dunia sosial, misalnya playdate dengan 1 teman di lingkungan yang familiar bagi Si Kecil. Jangan menyerah apabila belum berhasil setelah 3-4 kali mencoba. Anak dengan temperamen sulit membutuhkan waktu dan proses lebih lambat, namun dengan dorongaan yang mengikuti kesiapan Si Kecil akan membantunya menikmati bersosialisasi.

7. Gunakan bantuan visual seperti timer atau auditori seperti hitungan untuk mengajarkan Si Kecil belajar menunggu ataupun penanda perpindahan antar kegiatan. Durasi waktu disesuaikan kemampuan Si Kecil. Misalnya awalnya Si Kecil baru bisa menunggu 5 hitungan, selanjutnya perlahan-lahan dapat ditingkatkan.

Demikian tips bagi orang tua dalam mendampingi toddler dengan temperamen sulit. Semoga dapat membantu. (PM)